Chapter 9 [Memutuskan perjanjian]

72 52 58
                                    

Holla!!
.

Gimana kabarnya hari ini?
.

Author doain Semoga baik-baik aja yaa ☺️
.

Oke, dari pada banyak basa-basi.. mending langsung aja ke ceritanya!
.

Happy reading all ✨

******

Kantin kampus, pukul 10.00 a.m.

Setelah mengantri 30 menit lamanya, kini tibalah giliran Nara untuk memesan.

"Bu, saya pesan baksonya satu.. sama es jeruknya satu ya," ucap Nara seraya menyerahkan uang 20 ribu ke hadapan ibu kantin.

"Oiya neng gelis, tunggu bentar atuh ya."

Ibu kantin pun mulai menyiapkan pesanan Nara.

Tak berselang lama, pesanan Nara telah siap.

"Ini atuh neng." Ucap Ibu kantin seraya menyodorkan nampan berisi semangkuk bakso hangat, komplit dengan segelas es jeruk segar.

Setelah mengucapkan terimakasih, Nara langsung menerima nampan itu dan berjalan pergi. Ia menjelajahkan matanya, hendak mencari bangku kosong di tengah ramainya kantin saat ini.

Tak lama, matanya berbinar ketika melihat ada satu buah bangku kosong, tepat di sebelah punggung tegap seorang lelaki yang tengah duduk, mengenakan Hoodie berwarna hitam.

Tanpa pikir panjang, Nara langsung berjalan ke arah punggung tegap lelaki itu dengan sedikit tergesa.

Nara langsung mengambil duduk dan menikmati makanannya, tanpa mau melihat ke arah lelaki yang berada di sampingnya sekarang. Maklum saja, perutnya sudah mengeluarkan bunyi sedari tadi.

"Lo lupa sama perjanjian kita kemaren?" tanya Arland bingung ketika melihat Nara makan dengan lahap dan santai di sampingnya saat ini.

Mendadak sendok Nara terhenti di udara. Ia memalingkan kepalanya ke samping, terkejut mendapati bahwa lelaki yang ada di sebelahnya kini adalah Arland.

"M-Maaf, Aku gatau kalo ternyata yang duduk disini itu kamu." Ucap Nara bergetar takut dan langsung berdiri hendak meninggalkan Arland.

Tapi cekalan lengan Arland, kembali membuatnya duduk.

"Lupain perjanjian gue. Sekarang lo makan,"

"Ta-Tapi perjanjian kita.."

"Lo masih ga ngerti sama omongan gue?" tanya Arland dengan tatapan dingin nan menusuk.

"Kamu yakin sama omongan kamu?" tanya Nara memastikan.

"Mulai detik ini, perjanjian yang gue lontar ke elo kemaren, gue hapus. Sekarang lo boleh ada di sekitar gue dan di hadapan gue." Ucap Arland seraya menatap ke-dua manik bola mata Nara cukup dalam.

Di tatap dalam seperti itu oleh netra hijau milik Arland, membuat degup jantung Nara berdetak kencang. Ia merasa ada jutaan kembang api yang meledak-ledak di perutnya, dan membuat wajah Nara berubah merah seketika.

Namun sejurus kemudian, Nara menyadarkan dirinya dan memutuskan kontak mata dengan Arland.

"Kamu lagi sakit ya?"

"Gue ga sakit." Jawab Arland yang masih setia menatap Nara saat ini.

Nara memejamkan matanya, lalu menoleh ke arah Arland lagi.

"Kenapa kamu tiba-tiba hapus perjanjiannya?"

Arland yang melihat Nara memejamkan mata seraya bertanya di depannya, membuat ia gemas, ingin mencubit pipi Nara.

Tapi ia tahan, karna Arland tak mau membuat dirinya menjadi pusat perhatian kantin yang ramai.

"Suka-suka gue. Kan gue yang buat perjanjiannya,"

Mendengar jawaban Arland, Nara memberanikan diri membuka mata, dan menatap netra hijau lelaki itu. Rasa gugup yang sempat ia rasakan pada dirinya, mendadak sirna seketika.

"Ih, ko kamu bisa seenaknya gitu sih!" ucap Nara mengerucutkan bibir.

"Oh.. jadi lo tetep mau perjanjiannya jalan?" tanya Arland menantang.

"Ya.. engga." Cicit Nara, tetapi masih bisa didengar oleh Arland.

Lalu, hening. Mereka berdua kembali melanjutkan aktivitas makan yang sempat tertunda.

15 menit telah berlalu. Mangkuk dihadapan Arland telah kosong. Ia pun berdiri, hendak melangkah pergi.

"Kamu mau ke kelas?" tanya Nara ikut berdiri di sebelah Arland seraya menenteng tas. Menandakan bahwa ia juga telah selesai dengan makanannya.

"Lo ga liat? Bentar lagi bel bunyi," tunjuk Arland dengan dagu ke arah jam dinding besar di tengah kantin, lalu berjalan menuju pintu keluar.. meninggalkan Nara.

"Oh iya bener." Tepuk Nara pada jidatnya saat melihat jam yang menunjukkan bahwa 10 menit lagi, kelas akan dimulai. Ia pun langsung menyusul Arland yang sudah berada jauh di depan.

"Kelas kamu dimana?" tanya Nara ketika berhasil menyusul Arland.

Hening, Arland hanya diam.. seraya terus berjalan dengan pandangan ke depan.

Melihat bahwa Arland tak merespon dirinya, Nara sontak merapatkan bibirnya dan ikut berjalan dalam diam di samping Arland.

Tak lama, mereka berdua pun dihadapkan oleh persimpangan koridor kampus yang sudah cukup sepi.

"Gue deluan." Ucap Arland dingin, lalu berbelok ke arah kanan.

"Ahh.. ternyata dia anak jurusan bahasa. Ga heran si, dia kan emang suka nulis." Ucap Nara, ber-monolog seraya memandang punggung tegap Arland yang berjalan menjauh, menuju gedung bahasa.

Dan setelah punggung tegap itu tak terlihat lagi, Nara memutuskan tuk berbelok ke arah kiri.. menuju kelasnya.

******

Terjawab sudah ya.. Untung aja Arland mau hapus perjanjiannya. Kalo engga, kemarin bakalan jadi pertemuan terakhir mereka :'))
.

Eits, tapi jangan senang dulu. Apa iya dengan terhapusnya perjanjian, bisa ngebuat Nara lebih dekat sama Arland?
.

Penasaran?
.

Stay tune di update-tan besok yaw✨✨
.

Oiya, kalau kalian suka sama cerita ini.. jangan sungkan buat ninggalin komen dan vote. Author tunggu yaaa 🤗
.

See ya 🌻
.

Luvv❤️

MANY MINDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang