8. FAKTA

2K 312 51
                                    

Itadori memejamkan mata, bertukar tubuh untuk kedua kalinya. Sedangkan [Name] menatap Sukuna yang sudah kembali tengah meregangkan leher.

"Tidak berniat meninjuku lagi?" tanya Sukuna menyindir kejadian pekan lalu.

"Maunya, sih. Tapi aku kasihan sama Itadori."

Pasalnya setelah bertukar tubuh sore itu, Itadori bilang gusinya terasa berdenyut. [Name] jujur kalau dia meninju Sukuna pada pagi hari. Mungkin pertukaran mereka belum sempurna pas awal-awal. Ingat Warhammer Titan? Ya, kurang lebih begitulah nasibnya. Bedanya Itadori tidak dijadikan jeruk peras.

"Kau tidak membawa perekam suara, kan?"

[Name] menggeleng. Dia tidak ingin menanggung risiko seperti kemarin, bahkan ia sengaja tak membawa handphone.

"Ya, meskipun begitu aku masih bisa langsung melapor tanpa harus ada rekaman." kelit [Name].

"Aku ragu apakah kau akan melapor setelah mendengar penjelasanku nanti," ujar Sukuna melipat tangan di depan dada.

[Name] mengernyit singkat, lalu pergi meninggalkan Sukuna.

"Oi, mau kemana kau?!"

Gadis itu tak menjawab, ia terus saja melangkah. Menuruni gundukan tangga yang di kelilingi oleh pohon-pohon besar di sekitar. Hari ini adalah jadwal [Name] pergi ke rumah sakit untuk melakukan pengecekan. Biasanya ia rutin ke sana sebulan sekali kalau sangat sibuk dan dua pekan sekali jika agak senggang. Sedangkan Sukuna dengan malas mengekor.

Begitu sampai di tempat tujuan [Name] menyuruh Sukuna menunggu di luar. Awalnya Raja Kutukan itu sempat protes lantaran tidak dibiarkan ikut. [Name] menjelaskan kalau rumah sakit selalu lekat dengan yang namanya kutukan, Sukuna harusnya tahu soal itu. Lagian, pria itu bukan bodyguard. Namun, yang namanya Sukuna tetap saja ngotot.

"Tunggu di sini."

[Name] menutup pintu, lantas meninggalkan Sukuna di luar. Membiarkannya mengamati beberapa pasien serta perawat yang lalu lalang di sepanjang koridor. Jujur saja, Sukuna merasa risi dengan namanya manusia dan ingin sekali memusnahkan mereka. Sebab manusia itu lemah dan rapuh, tetapi anehnya selalu mendambakan kehidupan. Jauh berbeda dengan dirinya yang abadi.

Sekitar dua jam setengah berlalu, [Name] tak kunjung keluar. Sukuna sudah bosan menunggu. Jauh lebih bosan daripada diam di dalam domain expansion selama ribuan tahun. Sebenarnya ia bisa saja mendengar apa yang mereka bicarakan di dalam, sayang dia tidak paham isi obrolannya.

"Kalau begitu saya permisi. Arigatou gozaimasu, Sawasaki-san."

"Lama sekali," ungkap Sukuna menggertakkan gigi. Berusaha untuk tidak mencekik [Name].

"Ayo, pergi. Aku harus membeli beberapa makanan."

Tanpa memedulikan keluhan Sukuna, [Name] melangkah begitu saja. Sengaja amnesia menanyakan perihal tujuan Sukuna sebenarnya. Namun, dengan sigap Raja Kutukan itu menarik kerah baju [Name], menyeretnya untuk kembali.

"Berhenti buang-buang waktu, sebenarnya kau mau tau atau tidak?"

"Kalau memang pengen cerita ngapain tunggu aku bertanya?" jawab [Name] memasang tampang polos. "Lagian buat apa kau peduli?"

Sukuna terdiam. Dia tidak tahu harus menjawab apa. Sementara [Name] dengan mudah melepas diri. Kalau saja ini bukan bagian dari rencananya, Sukuna mana mau berurusan dengan gadis itu. Tanpa aba-aba, [Name] langsung menarik Sukuna begitu saja ke luar rumah sakit menuju pusat perbelanjaan. Seolah lupa dengan siapa ia berurusan.

Usai mengelilingi beberapa toko, keduanya bergegas menuju sungai tempat terakhir mereka bertemu atas permintaan Sukuna tentunya. Bukan tak beralasan, lokasi tersebut sangat jauh dari pemukiman. Sehingga Sukuna bisa jadi lebih leluasa berbicara.

REPEAT || 呪術廻戦 - Jujutsu Kaisen FanFictionМесто, где живут истории. Откройте их для себя