(24) makan bersama

3.6K 423 44
                                    


"Bagaimana kondisinya sekarang" tanya pria yang baru saja memasuki ruangan dapat dilihat rambut blonde pria itu tampak berantakan, wajahnya tampak kusut, Bahkan bajunya sudah tidak Serapi sebelumnya.

"Nona cukup terguncang tuan, saya khawatir jika kita sedikit saja lengah kemungkinan nona akan mencoba untuk bunuh diri. Saya sarankan tuan memberikan pengawasan ekstra untuk nona" ujar sang tabib setelah memeriksa kondisi gadis muda yang tengah tertidur di kasurnya itu, wajahnya ketika tidur terlihat damai

"Terima kasih kau boleh pergi" tabib itu langsung pergi meninggalkan empat pria yang menatap kosong ke arah gadis kecil mereka yang tengah tertidur.

Beberapa menit setelah Duke meningkatkan kamar Wilona, ia mendapatkan kabar yang cukup membuatnya syok, putri kecilnya mencoba bunuh diri. Hal itu cukup membuatnya kaget, ia bergegas menuju kamar putrinya hal pertama yang ia lihat saat sampai di sana ke-empat anaknya tengah menangis di balkon, lengkap dengan sang putri yang coba melepaskan dekapan ketiga saudaranya.

Dia dapat mendengar dengan jelas ucapan Wilona bahwa ia ingin menyusul sang bunda. Mendengarnya saja sudah membuat hatinya sakit belum lagi melihat putri itu tampak kacau, mata birunya kini tidak secerah sebelumnya, Pandangannya kosong.

Kondisi ini membuatnya hati kecilnya sakit putri yang selalu tampak kuat dan ceria ketika bersama dengan pelayan dan bintang busanya. Kini tampak sangat rapuh, hingga ia sangat yakin jika sedikit saja lengah putrinya itu dapat hancur dalam sekejap.

" Jelaskan bagaimana Wilona bisa mencoba bunuh diri" tanya Duke razel pada ketiga putranya yang masih menunduk

"Kami tidak tau ayah yang pasti Wilona menguping pembicaraan kita bahwa ia buta dan setelah itu ia histeris dan mencoba untuk bunuh diri" jelas Edward

pemuda itu merasa dia sudah gagal menjadi kakak bagi adik kecilnya itu, Bahkan dirinya lah yang paling merasa bersalah saat melihat Wilona terjun dari balkon. Jika saja saat itu Leon tidak menangkap tangan Wilona mungkin ia telah menyusul adiknya untuk mengakhiri hidup.

"Rudolf tambah pengawal di depan kamar Wilona, juga tambahkan pelayan di kamarnya pastikan dia tidak sendirian. kalian bertiga mulai sekarang akan bergantian menjaga Wilona, Pastikan dia tidak melakukan tindakan bodoh" perintah Duke razel

Pria itu menghampiri ranjang putrinya mencium pucuk kepala nya dengan sayang, dia merasa gagal menjaga peninggalan terakhir istrinya, merasa menjadi ayah dan suami yang buruk bagi istri dan anaknya.

"Eumm" lenguhan Wilona saat merasa tidurnya terganggu

"Tidurlah kembali sayang, ayah disini" ucap Duke razel lembut pria kaku itu mengelus rambut blonde Wilona dan sesekali menepuk ringan punggung Putri itu, Wilona yang diperlukan seperti itu mencari posisi yang nyaman berakhirlah dia memeluk tangan duke razel dengan erat

"Kalian keluar lah malam ini ayah yang akan menjaganya" perintah duke razel tegas bahwa ucapannya tidak ingin dibantah sedikit pun, ketiga putranya yang mendengar ucapan sang ayah hanya bisa mendengus kesal. Mereka juga ingin tidur memeluk sang adik, dengan berat hati ketiganya meningkatkan kamar itu

"Maaf ayah baru bisa memberimu kasih sayang saat kondisi mu seperti ini ayah menyesal, harusnya ayah bisa melindungi mu dan menyayangi mu lebih baik dari ini" lanjut Duke razel, walaupun terlihat tegar tapi ayah empat anak itu rapuh terutama ketika istrinya meninggal.

Dia merasa dunianya hancur dan beranggapan menjauhkan putrinya merupakan tindakan yang tepat untuk melindunginya, tanpa dia pernah menyangka bahwa hal tersebut telah menyakiti putrinya sendiri.

Malam itu ia tidur bersama putrinya memeluk tubuh kecil itu dengan penuh kasih sayang, berharap ia dapat menembus semua kesalahannya dahulu

***

The Secret Lady Where stories live. Discover now