4. PSIKOPAT? {SUDAH REVISI}

3.5K 268 9
                                    

Siang itu sekelompok pria berbaju hitam, berbadan kekar, tengah mengobrak-abrik rumah seseorang hingga semua pot bunga yang tadinya tersusun rapi, kini telah hancur. Satu demi satu kaca jendela dipecahkan dengan sedikit brutal. Bisa di lihat kursi dan meja yang ada di teras rumah tersebut, telah tergeletak begitu saja ditanah dengan posisi terbalik.

Praang

Kaca jendela dipecahkan oleh pria berbadan tinggi, botak, dan berbadan kekar. Ia menggunakan benda panjang yang terbuat dari besi, untuk memecahkan kaca bening nan besar itu. Hampir 3 menit lamanya mereka mengobrak-abrik rumah itu, sampai akhirnya wanita paruh baya datang dengan baju kemeja formal berwarna hitam biru.

"Ka-kamu? Ngapain kamu disini? Tolong... tolong jangan buat ulah lagi. Biarkan kami hidup tenang, kumohon!!" Ratna yang baru pulang kerja kini harus berhadapan dengan orang gila itu.

"Kamu pikir, setelah Al menjebloskan saya ke penjara... kalian bisa bebas dan hidup tenang?! Saya tidak akan membiarkan itu terjadi. Camkan itu!" Bagas. Dia berucap yang ditangannya sudah ada benda runcing dan tajam.

"Bagaimana bisa kau keluar dari penjara? Siapa yang membebaskanmu? Kau lebih pantas berada dipenjara sampai membusuk! Dan saya tidak akan membiarkan kamu mengambil Claudi lagi!" Suara wanita itu tak kalah lantang.

Bagas lalu melangkahkan kakinya, hingga berhadapan dengan Ratna. "Ratna... Ratna.. kamu kira saya kesini hanya mengambil Claudi?" tanya pria itu, di ikuti pula dengan senyum sinisnya. Ia menjulurkan benda tajam itu kearah leher wanita itu.

Spontan Ratna hanya bisa menelan ludahnya kasar dengan jantung yang berdetuk sangat kencang. "Maksudmu?"

"Aku juga akan mengambil Al dan membawanya ikut denganku," bisikan seraya tersenyum sinis.

"DASAR PSIKOPAT!! Mereka itu adalah anakmu! Darah dagingmu!" Ratna mencoba menjauh dari benda runcing itu, dan mengambil ponsel-nya didompet.

Belum sempat menekan tombol panggilan ke Al. Pria itu langsung merampas ponsel tersebut dari gengamannya. Tanpa babibu, Ratna berjalan mundur dan berlari meninggalkan mereka. Ketiga anak buah itu langsung mengejar Ratna, sedangkan Bagas hanya tersenyum tanpa ada rasa empati sekalipun.

¤¤¤

Dipinggir jalan ada Rara yang sedang menunggu Devan. Ia berpamit kepada Rara untuk membeli minuman sebentar diwarung depan. Devan menyebrangi jalan besar itu, sambil menunggu kendaraan yang lalu lalang. Merasa sudah aman, ia pun berjalan menelusuri jalanan besar itu.

Rara berteriak dari jauh, namun... Devan tak mendengarnya dengan jelas. Dia mengira Rara sedang meneriakinya karna sudah haus.

"Devan awasss ada mobill!!"

B

rukk

Darah kental menyembur jalanan besar itu. Devan sudah tergeletak diaspal dengan darah yang terus saja mengalir dimulut dan kepalanya. Mobil Sport berwarna putih yang menabrak, kini berlumuran darah.

Mendadak Rara terasa tertusuk, menyaksikan orang yang ia sayang ditabrak mobil. Rara berlari dan menerobos kerumunan warga ditengah jalan.

"Hiks Devan lo harus bertahan... lo harus kuat, gue bakalan bawa lo kerumah sakit." Rara sembari mengusap darah yang ada dipipi cowok itu.

Karna terlalu fokus dengan korban. Pelaku lalu kabur dari tempat kejadian itu.

wiiiuuuu wiiiuuuu wiiiuuuu

"Lo bertahan ya, Dev. Gue mohon lo jangan ninggalin gue. Hiks"

"Maaf... mbak tunggu diluar ya. Biar dokter yang menangani pasien." Suster lalu menutup pintu yang bertuliskan 'UGD'.

Rara hanya bisa menangis, dia ingin menelfon orang tua Devan. Tapi, ponsel Devan sudah hancur karna terpijak ban mobil tadi.

Ia mobil itu.

"Dimana pelaku tadi? Bisa-bisanya dia kabur dan tak bertanggung jawab."

Hampir beberapa menit Rara menunggu, sampai akhirnya dokter pun keluar dari ruangan itu. "Keluarga Devan?" panggil dokter.

"Saya dok, bagaimana keadaan Devan?" tanya Rara dengan sedikit gemetar dan sesegukan.

"Begini mbak... akibat benturan yang sangat kuat dikepala pasien. Sekarang pasien mengalami koma," jelas dokter kepada Rara.

"Apa... ko-koma dok?" tanya Rara tak percaya.

Dokter hanya mengangguk pelan dan enyah dari hadapan Rara. Ia langsung berlari masuk keruangan Devan dengan nangis yang sudah ia tahan dari tadi.

¤¤¤

Ditempat lain ada Ratna yang sedang berlari dengan pontang-panting. Ia menelusuri setiap gang agar tidak tertangkap oleh anak buah Bagas. Dengan napas yang terengah-engah, dia tetap saja berlari sampai ada warga yang mau menolongnya.

Beberapa warga yang berjalan berlawanan arah dengan Ratna, mereka bertanya mengapa iya berlari. "Lohh bu, kenapa lari?"

Ratna menarik napasnya dalam-dalan sebelum meminta pertolongan oleh warga. "Tolongin saya... saya dikejar sama orang jahat. Kalo penjahatnya datang, bilang kalo saya berlari kearah sana." Ia menunjuk kearah sana, dimana tempat itu adalah kuburan.

"Baik bu.. baik," ucap salah satu warga.

Ratna bersembunyi dibawah meja milik warga tersebut. Tiba-tiba, anak buah itu datang dan menemui warga yang sedang berpura-pura mengobrol.

"Permisi... apa kalian melihat wanita memakai kemeja formal berwarna hitam biru?" tanya salah satu anak buah Bagas.

"Oh, saya liat. Dia berlari kearah sana," sahut salah satu warga menunjuk kearah kuburan.

Tanpa babibu anak buah itu lalu berlari ketempat yang ditujuk oleh salah satu warga tadi. Ratna bernapas lega melihat anak buah itu pergi, ia berterima kasih kepada warga yang telah membantunya.

Dia langsung berbalik arah. Dia kaget, dia bertemu dengan...





ALRARA [ END ] ✓Where stories live. Discover now