BAG 10 : INSIDEN

1.4K 274 20
                                    

Aisha menghempas bokong sedikit lebih keras di kursi kerjanya setelah berpisah tatap dengan ‘Om Modus' barusan. Gadis itu tahu benar jantungnya sedang tremor sekarang. Entah untuk alasan senang atau bimbang. Yang jelas kini ia gamang.

Dibuangnya pandang sekilas keluar jendela dan menemukan pemuda yang barusan masuk menemuinya sedang berdiri dengan gagah sambil menatap layar ponsel di samping mobil SUV ‘berlian' Wuling Almaz berwarna putih. Kaca mata hitam bertengger asal di samping lehernya yang membuat Aisha tak sadar menarik senyum kecil. Entah bagaimana tiba-tiba ia menyukai letak kaca mata itu di sana. Konyol! gumamnya kecil.

Sekarang adalah memikirkan bagaimana caranya menghindar dari pemuda yang baginya menyebalkan itu. Aisha sengaja berlama-lama di ruang kerja, kemudian pergi ke toilet lantai dua agar tak ditemukan Tara jika pria itu kembali.

Ponsel Aisha berdering ketika ia selesai dan membuka pintu kamar mandi yang sedang sepi. Fokus matanya terpaku pada layar ponsel ketika kakinya menginjak benda di depan pintu.

Allahu Akbar!” pekiknya keras seketika merasakan sakit cukup dahsyat di kaki yang belum menggunakan sepatu.

Ia meringis dan melihat ke kaki kiri yang sudah terjerat dalam jepitan besi.

Perangkap tikus?

Mata Aisha melebar tak percaya. Mengapa ada benda ini di sini?

“A-a! Tolooong!” pekiknya menahan sakit dan terhuyung.

“Tolooong!” katanya lagi yang kini sudah berjongkok memegangi kaki. Melihat itu, hatinya ikut terasa nyeri. Lalu rasa itu malah mendorong air matanya keluar dari lakrimal.

Apakah ada yang sengaja melakukan semua ini? Sebab tadi saat ia masuk ke kamar mandi tak ada benda ini di depan pintu.

“Toloong!” pekiknya lagi. Sambil menahan tangis ia bangkit dan bersusah payah agar bisa keluar dari sana.

“Mba Aisha!” panggil Kiki—seorang cleaning service—yang terkejut ketika melihat Aisha tergopoh keluar dari toilet. Ia berlari dan mencoba membantunya.

“Ya Allah, Mba! Kok bisa? Tolong! Tolong!” pekiknya juga meminta bantuan. Tak ada yang mendengar, segera ia meraih ponsel dan menekan tombol panggil ke nomor Niel yang kebetulan sedang berada di lantai satu. Tiga menit kemudian Niel sudah datang dengan wajah panik.

“Siapa punya kerja ini, Sha?” tanyanya keras. “Kurang ajar banget!” ucap Niel ikut meringis nyeri.

“Nggak tau gue Niel. Tolongin, sakit bangett!” rengek Aisha yang meringis menahan tangis memegangi kaki.

“Aduh! Aduh! Sebentar, sebentar,” kata Niel lagi khawatir dan bingung membuka perangkap tikus itu. Ia takut malah semakin melebarkan lukanya jika ia yang membuka.

Ia pun meraih ponsel dan mencari nomor seseorang di sana dengan segera.

***

Di luar gedung Duta Media Utama.  Alis hitam legam Tara bertaut ketika melihat ada nomor Niel memanggil.

“Hallo, Niel,” kata Tara menjawab panggilan.

Kapten Dokter! Tolong ke sini. Aisha, dia terkena perangkap tikus! Cepetan!”

Mata Tara seketika terbelalak. Sepersekian detik kakinya langsung berlari menuju titik yang dikatakan Niel. Tergesa-gesa ia naik ke lantai dua menuju koridor paling ujung.

“Aisha!” pekiknya keras penuh cemas melihat benda yang menjepit kaki gadisnya.

Ia langsung berjongkok memindai kondisi kaki Aisha. Jantungnya langsung bergetar tak terima dengan mata sendu. Namun, fokusnya sekarang adalah menyelamatkan Aisha.

SECRET ADMIRER (PUAN TANPA RAHIM) Where stories live. Discover now