41. MERAWAT RARA

2.7K 103 2
                                    

Happy Reading❤

"Pulang lo!"

"Rara, kamu nggak boleh gitu. Mending sekarang kamu minum jahe hangat, biar alergi kamu bisa sembuh yah," ujar Ira dan gadis itu hanya mengangguk.

Pada saat melangkah, tiba-tiba penglihatan Rara menjadi hitam serta tubuhnya yang seketika melemas.

Brukk

Al dan wanita tua itu pun panik, dengan cepat Al menggendong Rara menuju kamarnya.

Perlahan kedua mata lentik gadis itu terbuka, terlihat Al yang sudah menggenggam jari jemarinya. Kepalanya terasa pusing dan juga kulitnya yang sudah memerah.

"Alhamdulillah, akhirnya kamu udah bangun. Nenek udah obatin ruam kamu, biar nggak gatal lagi," ucapnya seraya mengelus-elus rambut gadis itu.

Rara hanya diam, karna mulutnya sangat susah untuk berucap sepatah kata pun.

"Ra, maafin aku yah. Aku nggak tau kalo kamu alergi udang, pliss maafin aku." Cowok itu memohon dengan tangannya yang masih memegang tangan Rara.

Kalo bukan karna Rara sangat lemas, bahkan berbicara pun rasanya susah. Rara pasti sudah mengusir dan kalau perlu menendang Al kedasar laut sekarang juga.

Rara menggeliat dan mencoba melepaskan tangannya dari Al, namun nihil. Tubuhnya terasa berat, ditambah kepalanya yang masih pusing.

"Nak Al, kamu tolong suapin Rara yah. Soalnya Nenek mau buatin jahe hangat dulu buat Rara," ujar wanita tua itu dan Al hanya mengangguk patuh.

Sedangkan Rara, gadis itu ingin sekali melempar, menendang, bahkan menylending Al saat ini. Bagaimana mau move on, kalo Al terus saja ada didekatnya seperti prangko.

Setelah Ira keluar, cowok itu langsung mengambil piring dari nampan. Menatap sendu kearah Rara dan ditatap balik dengan tatapan tajam olehnya. Al meneguk salivanya kasar, hampir setiap bertemu Rara terus saja memasang ekspresi tak suka padanya. Padahal iya rindu dengan Rara yang seceria dulu.

"Buka mulut, Ra."

Gadis itu mematuh lalu membuka mulutnya kecil, dan mengunyahnya perlahan-lahan. Rasanya sangat aneh mengunyah makanan dengan posisi tidur.

"Cepet sembuh yah," ujarnya seraya menatap wajah Rara yang sudah memerah.

Bukan karna blushing, tapi karna alergi udangnya tadi. Tangan kekar itu seketika mengusap pinggiran bibir Rara dengan ibu jarinya.

"Ada nasi dibibir kamu," ucapnya agar tidak ada kesalah pahaman nanti.

Uhuk uhuk

Segera Al mengambil gelas yang berada dinampan dan meminumkannya pada Rara. Iya sangat berhati-hati, takut gadisnya tersedak air pula. Rara meminumnya dengan memakai sendok, lagi-lagi tatapannya harus sedekat ini pada Al.

Merasa Rara sudah enggan lagi untuk minum, iya pun menaruh kembali gelasnya dan bersiap untuk menyuapi gadisnya lagi.

"Ra, kamu tau ngga?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Al.

Tau apa mujidin?
kesal Rara dalam hati.

"Tadi pas kamu pingsan, kamu manggil-manggil nama aku," dusta Al dan tentu saja Rara tak mudah percaya dengannya.

"Mau aku contohin? Kayak gini." Cowok itu menaruh piring terlebih dahulu ke meja dan mulai dramatis. "Mas Al, jangan tinggalin aku mas. Aku butuh kamu, tolong mas," lanjutnya dengan penuh drama.

Rara yang sedari tadi menahan tawanya, tiba-tiba nasi dimulutnya muncrat dan mengenai wajah tampan Al.

Astaga!!
batin Rara.

Bukannya marah, tetapi cowok itu langsung tersenyum karna bisa membuat gadisnya tertawa. Iya bangkit dari kursi dan mengambil tissue ,lalu me lap wajahnya dan juga pinggiran bibir Rara.

"Aku seneng Ra, liat kamu senyum lagi," ujarnya dengan menatap mata lentik sang empu.

Tangannya meraih tangan Rara dan menggenggamnya, mengusap pelan bekas alergi tersebut membuat gadis itu merinding. Iya hanya bisa membuang muka ke samping dan tak ingin menatap Al balik.

Yaampun... jantung gue
Aman gak sih ni jantung gue?
Rasanya mau lepas ni jantung lama-lama
Hanya itu yang bisa iya ucapkan dari tadi. Pasalnya, jantung Rara terasa mau copot ketika hembusan napas Al mengenai punggung tangannya.

"Cepet sembuh yah, baby." Al mengusap-usap rambut milik sang empu dengan lembut.

Selang beberapa waktu, wanita tua itu pun datang dan membawa segelas air jahe hangat. Ira memberikannya pada Al dan cowok itu langsung meminumkannya pada Rara.

Kenapa bukan Nenek aja sih?
Entar kalo ketahuan, bisa malu gue
Setelah berucap dalam hati, Rara langsung membuka mulutnya perlahan dan merasakan air jahe tersebut menjalar ke tenggorokannya.

Tok tok tok

Terdengar ketukan pintu dari luar.

"Nak Al." Merasa dipanggil, cowok itu pun menoleh.

"Iya, Nek."

"Kamu tolong temenin Rara dulu yah, di luar ada tamu. Nenek mau bukain pintu dulu." Mendengar itu, Al hanya mengangguk. Wanita tua itu pun keluar dari kamar Rara dan membuka pintu di depan.

Al menatap Rara yang ternyata sedari tadi gadis itu mencuri-curi pandang padanya. Iya tersenyum sumringah dan ingin sekali mencubit pipi sang empu. Tapi, iya urungkan terlebih dahulu. Kalau tidak, singa betina ini bisa ngamuk dengannya dan juga sang Nenek diluar.

Rara membuang mukanya lagi. "Aku tau kok yang, kalo aku itu ganteng. Tapi, jangan gitu juga dong. Tunggu aku halalin kamu, baru kita grepek-grepek," kata Al diakhiri dengan tertawa kecilnya.

Jika bukan karna Rara sedang sakit, sudah pasti Rara ingin melempar Al ke laut. Kalau perlu cowok itu tinggal di Bikini Bottom bersama ikan-ikan di sana.

"Ra?" Gadis itu hanya menatapnya malas.

"Nanti kalo kamu udah sembuh, kita balik ke Jakarta ya," ucap Al sembari memainkan jari jemari Rara.

Owhhh... tidak semudah itu Ferguso
batin Rara dengan menatap sinis kearah Al.

"Kamu nggak kangen apa, sama kenangan kita di Jakarta?"

Iya, eh enggak!

"Kamu harus tau, Ra. Tentang kejadian waktu ada Rania di rumah aku. Dia itu udah jebak aku, Ra. Dia mau kita berdua berantem, makanya dia ngelakuin itu," ujar Al seraya mencium punggung tangan gadisnya. "Aku harap kamu percaya sama aku. Aku nggak mungkin ngelakuin hal bejat itu, karna aku sendiri punya tiga perempuan yang paling berarti buat aku. Mama, Claudi dan kamu."

Satu kali kedipan membuat air mata gadis itu jatuh dari kelopak matanya. Sedangkan Al, cowok itu langsung menggelamkan wajahnya dari punggung tangan Rara.

Apa bener, Al?
Enggak, gue nggak boleh percaya gitu aja sama dia.
batin Rara yang ingin sekali mengusap air matanya agar tidak terlihat lemah.

Al menatap balik pada sang empu dan melihat cairan bening yang jatuh dari atas pipinya. Iya langsung mengusap dan tersenyum.

"Aku tau kamu perlu bukti, karna kamu belum percaya sama aku. Tapi, nanti kalo kamu udah sembuh. Kita balik ke Jakarta lalu aku bakal suruh Rania ngaku dan ngomong yang sebenarnya," jelas Al dengan tatapan sendu.

"Dan soal ini." Al menyentuh kaki Rara yang terkena kuah bakso waktu itu.

"Aku bener-bener minta maaf sama kamu, aku janji bakal tebus semua kesalahan aku. Asal kamu ikut aku ke Jakarta yah."

Rara ingin menolak, tapi hatinya ingin tau yang sebenarnya. Dia hanya tak ingin hatinya hancur lagi, apalagi ketika melihat Tasya dan juga Rania. Tasya yang sekarang adalah pacarnya Al.

Apa gue ikut ke Jakarta?
Arrgghhh... gue bingung sekarang!

Bersambung...
Feel nya dapet nggak yah?

ALRARA [ END ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang