BAG 24 : AISHA ... TE AMO!

1.2K 271 59
                                    

Aku udah baca votment kalian. Thanks so much semuanya,ya.
Kalau gitu, mari kita terus update selama Ramadhan. Ganbate! Wkwkw😁

Untuk scene Tara di perairan perbatasan Indonesia-Timor Leste, aku skip di sini, ya. Biar cepat ke scene yang kalian tunggu2. Wkwkwkwk

Entah iya entah nggak juga sih. Wkwkwkwk😂

Yang scene itu akan ada di buku (atau gimana nanti dengan editor). Mana tau, meminimalisir supaya bukunya nggak ketebalan. 😂
Ya, nggak jauh dari adegan action. 💪

Jangan lupa votment-nya untuk part ini, ya. Jika perlu unek-unek maupun harapan kalian untuk kisah ini. Okay!

Selamat membaca

🚢🚢🚢

"MATA lo cukup jelas terbaca, Sha. Masih mau denial?" ujar Niel datar di sebelah Aisha yang mematung menatap helikopter yang sudah menjauh. Kalimat itu seketika membuat Aisha merasa tertusuk. Gadis itu merunduk, menyembunyikan gugup.

"Ada apa dengan lo? Mana Aisha yang galak dan pemberani itu, ha? Mana Aisha yang langsung to the point saat ada pria yang ngelamar dia? Mana?" cecar Niel.

Tak ada jawaban. Hanya suara isakan samar yang malah terdengar dari gadis itu.

"Gue tuh, gemes, ya, ama lo! Dokter Tara itu bela-belain loh, Sha, curi waktu buat ketemu lo. Waktu dia nggak banyak. Gue pikir kelar deh hari ini. Kalian udah saling jujur dan terbuka. Tapi ... ish! Gedeg gue!"

"Lo yang ngerancang ini?" tanya Aisha tak menyangka dengan suara bergetar dan mata nanar.

"Iya! Kenapa? Udah cukup gue lihat dengan mata kepala gue sendiri arti dari tatapan lo itu! Tapi lo-nya masih aja membatu! Jangan terlalu keras sama diri lo sendiri, Cencalo! Melunaklah dikiiiit. Andai gue cewek, udah gue kekepin tuh Kapten Dokter iiih! Sebel gue!" ujar Niel sambil memukul lengan Aisha gemas.
"Entar ngeliat Dokter Tara ama Monika lo kebakar lagi! Mau lo? Mau? Entar nyessseeell! Kenapa sih lo nggak terbuka aja ama dia? Sama Mas Aryan, Dicki, semua cowok yang datang ngelamar, lo blak-blakan aja! Ini?" cerocos Niel bagai kereta api. Bahkan kata 'nyesel' terucap dengan suara s dan l yang tebal.

"Gue nggak siap, Niel!" jawab Aisha lemah akhirnya.

"Ck!" Niel berdecak. "Itu artinya lo cinta dia, Sha! Sadar! Sadaaar! Sadar ngapa, Cencalok! Gatel mulut gue pen bicara aja ke Dokter Tara. Masalahnya gue dah janji dan menghargai privasi lo. Tapi please, Sha. Lo tuh berhak bahagia!" pekik Niel lagi yang terlihat begitu menyeramkan ketika marah. Sikap pria-nya langsung keluar meski masih bercampur gestur kemayu.

Aisha tertunduk kembali mengambil duduk. Ia sendiri bingung, perasaan insecure ini begitu menghantui hingga ia takut mengatakan kenyataan.

"Memangnya kenapa kalau gue nggak mau bilang kekurangan gue? Hak gue 'kan? Toh gue nggak bakal maju. Hhhm? Buat apa?" timpal Aisha getir lagi-lagi mengeraskan hati. Ia melangkah kembali ke kursi.

Niel mengatupkan mulut hingga gigi-giginya merapat.

"Hu-uuum. Bener itu hak lo. Tapi, masalahnya lo tuh juga cinta! Kecuali kagak! Kalau gini terus lo nyiksa diri sendiri! Iih! Keknya lo butuh mandi dan makan kembang tujuh rupa deh. Abis itu nonton tuh film-film Korea yang romance-romance. Jangan berita politik negeri terus! Biar nge-feel dikiiiit lo, Sha! Hati lo tuh mungkin buta, nggak bisa ngerasa karena nggak pernah jatuh cinta. Sekali jatuh cinta, kek begini nih! Iih sebelnya gue!" Niel mengembus dan memukul meja keras seraya membuang pandang.

SECRET ADMIRER (PUAN TANPA RAHIM) Where stories live. Discover now