Chapter 5 [Terulang kembali]

127 75 94
                                    

JANGAN LUPA VOTE ⭐ & COMMENT 🗣️
.

Happy reading✨

******

Dan di sinilah Nara berada sekarang. Tepat di sebuah taman pusat kota, yang cukup jauh dari rumahnya.

Nara sedang duduk di sebuah bangku tua berwarna hitam, seraya memandang langit luas bertabur bintang di atas sana.

Keindahan langit malam itu sukses membuat satu bulir air mata, jatuh mengenai lengan Nara.

Menandakan bahwa Nara saat ini, tengah menangis dalam diam.

Tak lama, bibirnya terbuka. Nara mengucapkan kalimat lirih yang dapat membuat siapa saja akan iba ketika mendengarnya.

"Ma, Nara udah gakuat lagi ma. Nara pengen ketemu sama mama, Hikss, Hikss," ucap Nara sesegukan, berbicara kepada langit.

"Kenapa engkau berlaku tak adil padaku Tuhan?! KENAPA?!" tunjuk Nara pada langit, lalu ia memukul-mukul dadanya yang mulai terasa sesak.

"AMBIL SAJA NYAWA NARA TUHAN! AMBIL SAJA! LEBIH BAIK NARA IKUT DENGAN MAMA DI ATAS SANA, DARI PADA NARA HARUS HIDUP MENDERITA SEPERTI INI!"

Nara berteriak hingga urat lehernya tercetak jelas. Kemudian ia menutup matanya dengan ke-dua tangan, menangis tertunduk ditengah dinginnya malam.

"Heh! lo bisa diem ga sih? teriakan lo bikin gendang telinga gue sakit."

Suara bariton lelaki sukses membuat tangis Nara seketika terhenti, dan membuat kepalanya menoleh ke arah kanan.

Matanya membulat ketika mendapati sosok lelaki dengan baju serba hitam, tengah berbaring di sebuah bangku tua, tak jauh darinya duduk saat ini.

Wajah lelaki itu tertutup buku. Membuat Nara tak bisa melihat siapa sosok lelaki itu.

Nara pun berfikir. Tadi ketika ia masuk ke taman, ia merasa tak melihat satu pun orang di sekelilingnya. Apa karna pikirannya yang kacau, sampai membuat ia tak sadar?

"Ka-Kamu siapa?" tanya Nara was-was dengan bibir bergetar, takut kalau lelaki itu adalah orang jahat.

Mendengar suara Nara yang sedikit bergetar, sontak membuat lelaki itu langsung mengambil buku yang menutup wajahnya, mengangkat punggungnya, dan duduk menghadap ke arah Nara.

Sedetik kemudian, Nara terkejut karna melihat wajah lelaki itu yang tak lain dan tak bukan adalah..

"ARLAND!" teriak Nara dengan ke-dua mata yang melotot.

"Lo bisa ga sih, gausah teriak? kalo ada orang yang denger, ntar dipikir gue mau jahatin elo." Ucap Arland santai seraya memasukkan buku ke dalam tas yang ia bawa.

"Ka-Kamu, sejak kapan tidur disana? kamu denger semuanya?"

"Gue manusia yang punya telinga. Ya pasti gue denger lah," Arland mengatakan itu seraya memegang telinga kanannya.

"Tolong, aku mohon sama kamu buat lupain semua yang kamu denger. Aku gamau ada yang sampe tau sama kondisi aku sekarang." Tatap Nara pada manik netra hijau milik Arland, yang masih bersinar terang ditengah redupnya lampu taman.

MANY MINDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang