BAG 4 : DUTY

2K 342 25
                                    

Ketemu lagi dengan kisah Aisha-Tara. Jangan lupa tinggalkan jejak vote dan komentar, ya. 😉 Makasi semua ❤🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

🌹SECRET ADMIRER🌹

Koarmatim Surabaya Jawa Timur.

“Pukul 10.35 WITA dilaporkan terjadi gempa tektonik di Mamuju dan Majene Sulawesi Barat. Kapal Bantuan Rumah Sakit dr. Suharso 990 resmi mendapat perintah untuk bergerak dalam rangka gerakan kemanusiaan.”

   Sebuah berita darurat masuk lewat Marine VHF Radio yang selalu stand by di chanel 13 dan 16 KBRS dr. Suharso. Letnan Kolonel Laut (P) Agus Budiawan selaku pimpinan di KBRS melangkah menuju ruang briefing begitu mendapat kabar perintah itu. Ia juga sudah lebih dulu tahu lewat panggilan telepon dari Pangkoarmada Laksda TNI Sutardi.

“Kita akan menunggu kiriman bantuan yang kabarnya akan didistribusikan ke sini dari beberapa kesatuan sebelum berangkat. Targetnya, kita akan merapat ke sana dua hari ke depan. Besok bantuan akan segera masuk ke sini. Semua ABK, tolong tanggulangi semua kiriman bantuan besok.”

  “Siap. Letkol!”

 Sementara itu, Tara yang sedang duduk bersama Bella di depan aquarium besar rumahnya mendapat panggilan darurat dari Letkol Arya lewat udara. Setelah kejadian kemarin, ia diberi izin untuk memulihkan kesehatan hingga pekan depan. Namun sebelum masa izin habis sebuah panggilan datang.

  “Kamu sudah bisa bertugas, Kapt? Sementara ini, kamu akan saya tugaskan ikut dengan KBRS dr. Suharso ke Mamuju dengan tim Combat Medic dan CSAR[1] yang rencananya memang akan bertugas stay di KBRS. Bisa? Agaknya … penugasan dipercepat karena terjadi gempa.”

Tara tersenyum miring. “Siap, Letkol!” sambut Tara tanpa basa basi. Ia memang sudah melihat berita gempa itu di televisi. Lagipula kesehatannya sudah mulai pulih kembali. Adventure,  berkeliling Indonesia—juga dunia—adalah kesenangan bagi Tara. Lewat penugasannya pula ia bisa memenuhi hasrat bertualangnya.

Dua hari setelahnya, ia dan tim lainnya sudah siap di atas KBRS dr. Suharso 990 untuk berangkat dalam tugas menuju Mamuju-Majene Sulawesi Barat.

“Berapa banyak bantuan yang kita bawa?” tanya Kelasi Yoga disela kapal mulai berlayar.

 “Banyak lah pokoknya. Dari Dinkes, Disma, Dispotmar, Dispsial, Disharkap, Parkoarmada II, Lantamal Surabaya,” jawab Rendra.

  “Personel?” tanya Cito.

  “Ada sembilan penyelam, dua puluh lima personel kesehatan, delapan orang dari Diskomlek, tujuh belas personel tasiran Dikcabareg, enam penerbang heli, tiga Dispotmar dan tiga personel dari Dinas Psikologi,” jawab Letda Hendru bersahaja. Ia memang yang paling cepat menghafal informasi yang masuk ke otak.

“Tuh, si Kapten?” kikik Rendra yang menunjuk Tara jenaka. Rendra, Hendru, Cito dan Yoga menahan geli sendiri melihat ekspresi datar dokter tentara yang duduk di depan mereka seolah tak menangkap perbincangan.

  “Saya tahu, atas ulah siapa saya berada di atas KBRS saat ini,” ucap Tara sengau menatap tenang jauh ke lautan. Sebenarnya, atas perintah Letkol Arya, ia akan ditugaskan di Dintohardjo setelah bertugas di ujung perbatasan Indonesia, Laut Natuna Utara. Sebelum itu, Tara diminta menemani timnya latihan CM di Galapaga. Namun, kejadian kemarin malah memutar arah kemudi. Dan di sini lah ia kini. Tak masalah bagi Tara, jiwa bertualangnya masih menyala.

Keempat bawahannya tertawa. Benar. Atas permintaan mereka lah Tara ikut dalam tugas kali ini. Bagi mereka, Tara bukan cuma atasan, tapi kepala tim yang loyal tanpa memandang usia apalagi jabatan. Bekerjasama dengan Tara punya chemistry tersendiri. Itu yang membuat Combat Medic di bawah komandonya merasa nyaman dan penuh tanggung jawab. Sukarela dalam mengemban tugas.

SECRET ADMIRER (PUAN TANPA RAHIM) Where stories live. Discover now