BAG 12 : AGAIN

1.2K 270 17
                                    

Sudah tiga hari ini, Aisha meliput di dermaga tempat tim SAR mengevakuasi jatuhnya pesawat. Dan setiap hari juga ia bertemu Tara meski kini lelaki itu mulai bersikap biasa-biasa saja setiap bertemu dengannya.

Hal itu membuat ia lega, tapi bodohnya ada sisi lain hatinya yang tak terima.

Kalimat Tara masih terngiang-ngiang di benak Aisha. Satu sisi hatinya menjawab, ia pasti melakukannya. Namun sudut hati yang lain berkata, bagaimana kalau usahanya yang akan sia-sia?

Ck! Apa ini? Aisha mengerjap dan menggeleng pelan.

"Aku pasti bersembunyi, berlari menjauhi. Lagipula bukan impian aku jadi istri prajurit. Prajurit itu banyak wanitanya! Setiap tikungan ada. Tugas keluar kota, ada lagi istrinya. Wew!" kata Aisha mencibir sinis menegaskan hati setelah berpapasan dengan Tara ketika ia hendak menuju parkiran.

Tara sempat menatap Aisha sekilas lantas berlalu begitu saja.

Merasa ada yang hilang, tapi Aisha mencoba abai. Aisha segera menyalakan motornya. Ia sengaja tidak pulang bersama Delon karena hari ini akan ke rumah Paman Fendi, adik sepupu Fauzi. Mereka sedang menggelar acara pertunangan putri kedua mereka, Humaira.

Halimah dan Fauzi memintanya untuk menyempatkan diri bertandang ke sana pulang bekerja. Menurut, selesai dengan pekerjaannya, Aisha langsung meluncur ke Komplek Agung Premiere tempat kediaman Fendi dengan motornya.

Kedatangan Aisha disambut Humaira dengan bahagia.

"Huu, yang jam terbangnya tinggi. Gimana perkembangan evakuasi pesawat itu, Sha?" tanya Humaira prihatin.

"Sedikit demi sedikit jenazah korban mulai ditemukan."

"Kondisinya?"

Aisha menarik napas ringan. "Ini hari bahagia lo, Mai. Nggak usah bicarain itu ah. Okay," kata Aisha tersenyum.

Sebenarnya, hatinya tak tega melihat kondisi jenazah korban jatuhnya pesawat CT 163 itu. Lagipula, tak pantas baginya untuk membeberkan. Bahkan meski jasad itu sudah tak bernyawa, jiwanya akan tetap ingin diperlakukan sebagaimana layaknya. Begitu pikir Aisha.

"Gue, ke sana dulu, Mai. Selamat, ya. Lancar sampe hari H," ucap Aisha tersenyum pamit ingin menemui pamannya yang sedang duduk dengan Fauzi.

Humaira tersenyum dan mempersilakan sepupunya itu. Aisha melangkah mendekati Fauzi dan Fendi seraya menyalami mereka berdua.

"Udah makan, Sha? Makan dulu gih. Sana ketemu tantemu," kata Fendi ramah.

"Iya, Om. Aish--"

Deg!

Ada yang bedenyut di hatinya. Mengapa penyebutan "Om" pada pamannya sendiri malah membuat otaknya berkelana pada Om Modus absurd itu?

"Kenapa, Sha?" tanya Fauzi heran.

"Eng? Enggak, Pa. Aisha juga mau makan kok ini," jawab Aisha gugup. "Aisha, ketemu tante dulu," tandasnya lagi tersenyum dan berlalu.

Aisha melangkah ke sekumpulan ibu-ibu yang duduk di ruang keluarga rumah Fendi. Ia menyalami Sinta-istri Fendi-juga neneknya yang sedang duduk berdampingan.

Aisha, dengan ceria melempar sapa pada semua yang di sana.

"Sha, ini keluarga tante dari Surabaya. Yang waktu lalu pernah ketemu juga sama kamu di acaranya Juna. Inget 'kan?" Sinta mengerling ramah terkesan akrab.

"Iya, Tante. Inget dong," jawab Aisha seraya menyalami mereka juga.

"Nak Aisha ini reporter itu 'kan?" Seorang wanita yang Aisha tak ingat namanya bertanya. Ia hanya mengingat wajahnya karena pernah berjumpa di acara Juna, kakak Humaira.

SECRET ADMIRER (PUAN TANPA RAHIM) Where stories live. Discover now