Chapter 3 [Dia, sang pemilik netra hijau]

175 79 112
                                    

Happy reading ✨

******

Pukul 00.15 a.m, di sebuah ruang inap rumah sakit bernuansa putih.

"MAMA, BANGUN MA! MAMA TOLONG JANGAN BIKIN NARA TAKUT! NARA MOHON SAMA MAMA. NARA MOHON BUKA MATA MAMA!"

"HIKSS, TUHAN, TOLONG BUAT MAMA NARA KEMBALI SADAR. NARA GA BISA KEHILANGAN MAMA. NARA BUTUH MAMA BUAT SELALU NGELINDUNGIN NARA! NARA MOHON KABULKAN PERMINTAAN NARA KALI INI SAJA TUHAN!"

Tetapi, Tuhan seakan tidak mendengarkan doa Nara sedikit pun. Karena yang selanjutnya terjadi adalah,

"TIT, TIT, TIIIIITTTTTTTTTTTT..."

Suara itu. Suara yang tidak pernah ingin Nara dengar seumur hidupnya, berbunyi nyaring dan sukses membuat dunia di sekeliling Nara seakan berhenti berputar.

Tatapan Nara perlahan kabur. Tubuhnya bergetar hebat meraih tangan mamanya yang sudah dingin membeku.

Dengan panik, Nara menekan tombol rumah sakit. Berharap dokter datang saat itu juga.

"MA, MAMA GA BOLEH NINGGALIN NARA! GA BOLEH! TUHAN, KENAPA ENGKAU AMBIL NYAWA MAMA?! KENAPA ENGKAU TAK MENDENGARKAN DOA NARA?! DOKTER, TOLONG DOKTER KEMBALIKAN MAMA NARA! KEMBALIKAN-"

Dokter yang melihat kejadian itu langsung meminta suster untuk mempersiapkan semuanya.

Tak lama berselang, dokter dan seluruh tim medis di ruangan itu mengerahkan seluruh tenaga untuk membawa nyawa Mera kembali.

Nara yang berada di pelukan sang nenek hanya bisa menangis histeris kala melihat mata mamanya masih setia menutup, dengan dada yang bergerak naik dan turun.

5 menit telah berlalu, tetapi semua usaha yang dilakukan oleh dokter dan tim medis tak membuahkan hasil. Dokter pun menghentikan aktivitasnya dan menatap ke arah nenek Nara.

Dari tatapan itu, nenek Nara mengerti. Dan sejurus kemudian, air mata keluar tanpa bisa ia bendung lagi.

Nara yang melihat hal itu, sontak melepaskan pelukan sang nenek dan berhambur memeluk tubuh mamanya yang dingin terbujur kaku.

"MAMA! NARA MOHON JANGAN PERGI, JANGAN PERGI!"

"Nara, Nara, bangun sayang. Bangunlah nak, bangunlah," sang nenek menepuk-nepuk pipi Nara yang basah karna keringat agar terbangun.

"MAMA!"

Nara pun terbangun dari tidur, dan langsung memeluk sang nenek yang ada di hadapannya.

"Ssssttt, tenang nak. Tenang sayang. Nenek ada disini, nenek disini bersamamu." Ucap sang nenek menenangkan, seraya mengelus pelan puncak kepala dan bahu Nara yang bergerak naik dan turun.

Setelah dirasa cukup tenang, sang nenek melepaskan pelukannya, lalu menatap mata Nara yang merah akibat menangis dalam tidur.

"Kamu mimpi itu lagi nak?"

Nara pun menganggukkan kepalanya lemah, tanpa mau bicara.

"Sebentar, nenek ambilkan air hangat dulu ya. Biar badan kamu agak mendingan."

MANY MINDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang