09# Janji?

9.5K 1.6K 872
                                    

Spam Komen yuk! Jangan lupa Vote juga. Makasih ❤️❤️

Kalau rame nanti aku update lagi. 😍😍
.
.
.

Diam, hanya diam yang Shan lakukan saat ini, duduk di kursi taman komplek sambil memandang langit malam, tidak ada yang spesial, hanya gelap.

Air matanya tak bisa berhenti menetes, ia merasa takut, sedih, sakit, dan bahkan kesepian. Jika saja malam itu tidak terjadi, mungkin ia sedang mengobrol sambil bercanda bersama Jean. Sayangnya, hatinya terlalu sakit untuk kembali menemui Jean.

Shan tanpa sadar mencengkram lengan kirinya sendiri, hingga jarinya memutih ketika bayangan mengerikan itu terus terlintas di otaknya. Seakan Tuhan memberitahukannya bahwa Jean memang bukan laki-laki yang harus ia cintai.

Ponsel Shan terus berdering dari bibinya, mengingat ia belum pulang dan masih mengenakan seragam sekolahnya. Ia enggan pulang, ia hanya ingin sendirian tanpa ada gangguan dari siapapun. Padahal, jam sudah menunjukan pukul 9 malam.

Satu jam kemudian, Shan pun memutuskan untuk pulang, ia berjalan gontai menuju rumahnya yang tak jauh dari taman komplek.

Shan meremat roknya ketika melihat bibinya yang berdiri di depan rumahnya dengan tangan memegang raket kasur.

Shan yang baru saja sampai di sana pun mendapat pukulan keras di bahunya, namun Shan tak memekik kesakitan seperti biasanya, ia hanya menunduk dan diam.

"Berani ya kamu abaikan bibi? Pekerjaan rumah menumpuk gara-gara kamu pulang telat!!" Bentak Nara seraya terus memukul tubuh Shan, tak peduli tetangganya akan mendengar, sebab hal ini sudah biasa untuk mereka.

"Kamu tuh nakal!! Gak pernah dengerin omongan bibi! Kamu kira ngebesarin kamu tuh gak perlu pake uang?! Gak perlu pake tenaga?!! Bergunalah jadi anak" Omel Nara tanpa henti.

"Angkat kepala kamu!" Bentak Nara, lalu Shan mengangkat kepalanya, air matanya sudah menetes deras. Ia sedih ketika mengingat hidupnya yang tak pernah lepas dari masalah.

"Sakit bi" lirih Shan dengan suara gemetar.

"Bisanya nangis aja!! Lemah!!" Bentak Nara seraya hendak memukul kepala Shan, dengan sigap Shan memejamkan matanya.

"Bibi bisa saya laporin karena udah aniaya Shan"

Shan mendengar suara Jean, ia pun membuka matanya, terlihat Jean yang menahan lengan Nara yang hendak memukulnya.

"Ganggu Aja, cepat masuk Shan!" Ujar Nara, lalu ia memasuki rumahnya.

Shan hendak pergi, namun Jean menahan lengannya. Sontak Shan menepis tangan Jean, namun Jean tak melepaskan genggamannya.

Jean terdiam sejenak, lalu ia menghela nafasnya. Ia pun membawa Shan kedalam pelukannya, mengusap surai Shan dengan lembut. Tanpa di duga Shan menangis tersedu-sedu di pelukannya.

"Iya, gue salah. Gue minta maaf sama lo" bisik Jean seraya mengecupi pucuk kepala Shan, dan Shan tak mau menyahut.

"Gue mau lo bersikap kayak biasa, lo gak perlu mikirin hal itu dan gak perlu terlalu cemas-" ucapan Jean terhenti ketika Shan berontak dari pelukannya.

"Kalau lo sedih terus, gak baik buat mental lo, Shan" bisik Jean lagi.

"S-semua gara-gara lo, hks lo jahat, Jean" ujar Shan yang masih berada di dekapan Jean.

"Iya Shan, gue tau. Gak ada gunanya lo sedih setiap hari. Yang perlu lo lakuin cuma bersikap seperti biasa. Percaya sama gue, semuanya bakal baik-baik aja"

"Lo gak ngerti perasaan gue Jean! Hks sakit! H-hati gue sakit, gue takut, gue gak bisa ngendaliin perasaan ini, gue cuma bisa nangis" ujar Shan dengan nada frustasi, membuat Jean merasa sakit di hatinya.

JEAN || Noda di seragam SMA +JJH✔️Where stories live. Discover now