(21) kepergian

4.6K 555 71
                                    


Setelah semua keributan di ruangan Wilona berakhir, Duke razel memanggil tabib terbaik istana ia tidak perduli lagi jika dicap ayah tidak berguna oleh dua binatang buas yang tidak punya akhlak itu. Sejak semua fakta terbongkar kedua makhluk seakan-akan tidak ada berhentinya untuk menghina Mereka, seperti sekarang saat Duke razel baru kembali dari istana dan membawa tabib terbaiknya.

"Lihatlah seseorang yang berlagak sebagai ayah yang baik nyatanya hanya sampah yang tidak berguna" ucap snow sinis ketika melihat sang Duke baru membawa tabib terbaik ketika kondisi Wilona mulai memburuk.

"Sudah lah berhenti menghina mereka nona akan marah jika ia tau kau menghina dan memprovokasi mereka" jeda Chester melirik sinis kearah empat pria yang sejak tadi menunduk

"Kau mebuang tenaga dengan purcuma hanya untuk menghina sampah yang nona tinggalkan" lanjut Chester seakan-akan ucapannya itu bukanlah hinaan melainkan sebuah fakta, kedua bintang buas itu nampak sedikit santai ketika Wilona sudah tidak kejang-kejang.

Kini mereka telah di luar ruangan Wilona para tabib mengusir mereka dari ruangan sejak tabib istana datang

Pintu besar yang memisahkan ruangan Wilona dan mereka terbuka, seorang tabib paruh baya keluar dengan kondisi yang tidak begitu baik. Rambut yang sedikit acak-acakan dan wajah kurang tidur menambah kesan menyedihkan diwajahnya

"Bagaimana kondisinya sekarang" tanya Duke razel yang langsung berlari ketika ruangan putrinya terbuka

"Maaf yang mulia kondisi nona cukup memperihatinkan. Menurut penyelidikan nona Wilona meminum sebanyak dua cangkir yang didalamnya terdapat racun bunga aster hitam, racunnya telah menyebar dan untuk anak-anak racun ini sangat berbahaya dapat membunuh dalam hitungan jam saja" jeda sang tabib kaki kempat pria itu langsung lemas air mata tidak berhenti mengalir,

mereka menyesal andai mereka lebih teliti dan lebih waspada semua ini tidak akan terjadi. Mereka tidak sanggup jika harus kehilangan seorang wanita yang mereka cintai untuk kedua kalinya

"Masih ada sedikit kemungkinan nona untuk sembuh seperti semula_"

"Berapa persen kemungkinan untuk Wilona sembuh, saya tidak mau tau ada harus menyelamatkan adik ku apapun caranya" ucap Wiliam seraya mengguncangkan tubuh tabib tua itu

"Kemungkinan nona untuk sehat kembali sangatlah kecil sekitar lima puluh persen. kita hanya bisa bedoa semoga nona dapat melewati masa kritisnya, Kami sudah memberikan nona obat penawar namun semua tergantung pada keinginan nona untuk bertahan hidup"

"Apa Kami sudah bisa melihat Wilona" Duke razel hanya ingin menebus dosanya kepada putri kecilnya itu berharap ketika putrinya bangunan orang pertama yang putrinya lihat adalah dirinya

"Tentu tuan, kalo begitu saya permisi"

Saat mereka sudah berada di kamar wajah Wilona yang dulu penuh dengan rona merah dikedua pipinya berganti dengan warna pucat, bibirnya yang merah merona kini sedikit membiru.

Hancur sudah petahana mereka Duke razel dan ketiga putranya duduk di ranjang wilona, memegang tangan kecil yang dulu bahkan enggan untuk mereka genggam.

"Sayang bangun, ayah dengar dari Anna Wilona ingin ayah cium dan peluk kan Sekarang Wilona bisa peluk dan cium ayah sepuasnya. Wilona boleh mukul ayah bahkan benci ayah tapi ayah mohon buka mata kamu sayang" Duke razel mencium kening Wilona penuh kasih, dulu ia hanya bisa mengamati perkembangan putrinya melalui Anna ataupun nana.

"Sayang, kakak minta maaf karena sudah buat kamu kesal kemarin. Kakak berjanji akan mengabulkan semua keinginan kamu, kakak mohon kamu bertahan" Wiliam memegang tangan kecil itu menciumnya berulang kali
"Hai wilona, aku tau kamu kecewa sama kita kakak mohon sadar sayang" Edward hanya memandang Wilona penuh kasih mengelus pipinya yang pucat wilona

The Secret Lady Where stories live. Discover now