Bagian 7 : Part 3

49 4 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Entah untuk yang keberapa kalinya, pagi di sambut oleh teriakkan histeris dari anak perempuan, pemiliknya adalah Rasmi dan Eka, berniat mencari keberadaan Dini dan Ica yang tidak ada di kamar. Keduanya malah menemukan mayat Dini telah mengambang di kolam renang. Teriakan itu tentu saja menyentak anak-anak yang sudah bangun. Iyan dan juga Vicky bergegas menghampiri mereka. Begitu melihat apa yang sudah terjadi, Iyan sempat hilang akal dan mencoba untuk menceburkan diri menyelamatkan Dini di sana.

Tapi dia langsung tersadar begitu diingatkan bahwa kolam renang ini terlalu dalam untuk orang yang tidak punya keahlian. Vicky menunjuk ke arah tongkat pembersih kolam seperti jaring, dia menyarankan untuk menarik Dini dengan itu. Dan dilakukan dengan segera. Awalnya mereka tampak kesulitan untuk menarik tubuh Dini ke pinggir kolam, karena dia belum begitu mengambang di atas air, masih tenggelam di tengah kolam. Rasmi dan Eka masih menangis histeris bertanya-tanya apa yang telah terjadi, itu membuat laki-laki di sana jadi frustasi.

Setelah jerih payah mereka, Dini bisa ke pinggir kolam, mereka mengangkat tubuh yang telah terendam air itu kesulitan. Rasmi dan Eka juga akhirnya ikut membantu. Dan begitu tubuhnya sudah di angkat, seluruh tubuhnya begitu dingin, wajahnya pucat dan jelas tidak ada tanda dia bernapas. Iyan masih mencoba untuk melakukan tindakan pertolongan pertama pada orang tenggelam. Melakukan CPR bahkan tidak ragu memberikan napas buatan. Tapi semua usahanya sia-sia.

Dini sudah pergi.

Saat melihat tubuh Dini yang sudah pucat dan biru, yang lain sebenarnya sudah putus asa. Mereka tidak bodoh, tubuhnya sudah mengambang yang artinya dia sudah tewas. Dan sepertinya dia sudah di dalam air cukup lama. Hanya keajaiban jika Dini hidup kembali. Tapi Iyan, tidak ada kata menyerah baginya. Dia terus melakukan usahanya yang sia-sia. Berharap dia masih bisa di selamatkan.

"Iyan! Hentikan!" Kata Vicky. Dia tidak kuat melihat pemandangan ini. Terutama Iyan, dia tahu bagaimana perasaannya saat ini. Menahannya juga ada rasa tidak nyaman. "Ini sia-sia! Dini sudah pergi,"

Iyan masih menekan jantung Dini, memompanya sekuat tenaga. "Tidak! Dia masih bisa diselamatkan! Aku yakin,"

Vicky menghindar, dia tidak cukup untuk menenangkan temannya itu. Tidak tahu seberapa besar perasaannya pada Dini tapi melihat sikapnya, jelas Iyan masih menyimpan begitu besar rasa cintanya pada Dini sampai saat ini. "Iyan, sudah. Kamu hanya menyakitinya," ucap Rasmi. "Relakan dia, kami tahu ini berat tapi dia sudah pergi,"

Untuk beberapa kali, Iyan masih terus memompa jantung Dini. Sampai dia lelah, tubuhnya lemas. Duduk berlutut di samping tubuh Dini yang begitu dingin dan basah. Iyan menunduk hilang harapan, berakhir tangisannya pecah seperti anak kecil kehilangan permennya. Begitu tidak terima dengan apa yang sudah terjadi pada Dini. Jika boleh jujur, dia bisa merelakan kematian anak-anak yang lain. Tapi jika Dini, rasanya begitu sulit.

Tidak berselang lama, Rizam datang bersama Nuri dengan jarak langkah yang cukup jauh. Mungkin mereka berpapasan di tengah jalan dan salah satu dari mereka memilih untuk mempercepat langkahnya. Saat menemukan tubuh Dini di bawah dengan keadaan begitu menyayat hati, tidak perlu penjelasan apa yang telah terjadi. Keadaan menjelaskan semuanya. Dan Rizam, dia menghampiri dengan langkah lemasnya. Berdiri mematung di sebelah Iyan yang begitu pilu tangisannya.

REUNI (TAMAT)Where stories live. Discover now