(20) penyesalan

4.3K 520 30
                                    

Author POV

Boom

Boom

Boom

Suara ledakan terdengar di sekitar kediaman Duke Razel, segerombolan orang berbondong-bondong keluar untuk melihat suara kencang yang terdengar dari luar. Bukan sebuah bom atau ledakan yang terjadi namun Kembang api berbagai warna, bentuk telah ditembakkan dan kini tengah menghiasi langit malam kediaman Duke Razel

Selamat ulang tahun kak Leon

Tulisan di kembang api secara berurutan, andai malam ini tempat itu tidak terjadi penyerangan pasti acara ulang tahun Leon kan menjadi ulang tahun nya yang paling berkesan. Dari balkon disalah satu kamar dikediaman Duke Razel tampak sekumpulan orang yang tengah berjuang menyelamatkan nyawa gadis kecil yang tampak mengenaskan, darah terus mengalir dari mulut dan punggungnya

Para tabib berusaha untuk menggantikan pendarahan pada gadis kecil itu, wajahnya kian memucat nafasnya mulai tidak beraturan

Leon. pemuda itu tengah memandang kosong kearah langit malam air mata terus mengalir rambut yang semula tertata rapi kini sudah berantakan, baju yang awalnya menjadi kebanggannya dihadapan para bangsawan kini sudah berlumuran darah.

Aroma darah masih tercium di ruangan itu empat pria yang tadi saling menyalahkan sudah menghilangkan yang ada hanya empat pria yang tampak rapuh tidak ada satupun dari mereka yang terlihat baik-baik saja.

"Apa kamu tidak sadar Wilona sangat menyayangimu, dia mengorbankan dirinya demi kita. Orang-orang yang tidak pernah mengharapkan kehadirannya" ujar Edward yang baru saja menghampirinya ia masih menatap kearah ranjang dimana para tabib sedang berjuang menyelamatkan seorang gadis kecil.

Kemajanya sedikit terbuka sudut bibirnya pecah, darah Wilona yang ada di baju dan tangannya telah mengering

"Percuma kalian menyesali semuanya pada akhirnya adikku yang manis kini tengah berjuang antara hidup dan mati" ujar Wiliam penampilannya tidak kalah berantakan dengan Leon dan Edward.

Rambut pirang keperakan serta wajah tampannya kini telah berlumur darah bahkan darah kering yang berada ditangannya masih belum ia bersihkan, sekerang ketiga pemuda itu tampak seperti psikopat gila

"bukan ini yang aku inginkan, aku tidak pernah memintanya untuk mempertaruhkan nyawanya apa lagi untuk melindungi ku" ujar Leon masih menatap kosong kerah langit, dia tidak pernah mengharapkan akan di lindungi oleh makhluk lemah yang sangat ia benci keberadaan nya.

"Kau menang tidak pernah memintanya tapi dia tidak sanggup melihat kita mati ataupun menderita, aku mendengar ia berbicara dengan demon beat sinsu dan snow Wolf jika ia sudah cukup dewasa ia akan pergi meninggalkan ke mewah ini hanya untuk hidup tenang di sebuah desa" Wiliam pemuda itu membuang nafas sejenak mulai beranjak dari tempatnya duduk berniat membersihkan tubuhnya,

"Apa kau tidak pernah menyayanginya, ia tidak berharap banyak dari kita dia cuma ingin di cintai dan disayang apa itu berlebihan Leon. Aku dan Edward akan memperbaiki keadaan keluarga kita yang mulai merenggang" lanjut Wiliam, ia tidak ingin saat adiknya terbangun dan melihat keadaannya sekarang. Pasti ia akan membuat adik kecilnya itu ketakutan

"Tapi dia pembunuh ibu, apa otak kalian telah dicucinya hingga Kalian melupakan fakta bahwa dia pembunuh" ujar Leon saat melihat kedua saudaranya tampak khawatir dan mulai menerima kehadiran gadis itu. Leon pun khawatir dengan kondisi gadis kecil itu tapi rasa bencinya menutupi rasa khawatirnya. Langkah Wiliam terhenti saat mendengar ucapan Leon dia berjalan kearah Leon dengan tatapan membunuh

Brug

Brug

Brug

"Orang yang kau sebut pembunuh itu sudah menyelamatkan mu SIALAN APA HATIMU ITU SUDAH MATI" entah pemuda itu sadar atau tidak dengan perkataannya, Wiliam kembali memukul Leon habis habisan Wiliam seakan-akan tidak peduli jika adiknya itu mati

The Secret Lady Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang