40. ALERGI UDANG

2.8K 101 9
                                    

Happy Reading❤

Rintik hujan membasahi tanah, serta mengguyur kota Bandung. Suasana semakin dingin ketika hujan semakin deras. Rara memutuskan untuk ke kamarnya dan menatap langit-langit atap rumahnya.

"Nggak keluar?" tanya Ira yang sudah ada di depan pintu.

"Di luar hujan deras, nek. Gimana mau keluar?" ucapnya seraya bangkit dari kasurnya.

"Emang dia nggak ngajak kamu keluar?" Ira melangkahkan kakinya dan duduk dipinggiran kasur Rara.

"Dia? Dia siapa, nek?" tanyanya polos.

Ira tersenyum. "Nggak usah pura-pura bingung deh kamu."

Pasti yang nenek maksud ,Al

"Rara sama Al itu nggak ad-" ucapannya terpotong.

Tok tok tok

Seseorang mengetuk pintu, dengan cepat mereka membuka pintu tersebut. Pintu terbuka, dan menampilkan Al dengan senyum tengilnya.

"Assalamualaikum, nek." Al mencium punggung tangan Ira.

"Waalaikumsalam," balasnya dengan tersenyum pula. Sedangkan Rara, gadis itu menatap tajam kearah Al.

"Ngapain lo ke sini?"

Ira menatap Rara tak suka dengan menggelengkan kepalanya. "Rara nggak boleh gitu, dia kan temen kamu."

"Nek, saya boleh nggak ajak Rara keluar?" Ira melirik Rara yang telah menggeleng seakan-akan menolak.

"Boleh," jawab Ira cepat dan tanpa persetujuan dari gadis itu.

"Eh, enggak Nek. Rara hari ini capek banget, mau istirahat. Mending lo pulang aja yah, kita mau istirahat."

"Rara, kamu nggak boleh gitu. Niat dia kan baik loh, mau ajak kamu jalan-jalan. Udah yah, kamu ganti baju siap-siap trus berangkat."

Rara membulatkan bola matanya. "Kan masih hujan, Nek. Kalo Rara sakit gimana?"

"Udah gak papa, kita naik mobil kok," ujarnya dengan memperlihatkan kunci mobilnya.

Kening Rara mengerut. "Mobil?"

"Claudi sama Mama datang ke sini nyusulin, sekarang mereka ada di Villa aku lagi istirahat. Jadi, aku pake mobil Mama buat kita jalan bareng." jelasnya langsung disambut tatapan malas oleh Rara.

"Yaudah, sekarang kamu siap-siap. Kasihan Al nunggunya lama." Ira mendorong pelan Rara untuk masuk.

"Iya, Nek bentar." Gadis itu berdecak kesal, lalu menghentak-hentakkan kakinya ke udara.

"Eh Ra, mau aku temenin nggak?" goda Al yang ingin sekali dislending oleh Rara.

"Al, lo pilih gue tabok apa gue slending?" ucapnya dengan tatapan geram.

Cowok itu hanya menggaruk tengkuknya tak gatal. "Aku pilih kamu aja gimana?" kata Al dengan menaik turunkan alisnya.

"Diem atau gue tendang lo ke planet mars." Rara masuk ke kamarnya. Sedangkan Ira dan Al hanya tertawa.

Selang beberapa waktu, Rara pun selesai bersiap-siap dan langsung berpamitan dengan Ira. Di dalam mobil Rara hanya membungkamkan mulutnya, sedangkan Al dari tadi iya terus saja mengoceh.

Rara menatap ponselnya tanpa menghiraukan Al yang sedari tadi mengajaknya berbicara. "Ra, kita makan di Cafe deket sini yah?"

Tak ada sahutan dari gadis itu dan masih fokus dengan ponselnya. Al menatap Rara sekilas, dengan tatapan sendu.

"Ra."

"Rara," panggilnya lagi.

"Rara."

"Ck! Apasih ganggu tau nggak!" Rara menatap sinis ke arah Al, lebih tepatnya tatapan tak suka.

"Kamu mau makan di mana? Hem?" ucapnya dengan lembut.

"Terserah!" jawab Rara cepat.

Al mengangguk mengerti. "Oh iya, Ra. Kata Claudi, dia kangen sama kamu."

"Terus?"

"Besok dia mau keliling Bandung, dan juga bakal ngajak kamu." Rara menatap Al sekilas.

"Claudi yang minta, apa lo?" curiga Rara dengan menaikkan satu alisnya.

"Aku juga sih yang, hehehe." Gadis itu manganga dan memutar bola matanya malas.

"Ya Allah, tolong cabutlah nyawa teman saya ini. Saya iklas ya Allah," ucap Rara dramatis.

Al bergidik ngeri, jangan sampe doa Rara terkabul. Apalagi dia anak yatim piatu, orang tuanya sudah tiada sejak iya kecil.

"Dua kata untuk mu, Ra. Sungguh terlalu," kata Al dengan nada bicara Rhoma Irama.

"Makanya diem."

Selang beberapa menit, mereka pun tiba disalah satu Cafe dekat rumah Rara. "Ayuk, Ra."

Gadis itu pun turun dari mobil, hujan sudah reda jadi mereka tak perlu memakai payung. Suasananya sangat bagus, serta beberapa pelanggan yang tengah menikmati makanan mereka.

"Mau makan apa?" tanya Al lembut.

"Terserah."

Al hanya beroh ria, lalu memesan makanan untuknya dan juga Rara.

"Ditunggu yah, Mas, Mbak." Pelayan itu pun pergi.

"Ra, kamu sering ke sini?" Tentu saja Rara tak menjawab, dia masih fokus dengan ponselnya.

Cowok itu menghela napas kasar. "Di kacangin mulu gue."

Tak menunggu waktu lama, pelayan pun datang dan membawa pesanan mereka. Al mulai memakan makanannya, begitu pun dengan Rara.

"Gimana, enak Ra?" tanya Al tak lupa mengunyah makanannya di mulut.

Gadis itu hanya membungkam tak peduli. Tiba-tiba suara rintihanya terdengar karna menggaruk-garuk tubuhnya.

"Akhh... gatal banget... awww," ringisnya dengan kulit yang sudah timbul ruam yang sangat gatal.

"Kamu kenapa, Ra? Kok merah-merah gitu? Apa jangan-jangan kamu..." Al menjeda ucapannya.

"Jangan kebanyakan bacot deh lo! Ini pasti ada udangnya kan?" kesal Rara seraya menggaruk-garuk kulitnya yang semakin gatal.

"Emang ada udangnya," jawabnya enteng.

"Arrghhh... gue alergi udang bege. Udah lah sekarang lo anterin gue pulang, sumpah ini gatel banget." Al mengangguk cepat, lalu membayar makanannya.

Dimobil Rara terus saja meringis, membuat Al merasa bersalah. Kata maaf terus iya ucapkan, namun Rara tak menjawab. Karna gadis itu merasakan gatal yang sangat luar biasa. Al melajukan mobilnya, sampai akhirnya mereka pun tiba di rumah Rara.

"Sini aku bantu, Ra," kata Al ingin menuntun Rara masuk

"Nggak usah!"

Al mengangguk mengerti, lalu mengetuk pintu rumah Rara beberapa kali. "Assalamualaikum, Nek."

Wanita keriput itu pun membuka pintu. "Walaikum salam. Rara, kamu kenapa nak?" tanya Ira panik ketika melihat Rara yang sudah menggaruk kulit putihnya itu.

"Alergi, Nek." Bukan Rara yang menjawab, tapi Al.

"Yaudah, kita obatin di dalam yah." Baru saja Al melangkah, gadis itu langsung menahannya.

"Pulang lo!"

Bersambung...
Jangan lupa tinggalkan jejak yah, yaitu VOTMEN!

ALRARA [ END ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang