Memulai Diri Untuk Menghasilkan Karya Dari Dasar-Dasarnya

18 4 0
                                    

Memulai Diri Untuk Menghasilkan Karya Dari Dasar-Dasarnya
Oleh : Nanda Rahmatul Fitri

Assalamualaikum Wr. Wb. Selamat malam semuanya. Sesuai jadwal hari ini yaitu materi kepenulisan.

Untuk judul materi hari ini adalah “Memulai Diri Untuk Menghasilkan Karya Dari Dasar-Dasarnya.”

Mendengar tema di atas, pasti kalian sudah mengira bahwa saya akan menghadirkan sejumlah informasi mengenai membuat karya. Namun, salah! Saya tidak akan menyampaikan itu saja, tetapi saya akan menyampaikan hal lain.

Dasar-dasar menghasilkan karya. Catat dulu tema hari ini. Siapa tahu akan berguna bagi kalian.

Perlu kalian ketahui bahwa membuat karya bukan dimulai dari membuat cover, menentukan tema atau judul, menentukan deskripsi cerita, dll. Namun, hal yang paling dasar dan penting adalah membangun diri kita terlebih dahulu.

Membangun diri? Maksudnya gimana?

Pasti setiap harinya kita melakukan sesuatu 'kan, yah. Nah, membangun diri dalam sesuatu tersebut juga pasti perlu dimasukkan. Contoh saat kita ingin ujian, perlu kita membangun diri agar jiwa kita mau belajar dan tergerak untuk melakukan apapun demi menghadapi ujian dan menghasilkan nilai yang memuaskan.

Dari sini kita juga membangun diri dalam menghasilkan karya. Bedanya dengan yang di atas adalah saat kita membangun diri untuk memulai berkarya ada tambahan rumus di dalamnya. Lantas, apa sajakah rumus membangun diri tersebut?

1. Niat. Membangun diri tanpa niat?
•Ah, pasti nggak ada gunanya karena niat itu penting dalam memulai suatu hal.

2. Dorongan individu untuk mencapai apa yang menjadi tujuan hidup.
•Setiap individu harus bisa mengukur diri dan menentukan visi dan misi hidupnya. Visi adalah pandangan kita untuk kedepannya, sedangkan misi adalah cara kita untuk mencapai sesuatu yang ingin kita gapai kedepannya atau cara untuk mencapai suatu visi. Dalam membangun diri kita perlu suatu visi dan misi agar diri kita mau tergerak secara greget demi tercapai. Kalau sudah menentukan visi dan misi pasti diri kita akan terbangun untuk melakukannya.

3. Komitmen.
•Komitmen adalah bentuk dedikasi atau kewajiban yang mengikat seseorang kepada orang lain, hal tertentu, atau tindakan tertentu. Komitmen dapat dilakukan dengan sukarela atau terpaksa, tergantung situasi masing-masing. Beberapa orang berkomitmen pada sesuatu karena mereka mencintai apa yang mereka lakukan.

Menurut saya, dalam membangun diri juga perlu komitmen. Mengapa? Agar di saat kita sudah terbangun dan menjalani sesuatu (berkarya), kita tidak akan mudah down, insecure, dll karena kita sudah berkomitmen seperti ini maka kita juga harus semangat melakukannya hingga tuntas.

4. Inisiatif yang ditandai dengan adanya kesiapan dalam menghadapi segala perubahan dan tantangan hidup.

5. Optimisme atau sebuah kemampuan bertahan dalam menjalani hidup dengan sudut pandang yang positif.
•Udah enak-enak membangun diri eh, malah negatif thingking. Duh, nyesel tuh diri. Maka dari itu, optimisme perlu ditanamkan dalam membangun diri. Mengapa? Membangun diri dengan sikap optimis beuh, pasti hasilnya insyaallah manjur karena jiwa kita akan senantiasa berpikiran positif sehingga dari sinilah jiwa kita sedikit demi sedikit akan terbangun.

6. Sering-sering memotivasi diri sendiri.
•Ini juga penting banget, yah. Mengapa? Karena saat kita membangun diri maka kita juga memerlukan suatu motivasi. Contoh : "Ayo! Ayo semangat! Katanya pingin? Ayo semangat! Ayo dong mulai dan lakuin! Pasti bisa kok!". Kalau perlu tulis di kertas terus pajang di kamar. Biasanya kamar, tuh, bagian ruang di rumah yang sering di kunjungi. Ya, nggak? Pasti iya. Nah, kalau kita nggak sengaja baca insyaallah diri kita mau terbangun dan tergerak kok. Asal diri kita benar-benar niat.

Untuk selanjutnya, yaitu memulai untuk membuat cerita.

Untuk membuat cerita pasti menentukan tema dahulu, 'kan? Kalau menurut saya itu salah besar!

Lah kok gitu? Ngawur nih ngejelasinnya!

1. Dalam memulai membuat cerita itu, kita perlu mengukur diri terlebih dahulu. Penting loh, ya. Mengapa? Karena kalau kita tidak mau ngukur kemampuan diri, ya, bakal sulit buatnya. Maksudnya begini, contohnya sebelum membuat cerita kita perlu berpikir bahwa kita itu lebih suka dengan cerita yang bagaimana? Roman? Fantasi? Horor? Atau yang lain?

Dari suka sinilah kita akan mudah mengukur diri karena apa yang kita suka itu pasti akan mudah dilakuin. Betul nggak? Nah, selanjutnya kita berpikir kalau otak kita identik dengan candu apa? Halusinasi fantasy? Romantisme? Horor? Thriller? Fiksi remaja? Atau yang lain?

Mengapa perlu berpikir seperti itu? Yah, karena jika otak kita sudah didominasi oleh hal-hal lain maka sudah jelas kita memiliki bakat di bidang tersebut.

Contoh, kalau kalian baca cerita siswa SMA, otak kita suka kebayang si tokoh A ini ntar bagus kalau jadian sama si tokoh B. Si tokoh ini pasti kalau bertengkar dengan tokoh D keren, nih. Nah, dari situ suatu saat kita membuat cerita akan muncul ide-ide mengenai hal tersebut. Hal yang dominan sehingga kita mampu mengetahui bahwa kita itu paling bisa di bidang fiksi remaja anak SMA.

2. Menentukan tema.
•Kalau sudah mengetahui bahwa diri kita cocok degan genre ini maka kita perlu menentukan tema dan judulnya.

Contoh, tema horor judulnya "Sumur Tua", "Siraman Malam Jumat", dsb.

Selain itu, tema juga memiliki potensi besar. Mengapa? Karena di saat kita writer block, kita dapat kembali ke awal semula, yaitu tema kita.

Kita udah mentok dan bingung part selanjutnya gimana, Ya Lord? :'( Nah, kita lihat temanya, yaitu horot maka kita perlu mengambil jalan keluar yang pada akhirnya mengarah ke horor. Insyaallah ide muncul sedikit demi sedikit dengan mengarah ke tema karena tema itu mampu membuat kita terpikirkan oleh suatu hal yang mana, dari suatu hal tersebut akan ada satu yang terlintas hingga membuat kita mengucapkan "Aha!".

3. Membuat Kerangka / Outline.

Google cek

PENGERTIAN OUTLINE

Menurut bahasa adalah : Kerangka, regangan, garis besar, atau guratan. Jadi, Outline merupakan rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur.

Kalau menurut saya, sih, outline hampir mirip sama sinopsis. Soalnya dari situ kita mampu mengetahui keseluruhan isi cerita. Bedanya, kalau outline itu lebih rinci pake banget. Dari outline pun kita juga bisa mengarang sebuah sinopsis.

Kalau nggak bisa buat gimana? 'Kan, pasti nggak bisa sekaligus berpikir episodenya.

Yaudah kalian pikirin aja cerita kalian itu bakalan gimana aja. Tidak perlu banyak mikirnya, cukup inti saja sehingga dari situ kita juga bisa membuat sinopsis yang juga berguna untuk patokan writer block setelah tema.

4. Menentukan Deskripsi Cerita.
Dengan menggunakan outline, kita bisa mengetahui keseluruhan isi cerita. Nah, deskripsi inilah yang harus kita cantumkan di bagian depan cerita untuk menarik minat pembaca (kalau di-publish di platform/apk tulis.

Cara membuat deskripsi itu :

1. Boleh mengambil sebagian adegan yang akan dicantumkan dalam cerita kita yang mana adegan tersebut paling 'woahhh'.

2. Langsung inti.

Contoh :
Cerita ini menceritakan seorang gadis bernama Andira yang terjebak dalam dunia pubakala. Tak hanya itu, Andira juga bertemu sesosok lelaki purba yang membuat keduanya menjalin hubungan cinta.

3. Bubuhi pertanyaan yang bikin kepo.

Contoh:
Bagaimana kisahnya? Bagaimana seorang Andira sampai menjalin cinta dengan manusia purba yang jelas-jelas tak masuk akal di otak kita?

Nah, seperti itu, yah.

Kumpulan Materi Gen 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang