28. ULANG [END]

2K 187 66
                                    

"Sedang apa di situ, [Name-chan]?"

[Name] terkesiap. Menoleh perlahan kala mendengar suara tak asing yang menghampiri telinganya.

"Okaa-san, mite!" tunjuk [Name] ke arah seekor siput yang bergerak di atas akar tunggang. Iris matanya tampak berbinar. Dia memang pernah melihat hewan itu, tapi baru kali ini mengamati dari dekat. Biasanya orang-orang di sekitar akan langsung membuangnya karena dianggap sebagai hama.

Kenyataannya, walau hampir empat tahun hidup berdampingan dengan hutan, gadis itu jarang sekali berkeliaran bebas dan memafhumi hal sekitar. Dilahirkan sebagai satu-satunya perempuan dari klan Miura justru mendesaknya untuk tetap di rumah. Ya, lagipula dia masih kecil. Akan tetapi, sudah ada peraturan tidak tertulis yang mewajibkan gadis itu terus tinggal di ruang lingkup keluarganya.

Bila dipikir-dipikir, sebuah keajaiban [Name] dapat lepas dari aturan itu sekarang. Tentu berkat keterlibatan seseorang yang membutuhkan proses panjang. [Name] selalu bertanya-tanya apa alasan dia melakukannya, tetapi pria rambut putih itu tidak pernah mengatakan dan hanya tersenyum misterius.

Lalu jika bertanya dari mana asal wanita yang melahirkan [Name], tentu karena adanya perjodohan. Begitupun para wanita yang lain. Sayang tidak semua orang bisa sembarang keluar masuk sebab adanya aturan ketat dari tetua yang harus menyeleksi terlebih dahulu. Hanya orang-orang tertentu saja yang punya wewenang bebas ke sana. Sedangkan pria di sini, mereka juga tidak boleh ke daerah lain jika belum menginjak umur dewasa. Sangat kolot, ya? Dulu [Name] tidak tahu soal itu, tetapi sekarang dia bisa menjelaskan.

"Tapi, kenapa [Name-chan] di sini? Nanti dimarahi Ojii-san (Kakek)," peringat Ibu [Name] khawatir. Dia baru saja kembali dari kebun dan malah mendapati anaknya tengah sendirian di dekat sungai.

"[Name] bosan diam di rumah terus. Okaa-san jangan bilang kalau [Name] keluar, ya." Jawab [Name] kecil, memanyunkan bibir.

Ibunya terdiam sejenak lalu mengusap lembut rambut sang putri. Beliau sadar kalau anaknya seringkali merasa kesepian, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.

"Okaa-san, kenapa dia bawa ini ... yang bulat melingkar di atasnya? Itu baju?" tanya [Name] terdengar polos.

"Sayang, hewan ini namanya siput. Lalu yang atasnya disebut cangkang," jawab ibu [Name] mulai tertarik. Ia berjongkok di sebelah sang putri. "Fungsinya sebagai tempat berlindung."

"Seperti rumah?"

Ibu [Name] mengangguk kecil.

"Tapi, kenapa rumahnya dibawa? Kan, berat." tanya [Name] lagi.

"Itu karena cangkang atau rumahnya juga bagian dari badan siput. Di dalam cangkang ada organ-organ seperti jantung, paru-paru, lambung, usus dan yang lain."

[Name] berkedip-kedip menatap ibunya. Dia tidak tahu apa organ-organ itu.

"Penjelasan ibu susah, ya? Nanti kalau sudah besar [Name-chan] pasti paham."

"Lalu kalau rumahnya rusak, berarti siput mati?"

"Iya, sebab cangkang bagian dari tubuhnya juga."

"Terus dari mana dia dapat rumah?"

"Rumahnya dia dapat sejak kecil, sayang. Selama siput bertumbuh, maka cangkangnya juga ikut tumbuh."

"Tadi [Name] pegang rumahnya keras. Masa bisa tumbuh juga?"

"Bisa kok. Cangkangnya tumbuh alami. Setiap siput juga punya rumah yang pas untuk badannya. Jadi, siput lain tidak bisa sembarang menumpang atau mengambil rumahnya," tutur Ibu [Name]. "Begitupun yang sudah jadi milik [Name-chan] tidak bisa asal diambil orang."

REPEAT || 呪術廻戦 - Jujutsu Kaisen FanFictionWhere stories live. Discover now