(1) awal

17K 1K 16
                                    

" Airin Rachmi"

" Hemm" aku mengalihkan pandangan dari buku yang tengah aku baca dan melihat gadis yang tengah memanggilku

" Kenapa" tanya ku saat gadis yang tengah diberada di hadapanku tidak kunjung berbicara

" Kamu itu selalu begini, bisa nggak jangan baca buku itu terus ini sudah kesekian kalinya aku kamu cuekin " kesal gadis tersebut karna merasa aku abaikan

Airin Rachmi seorang gadis yang hidup sebatang kara sejak kepergian kedua orang tuanya, selama ini dia tinggal bersama paman dan bibinya. namun sejak memasuki bangku kuliah Airin mencoba hidup mandiri karna tidak enak harus hidup dengan belas kasihan paman dan bibinya.

Tinggal di rumah kontrakan yang lebih sempit dibandingkan rumah mendiang orang tuanya dan masih harus bekerja sepulang kuliahnya hidup seorang diri kadang membuatnya kesepian hanya gadis sahabatnya dan Farhan kekasihnya

Farhan dan Airin sudah berpacaran semenjak SMA, namun semenjak kuliah sifat Farhan kian berubah namun Airin masih berfikir positif bahwa kekasihnya tersebut mungkin sibuk mengurus kuliah dan pekerjaan nya.

Hidup sebagai anak yatim-piatu sejak usia belia membuat Airin kebal akan caci maki dilingkungan rumahnya bahkan ejekan dan hinaan dari sepupunya Clarissa hanya dia anggap sebagai angin lalu. Lamunan Airin buyar ketika gadis kembali kembali memanggilnya

"Airin bukanya itu Farhan dia lagi sama siapa tuh" kata gadis menunjuk seorang pemuda yang berbeda tidak jauh dari tempat kami duduk.

" Kamu tunggu disini dis aku mau buat perhitungan sama buaya darat di sana" kata ku sebelum mendatangi pemuda yang ditunjuk oleh gadis yang merupakan sahabat ku bernama rini, Airin mendatangi pemuda tersebut dengan emosi yang memuncak hingga membuat wajahnya memerah

"Han kamu bilang kamu lagi antar bunda kamu terus ini apa" tanya ku saat sampai dihadapan pemuda tersebut dan masih berusaha untuk tenang

"Siapa dia sayang" ucap gadis yang bergelayut manja di lengan Farhan, aku yang melihatnya sungguh jijik ingin rasanya menjambak dan memotong tangan yang tengah bergelayutan dengan manja pada kekasih ku itu

" Maksudnya apa ini han"

"Airin.. Airin kamu ini memang bodoh selama ini aku nggak pernah cinta sama kamu. kamu itu cuma alat agar aku bisa naik jabatan dan bebas make uang kamu " ucap Farhan ingin rasanya menampar wajahnya namun tangannya akan kotor, karna pemuda dihadapannya ini lebih hina dari sebuah sampah

Airin mengambil gelas yang ada di atas meja lalu menyiramkannya ke wajah Farhan, farhan yang geram ingin menampar aku saat tangannya hampir menyentuh pipi mulus ku, tangan tersebut langsung aku tahan dan aku dipelintir hingga terdengar suara kretek mungkin tangannya patah karna terlihat dari pergelangan yang tidak pada tempatnya.

"Ahhhhh cewek sialan" ucapFarhan

Belum puas memelintir tangan fahran aku langsung menendang Farhan belum puas dengan sekali tendangan aku kembali memukul farhan hingga pemuda itu tidak sadarkan diri.

Banyak yang bilang aku gadis bar-bar, tapi kau tidak peduli karna rasa sakit ini lebih dalam dari yang dibayangkan orang lain. saat sudah merasa cukup menghajar Farhan hingga wajah Farhan tampak buruk, aku meninggalkan Farhan dengan perempuan yang bersamanya sejak tadi perempuan itu terus memanggil dan menyumpahi aku.

Aku berjalanan menuju rumah ketika sudah memasuki rumah aku hanya bisa menangis tersedu- sedu, rasa sakit dihati ini cukup menyiksa aku melempar barang- barang yang ada didalam rumah hingga membuatnya berantakan.

" Tuhan kenapa hidup ku begini mama dan papa sudah meninggal sekarang orang yang aku percaya mengkhianati ku. Mama papa Airin ingin ketemu Kalian" Aku membentur kan kepalaku ke tembok berharap bisa bertemu kedua orang tua ku tapi bukanya berdarah atau sakit aku malah merasa semua percuma.

Saat aku rasa sakit dihati berkurang aku berjalan ke kamar mengobati luka di kepala ku, kemudian naik tempat tidur setelah nya aku meminum obat penghilang sakit, berharap semua hanya mimpi keesokan hari saat membuka mata aku berharap melihat senyum ayah dan ibu yang menyambutnya saat pagi, aku memejamkan matanya berharap hari esok akan lebih baik.

Hujan yang turun menjadi saksi bisu rasa sakit hati yang dialami Airin alami sayup-sayup Airin mendengar seseorang meminta aku untuk bertahan, namun mata ini kian berat di telan kegelapan yang kian melahap jiwa perlahan namun pasti hingga hanya ada kesunyian

.

.

.

.

Hay balik lagi dengan aku. Cerita kali ini aku persembahkan untuk sahabat ku aku harap dia membaca cerita ini dan semoga kalian enjoy dengan cerita ini see you next chapter

The Secret Lady Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang