27. BERSABAR

1.5K 92 0
                                    

Happy Reading❤

"Ngapain lo di sini?" Pria itu melangkahkan kakinya mendekat kepada Rara.

"Gue nyusulin lo," jawab Zoni seraya tersenyum hangat, sedangkan Rara dan Ratna berdiri dan menatap pria berjakun itu.

"Ngapain nyusulin gue?" tanya Rara mengerutkan keningnya.

"Gue khawatir sama lo," ucap Zoni sambil memegang kedua pundak Rara.

Rara menepis tangan pria itu. "Gue nggak papa, mending lo balik ke Jakarta," suruh Rara. Dia hanya tak ingin masalahnya bertambah lagi, karena dia tau Zoni dan Al pernah berantem kata Claudi.

"Gue bakal balik, kalo lo juga ikut balik ke Jakarta." Rara memutar kedua bola matanya malas, iya menoleh keruangan Al.

Ratna melangkahkan kakinya masuk keruangan tersebut, dan memperlihatkan Al yang berjalan keluar pelan dengan dituntun oleh Claudi.

Melihat itu, Rara menghampiri mereka dan siap membantu Al. Baru saja wanita itu ingin meraih bahu Al, pria itu langsung mendorong Rara. Untung saja dorongan itu hanya pelan, kalau tidak Rara pasti sudah terbentur kedinding.

"Nggak usah," kata itu keluar dari mulut Al.

Rara menarik napasnya dalam-dalam, lalu membuangnya pelan. Iya tersenyum, menatap Al yang hanya ditatap balik dengan muka datar.

"Hari ini kak Al udah boleh pulang dan kita mau balik ke Jakarta, gue tunggu di rumah ya," bisik Claudi kepada Rara. Wanita itu hanya mengangguk mengerti. Ratna juga meliriknya dan mengisyaratkan untuk pulang duluan.

Mereka enyah meninggalkan Rara dan Zoni yang masih berdiri di tempat itu. Wanita itu hanya bisa menatap punggung Al yang perlahan menjauh dari mata lentiknya.

"Ayok, kita balik ke Jakarta," ajak Rara tanpa menoleh kearah Zoni. Pria itu hanya mengangguk antusias, dari pada harus banyak nanya.

Walaupun Rara tahu jika Al lupa dengan separuh ingatannya, dia akan tetap membantu Al supaya ingatannya bisa kembali normal. Anggap saja dia sedang berjuang. Karena cinta itu perlu perjuangan.

¤¤¤

"Kalo yang ini?" tanya Rara mengulurkan apel kepada Al.

"Gak." Itulah jawaban yang keluar dari mulut Al. Mereka telah tiba di Jakarta dan sekarang Rara berada dibalkon rumah Al. Ratna serta Claudi menyuruh wanita itu untuk menemani Al, sebelum mereka pulang dari Indomart.

Rara mengusap dada sabar, hampir lima kali iya mendapat penolakan dari pria itu. "Terus yang mana dong?" ucapnya dengan sangat lembut untuk menutupi kekesalannya pada Al.

Al hanya mengacuhkan kedua bahunya tak tahu. Pria itu merongoh tangannya kesaku celananya, lalu mengeluarkan benda pipihnya.

"Al makan dulu yah," suruh Rara yang sedari tadi membujuk pria itu untuk makan, tapi lagi-lagi iya hanya mendapat kata 'gak' atau 'ogah'.

"Mending lo pulang, ganggu tau nggak," kata Al dingin. Sedangkan Rara masih ngotot untuk menemani Al, walaupun beberapa kali diusir oleh pria itu.

"Tunggu mama lo sama Claudi pulang, baru gue pulang." Al memutar kedua bola matanya malas, ketika mendengar dan menatap Rara yang tersenyum dengan memperlihatkan deretan giginya.

Tiba-tiba seseorang datang dan menghampiri mereka berdua. "Ra, ayok balik." Mereka menoleh melihat sosok yang bersuara tadi.

"Lo balik duluan aja, gue masih nemenin Al di sini," tolaknua kepada Zoni yang dari tadi masih menunggu Rara di ruang tamu.

"Lo sebenarnya siapa sih?" Mendengar itu, keduanya kembali menatap Al yang kini mengerutkan keningnya.

"Kenalin gue Zoni, pacarnya Rara," ceplos Zoni kepada Al. Ingatan tentang Zoni juga iya lupa, Al hanya beroh ria.

"Pacar dari Hongkong. Orang gue it ..." Rara menjeda ucapannya, tiba-tiba iya teringat dengan pesan Ratna tadi.

Flashback on.

"Untuk sekarang Al jangan dipaksa inget semuanya dulu ya, Ra."

"Biar pelan-pelan aja, nanti juga Al akan ingat kamu."

"Tante cuman nggak mau terjadi apa-apa dengan Al."

"Kamu yang sabar yah."

"Asal kamu mau ada di samping Al terus."

"Iya tante, Rara bakal ikut semua kata tante.

Flashback off.

Selang beberapa waktu, keheningan mereka pecah, ketika Ratna dan Claudi datang dan menghampiri.

"Wah... makasih yah Rara, Zoni. Kalian udah jagain Al, maaf repotin." Ratna berterima kasih kepada Rara yang tengah menggaruk pelipisnya yang tak gatal, sedangkan Zoni iya hanya tersenyum kecut.

"Al udah gede ma, ngapain dijagain sama mereka segala," ucap Al dengan nada malas, menatap Ratna yang hanya mengangguk.

"Iya mama tahu, tapi kan kamu baru pulang rumah sakit," kata Ratna. "Udah gimana kalau sekarang kalian makan malam di sini, mau kan?" lanjut Ratna dan Rara langsung mengangguk antusias. Begitupun Zoni yang ikit memilih apapun yang Rara ucapkan, dan sekarang mereka akan makan malam di rumah Al.

"Yaudah kalau gitu Claudi sama Rara bantuin yah," kata Ratna yang masih menenteng kantong belanjannya tadi.

Mereka pun berjalan kearah dapur dan meninggalkan Al serta Zoni yang masih ada dibalkon. Zoni yang merasa ditatap oleh Al mendadak ngeri, takutnya pria itu menjadi GAY menyukai sesama jenis.

"Lo ngapain liatin gue kayak gitu?" tanya Zoni tanpa menoleh.

"Gue kayak nggak asing aja sama wajah yang nggak seberapa lo itu," ucap Al enteng, membuat Zoni sedikit geram. Tapi dia harus sabar, jangan sampai Rara marah dengannya.

"Songong banget lo, gini-gini cabe juga banyak yang nyamperin gue. Tapi yah, gue cintanya cuman cewek kayak Rara bukan yang cabe." Al hanya menaikkan satu alisnya dan mengangguk.

Pria itu mengeluarkan rokok disaku jaketnya dan membakar lalu menghisapnya. Tanpa babibu Al merebut rokok milik Zoni tanpa permisi, dan mengikuti apa yang pria itu lakukan. Membakar, menghisap dan menghembuskannya keudara.

Zoni melihatnya hanya tak peduli, karena ini bukan yang pertama kali Al merokok.

"Al?" Merasa dipanggil, Al pun menoleh begitu pun Zoni dengan sebatang rokok yang iya jepit dimulutnya.

Al tak menjawab, dia hanya menoleh sekilas dan melanjutkan kegiatannya.

Rara melangkah mendekati Al. Sedangkan Zoni, iya hanya cukup menyimak sambil memainkan asap rokoknya yang iya hembuskan keudara.

"Lo ngerokok?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Rara dengan ekspresi tak suka. Wanita itu paling anti dengan asap rokok.

Lagi-lagi Al tak menjawab. Dia hanya memutar kedua bola matanya malas, dengan beberapa kali menghembuskan asap rokoknya.

Rara sedikit kecewa dengan Al kali ini, bagaimana bisa seorang Al merokok. Dia menipiskan bibirnya menatap Al yang sepertinya sangat enteng menghisap rokok tersebut.

"Al, lo jangan rokok dong. Gue paling anti sama asap rokok, lo juga, Zon." Rara menutup mulut dan hidungnya dengan telapak tangannya.

"Oke-oke, gue buang. Nih," kata Zoni benar-benar membuang sebatang rokok yang hampir habis itu, lalu menginjaknya.

Mata Rara menoleh ke Al yang masih tak peduli dengan ucapannya. Iya menarik napasnya dalam-dalam dan mencoba bersabar dengan sikap pria itu. "Al, rokok itu nggak baik buat kesehatan lo," ujar Rara dengan suara lembut.

"Bodo amat," jawab Al tanpa menoleh.

Rara berdecak kesal, tanpa permisi iya langsung merebut rokok Al dan menginjaknya kelantai.

Al mengepal kedua tangannya kuat-kuat. "Lo apa-apa'an sih?!" ucap Al menatap geram kearah Rara yang kini hanya berkacak pinggang.

"Gue lakuin ini semua, demi kebaikan lo, Al. Gue cuman nggak mau lo kenapa-napa, apalagi kan lo baru sembuh. Lo dengerin gue yah, gu-" ucapannya terpotong.

"Lo. Bukan. Siapa-siapa. Gue. Paham?" kata Al menekan setiap ucapannya.

Deg

Bersambung...

ALRARA [ END ] ✓Where stories live. Discover now