15. KEGUNDAHAN

1.3K 220 68
                                    

"Mulai sekarang jangan pernah menemuiku lagi."

Kontan Sukuna terbelalak. "Jangan bercanda!"

Tentu pria itu tak langsung menyetujui keputusan [Name]. Lagipula yang membuat kontrak dengan Itadori adalah dirinya. Berarti semua harus berjalan sesuai keinginan Sukuna seorang.

Akan tetapi, sebagai sesama orang yang keras kepala [Name] tetap membulatkan pilihannya. Dia merasa bahwa selama ini Sukuna hanya bermain-main saja—dalam artian tersendiri. Meskipun telah dijelaskan berulang kali mengapa Sukuna 'berbaik hati' melakukan semua ini, [Name] masih saja bimbang. Ditambah ia juga merasa kalau Sukuna tengah menyembunyikan sesuatu.

Jangan pernah ragukan insting perempuan dalam mendeteksi kebohongan.

Mungkin kalimat itu cocok terhadap situasi [Name] sekarang. Yang jelas untuk saat ini ia tidak ingin berhubungan dengan Sukuna dulu. Kalau bisa selamanya.

"Aku pulang. Kau kembali sendiri saja."

Kemudian tanpa sadar, [Name] sudah menghilang dari pandangan. Sukuna yang berdiam di tempat lantaran sibuk bergulat dalam pikiran sendiri bergegas mencari [Name]. Sayangnya pria itu tidak bisa merasakan hawa keberadaan [Name] karena ia berhasil menyembunyikannya. Padahal hujan belum reda dan gadis tersebut masih dalam kondisi yang dikatakan buruk. Bisa saja terjadi sesuatu padanya.

Tunggu, kenapa Sukuna jadi gelisah begini?

"ARGH!"

Sukuna meninju dipan di belakangnya hingga hancur berkeping-keping. Dia benar-benar tidak bisa mengontrol emosi lagi, memorakporandakan tempat berteduh saat ini ialah satu cara meredakan amarah. Persetan dengan [Name], Sukuna terlalu malas mencarinya.

Sedangkan [Name] saat ini tengah melangkah lesu bak seorang gelandangan. Dilengkapi wajah pucat dan tampang berantakan, ia memeluk diri sendiri. Berusaha menghangatkan tubuh di tengah cuaca dingin meskipun sia-sia. Syukur lah hujan kali ini tidak disertai badai petir. Sebab yang ada di pikiran [Name] hanyalah pulang. Walau sebenarnya dia tidak yakin kakinya menuju ke mana.

Sementara di lain tempat, seorang pria tinggi tegap baru saja keluar dari minimarket. Membuka payung dan bergegas menuju mobil yang baru dibeli beberapa hari lalu. Begitu masuk, ia mendesah berat mengingat roti langganannya sudah habis terjual. Dari empat toko sekaligus. Ini semua akibat ulah Gojo yang tiada henti mengoceh dan selalu menghalang-halanginya pergi.

Melirik jam di pergelangan tangan sudah menunjukkan pukul setengah enam lewat, Nanami segera menyalakan mesin mobil. Apa boleh buat lain kali saja ia mencari makanan favoritnya. Alhasil berangkat melawan deras arus hujan yang kian membasahi kota Tokyo. Meski sempat terhalang macet, akhirnya dia tiba di jalan senggang.

Baru sampai beberapa kilometer, dari kejauhan Nanami tak sengaja melihat sosok yang tampak familier. Ia menyipit heran kala memastikan seorang gadis berambut pink-hitam dengan seragam khas Jujutsu tengah berjalan seorang diri. Belum lagi, gadis itu mengabaikan cipratan air yang mengenainya begitu pengguna jalan lain lewat. Bahkan tak ayal terdengar umpatan-umpatan dari mereka, tetapi si pejalan kaki hanya menunduk diam. Setelah menyaksikan hal itu Nanami bergegas turun dari mobil dan menghampiri sambil membawa payung.

"[Name-kun]?"

Yang dipanggil sempat menegang, tapi saat menoleh dan tahu itu adalah Nanami seketika ia menangis kencang tanpa sebab. Lain hal Nanami yang justru terkejut kala tahu kondisi [Name] sangat kacau. Ia buru-buru menarik jas yang memang sengaja ditaruh pada pundak lalu menyampirkannya ke [Name]. Tak lupa menenangkan gadis itu.

"Jelaskan apa yang terjadi di mobil nanti."

Nanami segera membukakan pintu, sekaligus memasangkan sabuk pengaman. Pasalnya [Name] terus menangis seraya menutup wajah. Kemudian mereka buru-buru pergi dari sana menuju rumah sakit.

REPEAT || 呪術廻戦 - Jujutsu Kaisen FanFictionWhere stories live. Discover now