Bagian 1 : Part 1

414 23 0
                                    

╔═══════════════════════════╗

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

╔═══════════════════════════╗

Ibu

Liana, kamu ada uang? Ibu butuh lima ratus ribu untuk seragam adikmu.

╚═══════════════════════════╝

Liana terdiam sejenak. Melihat layar ponselnya datar. Tapi akhirnya terhuyung jatuh ke atas ranjangnya. Menghela napas kasar. Ini sudah kali ketiga Ibunya meminta uang sebulan ini. Dia tahu Ibunya tidak akan seperti orang tua yang jahat. Lagi pula alasan yang dia berikan selama ini semuanya masuk akal. Harusnya dia bisa memberikan tanpa harus bersikap seperti ini sekarang. Ya, itu memang harusnya.

Namun, bulan ini ia tidak bisa. Tidak ada niatan untuk menjadi anak durhaka. Tapi, dia sedang krisis keuangan. Tanggal belum memasuki pertengahan bulan. Tapi uangnya hanya tersisa enam ratus ribu. Dan yang lebih menyedihkannya. Dia masih belum menemukan pekerjaan setelah dia mengundurkan diri. Banyak alasan, dari semua lowongan sudah penuh juga dia tidak punya koneksi orang dalam. Sebab dia keluar dari pekerjaannya yang lama juga tidak begitu besar. Dia hanya merasa keadaan di sana sudah tidak kondusif, jadi dia memilih pergi untuk kesehatan mentalnya sendiri.

Untuk sekarang, dia hanya seorang pengangguran.

"Ah, nggak tahu! Kan ada Ayah, ada Kakak, kenapa harus minta ke aku?" Dia melemparkan ponselnya ke atas bantal. Menjatuhkan badannya ke atas ranjang. Menutup kedua matanya, mencoba menenangkan dirinya. "Lagian inikan masih pertengahan. Kenapa udah beli seragam baru? Perlu tahu aja, ya. Dulu aku pakai seragam sekolah dari kelas satu SD sampai kelas 6. Sampai seragamnya bulukan!"

Ponselnya tidak lama berbunyi. Dia meraih itu malas-malas. Dan sudah seperti cenayang. Semua pertanyaan yang keluar dari mulutnya tadi langsung terjawab.

╔═══════════════════════════╗

Ibu

Kamu tahu, kan Adikmu memang cepat sekali besar. Ibu saja tidak habis pikir. Ibu sudah minta pada Ayahmu, bisnis bengkelnya sedang tidak berjalan baik beberapa bulan ini. Dan Kakakmu, dia sedang menabung untuk persiapan pernikahannya tahun depan. Maafkan, Ibu, ya. Kalau kamu tidak ada Ibu tidak akan memaksa.

╚═══════════════════════════╝

Dia meringis. Kalau sudah begini, dia tidak bisa berkutik lagi, semua kalimat gerutunya menghilang. Tergantikan oleh rasa bersalah. Kalau benar mungkin seperti ini gejala menjadi anak durhaka. Liana bangun, duduk dengan wajah lesunya. Tangannya bergerak cepat. Tanpa kata langsung mengirimkan uang ke rekening milik Ibunya sebesar yang di minta. Liana menatap sisa saldo tabungan yang tersisa di layar ponselnya.

Rp. 100.175,61

Ia menarik napas berat. Hanya itu kini hartanya yang tersisa. Dia mengusap wajahnya frustasi. "Persetan! Gimana aku bertahan hidup? Seratus ribu bisa beli mie instan 40 bungkus. Itu artinya aku masih bisa bertahan sampai empat puluh hari lagi," Dia bangun, mengambil cardigannya yang dia letakan di atas kursi. Dia pakai berniat keluar. "Lebih baik sekarang aku pergi beli mie instan. Dan mikirin harus beli rasa apa aja," Dia menjentikan jarinya. Bersemangat sendiri. "Bener! Aku harus beli semua rasa,"

REUNI (TAMAT)Where stories live. Discover now