Spoiler 1

3K 311 36
                                    

Alhamdulillah, tengkyu apresiasi kalian. Happy reading, ya  ....

🚢🚢🚢

Dunia Yona terasa kembali ketika melihat tubuh anaknya di depan mata. Air matanya berderai saking terharu dan bahagianya mendapati kenyataan kalau putranya kini baik-baik saja. Kemarin, akalnya hampir saja merasa gila ketika mendapati kabar bahwa nyawa putra satu-satunya hampir saja melayang.

"Le  ...." Diciuminya wajah putranya itu dengan sorot haru yang menderu. Air matanya ikut membasahi wajah Tara yang sedikit terluka.

Putranya itu tak menolak, ia tahu kalau ibunya pasti sangat mengkhawatirkannya. Meski keluarga prajurit harus siap menghadapi kenyataan jika prajuritnya pulang baik itu dengan kemenangan atau pun kenangan, tetap saja duka itu tetap ada.

Setelah Yona puas meluapkan haru karena putranya kembali, ia melepas pelukan sambil menghapus jejak air mata.

"Momy lega dan bahagia melihat kamu, Le. Kamu udah baik-baik aja 'kan?" tanya Yona khawatir menyeksamai lagi wajah putranya.

Tara mengangguk dan tersenyum hangat sambil mengecupi tangan ibunya sepenuh sayang hingga Yona membalasnya dengan tatap keteduhan dan kesyukuran.

"Kamu mau makan apa? Biar Momy nanti yang masakin khusus buat kamu, ya?" ucap Yona semangat.

"Nggak usah, Momy. Tara nggak kepingin makanan tapi kepingin yang lain. Boleh?"

"Apa?" tanya Yona tanpa curiga.

"Restui Tara dan Aisha, ya."

Plak!

Spontan Yona memukul lengan putranya gemas setelah sebelumnya sempat terpaku. Bisa-bisanya putranya itu malah membicarakan itu dalam kondisi ini?

Apa isi otak Tara hanya dipenuhi Aisha saja sekarang?

"Kamu ini. Lagi begini pun masih itu juga yang ada di otak kamu itu? Apa nggak ada yang lain? Ha?"

"Nggak."

Plak!

Yona memukul lengan Tara lagi bahkan lebih keras hingga Tara pura-pura mengaduh dan menghindar.

"Please, Momy  ...." Tara merintih kecil  disela pukulan-pukulan ibunya dengan nada jenaka bagai ia bukan pria dewasa.

"Aduh, maunya kemarin sebelum pulang Tara minta perjanjian dulu sana Momy, ya. Duh, jadi nyesel."

"Apa?"

Plak! Plak!

Kekehan jenaka Tara makin membuat Yona murka.

"Kalau Tara pulang dengan selamat, Momy harus ngabulin permintaan Tara satu-satunya. Yaitu, restui hubungan Aisha dan Tara," ucap putra Yona itu lurus tapi juga serius.

Mendengar itu Yona menatap tepat ke netra Tara dengan heran tak berkesudahan.

"Kamu ini keras kepala!"

"Huum. Aisha juga bilang gitu, Mi. Nurun siapa sih, ya? Ayah deh kayaknya."

Yona membuang pandang sedikit kesal. Ia tahu, putranya itu lagi-lagi sedang merayu agar ia merestui. Kali ini dengan cara lewat dicandai.

"Momy sudah bilang apa mau Momy. Jangan berdebat lagi. Sekarang pulihkan kesehatan kamu yang paling penting. Lagipula, Momy lihat Aisha punya lelaki lain yang ingin melamarnya 'kan? Dan pria itu nggak punya sangkutan dengan kondisi Aisha. Berhenti, Le. Jangan maksa! Biarkan saja mereka menikah. Mungkin pria itu jodoh Aisha."

"Momy masih berat juga?" Tara sengaja melempar tanya. Tak ingin menanggapi pernyataan siapa lelaki yang dimaksud Yona. Bukan ia tak tahu. Namun perang ini sedang ia perjuangi lagi. Dan ia bertekad untuk menang sampai akhir apa pun yang terjadi.

Mata Yona melirik Tara sekilas tapi tak balas menjawab.

"Meskipun Aisha juga ikut punya andil menyelematkan nyawa putra Momy ini?" timpal Tara lagi menatap teduh wajah ibunya.

Yona bergeming masih tidak ingin menanggapi arah perbincangan putranya ini seolah mengeraskan hati.

Melihat itu Tara mengganjur napas di sebelah ibunya. Sempat ia terpekur sebelum meraih sesuatu dari saku.

"Momy. Ini." Tara menyerahkan kertas yang selalu ia simpan dalam dompetnya.

"Apa?"

Ibunda Tara itu menatap penuh tanya pada netra putranya tapi Tara hanya menjawab dengan isyarat mata agar Yona membukanya.

Wanita paruh baya yang masih terlihat bugar jauh lebih muda dari usianya itu perlahan membuka lipatan kertas dan membaca isinya.  Netranya sempat terperanjat tapi terpaku setelahnya sampai tak bisa berkedip beberapa detik. Lalu bergeser menatap kembali netra Tara yang sudah menatap Yona dengan sorot menanti dan berharap. Sespesial ini kah sosok gadis bernama Aisha itu hingga putranya sampai sekeras kepala ini? Dan usahanya sampai tak juga mau berhenti?

Yona menghela napas lelah.

"Apa kamu pikir ini pasti berhasil?" ucap Yona dengan wajah ketat dan sorot mata tajam. Sungguh ia tak percaya dengan apa yang dilakukan putranya.

🚢🚢🚢

Kira-kira Tara habis kenapa, ya? 🤔

SECRET ADMIRER (PUAN TANPA RAHIM) Where stories live. Discover now