(32) ayah

2.5K 256 10
                                    


"Kenapa kalian bersikap baik? bukankah kalian membenci ku karna membuat bunda meninggal, Bukan nya bagus sekarang kalian punya alasan membuang ataupun membunuh ku. Sekarang aku hanya beban dan aib untuk kalian" ujar Wilona pandangannya masih tertuju pada selimut tebal di pangkuannya

"Aku tidak pernah membenci mu. Aku hanya sedih saat itu, aku juga sedikit kecewa kenapa dulu aku menyalahkan mu. Mulai sekarang dan selamanya aku akan mendukung mu, itu janji ku sebagai seorang kakak" ujar Edward penuh keyakinan di setiap katanya

"Jangan pernah membuat janji yang tidak pernah bisa kau tepati kak, ingatkah dulu pun kau berjanji hal yang sama pada seseorang tapi nyatanya kau ingkar" ujar Wilona lirih.

Dia ingat saat membaca novel The Emperor love, ada cerita dimana Edward berjanji kan menyayangi adiknya yang belum lahir dan janji saat Edward akan mendukung Viona apapun keadaannya, Wilona tidak ingin mengambil resiko jika Edward kembali memihak Viona dan ke mungkin membuatnya merasakan apa yang Wilona asli alami.

Walau Edward pernah berkata mengulang waktu untuk memperbaiki kesalahannya di masa lalu, hal itu tidak menjamin dirinya tidak akan memihak Viona untuk kedua kalinya. Semua kemungkinan untuk membuatnya merasakan penyesalan sebisa mungkin harus dia hindari.

Termasuk terlalu percaya dengan keluarganya saat ini.

"Ada apa dengan kalian, kenapa suasananya  tegang seperti ini. Aku tidak ingin membuat janji karna aku tau itu akan menyakitimu jadi aku kan membuktikan semuanya dengan tindakan, jadi mulai sekarang bergantung lah padaku" ujar Leon tulus bahkan pemuda itu mencium pipi Wilona beberapa kali.

"Berhenti menciumi pipiku, aku sudah besar dan bukan anak kecil lagi.. ah. Berhenti.. kak Leon berhenti.." ujar Wilona berusaha menjauhkan wajah Leon mendorong bahkan mencakar wajah tampan pemuda itu, wilona akui dirinya memang masih kecil tapi jiwanya sudah dewasa.

Rasanya cukup aneh jika harus di perlukan seperti anak kecil oleh seorang anak yang bahkan lebih muda dibandingkan jiwa dalam tubuhnya saat ini, keributan yang dibuat Wilona dan Leon cukup membuat Edward dan Wiliam lumayan iri.

"Kak Edward dan kak William kenapa wajahnya ditekuk, seperti cucian kotor saja" ujar Leon dibalas tatapan tajam Edward dan Wiliam
 
Kedua pemuda itu langsung menerjang leon menggelitik pemuda itu, sementara Wilona tertawa lepas melihat tingkah ketiga saudaranya.

Kesedihan yang menimpanya tadi entah pergi kemana hanya ada tawa lepas gadis itu, hingga ke-tiga saudaranya mengalihkan pandangannya pada Wilona dengan tampang yang sangat-sangat kacau, rambut dan baju yang acak acakan menambah kesan lucu pada ke tiga pemuda itu.

"Wah dia menertawakan kita" ujar Leon saat melihat tawa lepas Wilona.

Edward, Wiliam dan juga Leon Saling menatap seakan-akan mereka mempunyai rencana licik untuk adiknya itu, mereka langsung menggelitik Wilona hangga gadis itu meminta ampun. 

Duke razel yang melihat kegiatan mereka hanya bisa tersenyum tipis, dirinya sadar bukan ayah yang baik untuk ke empat anaknya, dirinya pun bukan Duke yang adil untuk rakyatnya terkadang ia masih bersikap egois dan mementingkan dirinya sendiri dibanding orang disekitar.  dia aku itu.

Tapi salahkan jika dia berharap semuanya akan berakhir baik untuk keluarga nya, dia ingin senyum dan tawa ke empat anaknya bertahan selamanya, kebahagiaan yang tidak bisa dia berikan untuk ke empat anaknya itu.

"Edward, Wiliam, Leon berhenti adik kalian perlu istirahat" Duke razel menatap putranya dengan tatapan yang mengintimidasi, alhasil mereka mengalah dan membiarkan Wilona beristirahat.

Mereka mencium kening sang adik kemudian pergi meninggalkan kamar itu, hanya tersisa Duke razel dan Wilona keheningan kembali mengisi waktu keduanya. Tidak ada percakapan hangat mereka seperti dua orang asing yang tinggal dalam satu rumah.

Sudah satu tahun dia tinggal di kediaman Duke dan sudah satu tahun pula hubungan keduanya masih merenggang, terkadang Wilona mencoba untuk dekat dengan sang ayah seperti nya usaha yang selama ini ia lakukan tidak berguna .

Terbukti dengan sikap ayahnya yang tetap dingin, tatapan yang mengintimidasi Bahkan tidak jarang perkataan yang menyakitkan keluar dari mulutnya. Wilona tidak berharap lebih dia hanya ingin di cintai keluarganya sebelum Viona datang dan merebut cinta keluarganya selamanya.

" Maaf sudah menjadi ayah yang buruk untukmu"  tidak ada tanggapan dari Wilona Duke razel melangkah mendekati ranjang sang putri mencium sayang dahinya

" Aku gagal menjaga ibumu dulu, sekarang pun aku gagal menjagamu, maaf aku telah menjadi ayah yang gagal untuk kalian, Mulai sekarang ayah akan berusaha membuat mu dan saudara mu yang lain bahagia.

Aku akan menjadi orang yang bisa kau banggakan putri ku. Selamat malam mimpi yang indah" ujar Duke razel sebelum meninggalkan kamar, perlahan mata itu mulai terbuka sorot mata tajam iya layangkan kerah pintu yang hancur itu.

"Berusaha membuatku bahagia dalam mimpimu Duke, berapa banyak kesalahan yang kau perbuat pada Wilona asli dan diriku. Bukan hanya tidak mempedulikan kami kau pun tidak segan-segan mencaci maki aku di depan raja, tanpa mau mendengarkan penjelasan terlebih dahulu. Semua ini akan aku balas secara perlahan" ujar Wilona walaupun ia berkata seperti itu,  hatinya merasa tidak terima dan sedikit lega di saat bersamaan karena sang ayah masih menaruh perhatian.

perasan aneh yang tidak pernah ia rasakan. Entah ini perasaannya atau  Wilona asli, ia tidak peduli. ia akan membalikkan keadaan ia tidak ingin mati di tangan pria itu, berakhir tragis seperti buku yang ia baca sebelum terdampar di tempat ini . Perlahan-lahan matanya mulai memberat kegelapan mulai menyapanya, membuat gadis kecil itu kembali tertidur  hingga hari esok datang menunggu cerita baru untuk di buat.

.

.

.


Kalian lebih suka up sering tapi pendek atau up jarang tapi panjang, aku buat kalian milih deh jawaban kalian menentukan jadwal up cerita ini.

Jangan lupa untuk tekan bintang dan comen kalian, And see you next chapter bay bay 💞 💞

The Secret Lady Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang