(17) Edward

3.5K 444 16
                                    


Author POV

"Siapa yang mengijinkan mu pergi" Wiliam sudah ada dibelakangnya, sejak kapan pria berbadan jangkung itu sudah ada dibelakangnya. Wilona hanya memandang Wiliam dengan tatapan kosong ada sedikit rasa takut dalam dirinya ketika melihat pemuda dihadapannya ini

Hanya beberapa menit ketika ia akhirnya sadar akan kesalahannya, ia langsung mengubah ekspresi nya kembali datar dan tidak tersentuh, lebih baik tidak terlalu dekat dengan saudaranya akan repot baginya pergi jika sudah terikat secara emosional pada putra-putra sang Duke, belum lagi takdir Kematian yang menunggunya di masa depan

" Siapa yang mau pergi tuan muda kedua"

"Bukankah kamu sendiri bilang ingin pergi dari kediaman" ujar Wiliam memastikan

"Saya.. mau pergi, anda pasti salah dengar saya tidak pernah berkata ingin pergi" ujar Wilona dengan percaya diri

"Benarkah" ujar Wilona dengan tatapan menyelidiki, kemudian menganggukkan kepalanya dan duduk disebelah Wilona

"Te.. tentu saja, Lagi pula untuk apa saya pergi ketika hidup saya terjamin di sini" gumam Wilona sedikit gugup. sejak pemuda itu duduk disampingnya dia terus merasa sedikit terintimidasi terutama dengan tatapannya yang terus-menerus menatap kearahnya.

"Kenapa gugup aku tidak akan menghukum mu hanya karna ucapan mu diruang makan" Wiliam mengusap pucuk kepala Wilona dengan lembut.

"Aku tau kamu tadi hanya makan sedikit jadi aku membawakan Cookies ini untuk mu, makanlah ini aman aku tidak mungkin meracuni adikku" Wiliam dapat melihat keraguan dimata sang adik akhirnya ia memakan cookies dan memberikan sepotong lainnya kepada sang adik

"Lihat ini amankan" ujar Wiliam yang menggoyang-goyangkan cookies di tangannya, Wilona langsung memakan cookies yang diberikan Wiliam, Pipinya mengembung layaknya tupai membuatnya tidak tahan untuk mencium pipi gembul tersebut

Cup

Cup

Tubuh Wilona langsung menegang mentap wiliam yang baru saja mengecup kilat pipinya mengedipkan mata dengan lucu "Makanlah setelah itu datang keruangan Edward ia menunggumu di sana" ujar Wiliam sebelum meninggalkan Wilona yang masih mematung atas aksinya itu

Cup

Kecupan kilat kembali dilayangkan Wiliam saat melihat tingkah adiknya yang menurutnya lucu sebelum ia meninggalkan taman dan Wilona yang masih memproses apa yang baru saja terjadi.

"WILIAM MENYEBALKAN" teriak Wilona yang masih bisa didengar oleh Wiliam senyum tipis terukir diwajahnya yang dinginnya. Sudah dua jam sejak kepergian Wiliam dari taman dan Wilona masih terus mengomel melupakan ke marahannya

" WILIAM BRENGSEK"

"DASAR IBLIS KECIL"

"MATI SAJA SANA"

"KAKAK YANG TIDAK ADA AKHLAKNYA"

"Aaaaa WILIAM MENYEBALKAN" maki Wilona dengan sepenuh tenaga

"Nona. Apa tidak masalah mengumpat tuan muda kedua seperti ini" tanya snow

"Tidak masalah selama tidak ada yang tau. Lumayan menyenangkan juga aku bisa mengumpat dia dengan bebas tanpa perlu dihukum hehe" seru Wilona menggaruk tengkuknya yang tidak gatal

"Kepada siapa kamu mengumpat hingga lupa punya janji dengan ku" saat Wilona berbalik ia melihat Edward dan seorang pria yang ia kenal sebagai tangan kanannya, Valen namanya.

"Eh.. Bukan siapa -siapa jadi.. ada keperluan apa tuan muda pertama dengan saya" tanya Wilona yang kini telah duduk sambil memakan cookies

"Hanya ada beberapa hal yang ingin aku bicarakan, segera keruangan ku SE.KA.RANG" ujar Edward penuh penekanan pada kalimat terakhir. Kemudian pria itu pergi tanpa menunggu respon Wilona selanjutnya

The Secret Lady Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt