(40) menyerah

933 99 10
                                    

Saat Windy membuka mata hal pertama yang ia lihat adalah Padang rumput tempat ia pertama kali bertemu dengan Wilona, ia masih ingat kali pertama mereka bertemu Wilona menjelaskan tentang alasan ayah mengasingkan mereka walau pun alasan itu tidak bisa diterima Windy.

Baginya ayah hanya ingin melindungi dirinya sendiri tidak dengan nya, tidak dengan keluarganya, ia hanya sosok Yang egois yang ingin bahagia mesti harus mengorbankan kebahagiaan anak-anaknya.

"Lama tidak berjumpa Wilona.. upss atau sekarang harus ku panggil Windy hazel" sebuah suara membuyarkan lamunan Windy suara yang amat ia rindukan, suara dari sosok yang sudah ia anggap sebagai adik dan kakak sosok yang memberikan kesempatan kedua untuk hidupnya yang menyedihkan.

Entah kenapa saat melihat gadis itu air mata Windy terjun bebas rasa sesak yang selama ini ia tahan akhirnya tumpah juga, perasaan tertekan, sepi, sedih, marah semua jadi satu hingga dadanya menjadi sesak.

"Huaaa Wilona hiks hiks huu, Aku tidak sanggup lagi aku ingin pulang hiks hiks aku tidak suka dunia ini Wilona semuanya jahat rasanya berat menjalani semua ini. Aku pingin pulang" dalam pelukan Wilona tangis Windy pun pecah, semua terasa berat baginya

"Aku tidak sanggup wilo aku menyerah bisa kah kau mengembalikan aku kembali, aku akan mengembalikan tubuh ini kepadamu" lanjut Windy lemah ia sudah tidak sanggup menghadapi semua cobaan ini

"Tidak Windy tubuh itu sepenuhnya milikmu sekarang, aku hanya penunjuk jalan untuk mu saja. Kumohon berjuanglah jadilah gadis yang kuat maaf untuk semuanya dan janganlah lupa bahwa kmu tidak pernah sendiri. Apa yang kamu lihat dan dengar tidak selamanya benar hanya ini yang bisa aku katakan"ujar Wilona sebelum gadis itu perlahan menghilang

Saat Windy kembali membuka mata ia melihat semuanya tengah berkumpul disekitarnya, snow dan Chaster yang melihatnya penuh rasa haru dan ketiga anak snow yang melihatnya dengan wajah penuh air mata. " Kenapa kalian menangis? Snow ada apa? Jawab berhentilah menangis aku tidak suka kau bersedih" Windy menghapus air mata di wajah snow lembut

" Sudah Aku katakan itu berbahaya kenapa kau masih melakukannya? Tidak kah kau tahu aku sangatlah takut saat itu. Aku takut kau meninggalkan kami" ujar snow masih dengan mata yang berlinang

"Maaf" hanya kata itu yang berhasil keluar dari mulut Wilona, selama ingat tidak ada yang khawatir bahkan peduli dengannya entah di kehidupan pertamanya ataupun sekarang. Tapi saat melihat snow yang menangis dan Chaster yang melihatnya dengan mata penuh khawatir membuatnya merasa bersalah

"Berjanjilah jangan melakukan hal itu lagi kita keluarga sekarang kami hanya punya kamu seorang, berjanjilah windy" ujar Chester tegas seraya menepuk ringan pucuk kepala Wilona

"Sekarang makan dan minum obat mu setelah itu tidur. Anak itu aman dibawah pengawasan brown dan yang lainya" snow memenangkannya saat melihat Wilona sedikit khawatir dengan kondisi anak yang ditolongnya tadi.


Hai semua jujur aja aku mulai nggak nyaman untuk membaca atau ngetik mengunakan hp atau letop dan karna kondisi ini tangan dan mataku nggak sebagus saat belum sakit, waktu ku untuk mengetik ataupun membaca juga nggak bisa seaktif sebelumnya. Mungkin terdengar seperti alasan Selain karna kondisi ku saat ini aku juga mulai jarang buka hp karna sibuk dengan kegiatan kantor yang berangkat pagi pulang pagi,

Bahkan Untuk masalah diriku sendiri aku kadang lupa jadi aku harap kalian bisa sabar menunggu next part yang pastinya bakal lamaaaaa banget ini, bagian kalian yang masih setia sama cerita ini terimakasih banyak love you tomat semua redingers tercinta

aku tahu kalian sedikit keberatan dan mungkin kecewa tapi mohon di maklumi kondisi aku saat ini, Sekali lagi aku mohon maaf untuk kalian semua. Sampai jumpa di chapter selanjutnya 💕💕💞💕💕🙏🤩

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Secret Lady Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang