Bagian 6 : Part 2

48 7 0
                                    

Seperti yang telah disepakati oleh semuanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seperti yang telah disepakati oleh semuanya. Juhen akhirnya tetap berada di ruangan bak penjara itu untuk sementara. Tidak peduli dia terus membela diri, teriak menjelaskan semua alasannya dan berakhir mengumpat karena kekesalannya tidak dapat terlampiaskan. Semuanya membiarkan dia di sana sampai lelah sendiri dan berakhir duduk penuh dengan rasa putus asa. Saat rapat telah berakhir, dia dibiarkan di sana sendirian berharap dia menyesali perbuatannya atau mungkin mereka berharap dia mengakui bahwa dialah tudung hitam sebenarnya.

Semuanya kembali ke aktivitas mereka masing-masing, beberapa orang agak berpencar untuk mencari sesuatu hal yang mungkin saja akan membantu mereka keluar dari tempat ini dan selebihnya memilih duduk di beberapa tempat untuk menenangkan diri. Seperti di kolam renang, ruang tamu juga taman. Kebanyakan dari mereka membicarakan tentang tingkah Juhen. Membicarakan betapa mereka begitu tidak percaya dengan apa yang telah dia lakukan, membicarakan seluruh asumsi dan konspirasi dari hari pertama mereka dan menyambungnya menjadi satu. Dan entah kenapa apa yang mereka pikirkan benar-benar membawa Juhen menjadi pelaku yang sebenarnya.

Tujuan semua orang menahan Juhen adalah untuk membuktikan kebenarannya. Jika memang dia bukan pelakunya harusnya tidak lama akan ada korban lagi tapi jika tidak. Sudah di pastikan dia lah pelakunya. Itu keputusan mereka.

Hari pertama Juhen berada di penjara tidak terjadi apapun. Satu hari terlewati tanpa ada kejadian apapun, tanpa darah, tanpa tragedi dan tanpa korban. Anak-anak juga tidak pernah lagi keluar saat malam setelah kejadian itu. Itu hal yang baik bagi semuanya, tapi untuk Juhen. Itu seperti sebuah jurang baginya. Membuat yang lain meyakini begitu kuat bahwa dirinyalah adalah si tudung hitam.

Jelas untuknya keluar dari tempat itu adalah mustahil. Gembok yang menguncinya di penjara itu semakin banyak. Karena dari semua orang yang masih bertahan hidup tidak ada satu orangpun yang menginginkan dirinya keluar dari sana. Jika memang ada, suaranya tidak akan di dengar. Tapi, Juhen tidak putus asa untuk mengatakan pada orang-orang bahwa bukan dirinyalah pelakunya. Dia tidak menyerah, terus mengoceh membela dirinya walau dia sendiri sudah lelah dengan kalimat yang terlontar dari mulutnya sendiri.

Hari kedua tidak jauh berbeda, keadaan damai terkendali tanpa ada kasus pembunuhan dan pengurangan manusia. Seperti mereka telah berhasil mengatasi masalah pembunuh yang meneror mansion selama ini. Ada sebuah rasa lega yang hadir di hati mereka dan rasa khawatir yang menghilang. Karena ketakutan mereka kini sudah terkunci rapat di ruangan bak penjara itu. Tapi ketakutan mereka kini berubah menjadi sebuah bencana lainnya.

Kelaparan.

Sudah hari ketiga mendatangi dan seluruhnya mengalami hal yang sama. Perut mereka kosong, lemas, lesu, beberapa orang melamun, beberapa anak merintih sakit di lambung mereka. Mereka lebih memilih untuk berada di kamar untuk tidur agar rasa lapar mereka terlupakan. Tapi tentu saja itu tidak akan bisa bertahan lama, cepat atau lambat mereka harus memenuhi kebutuhan energi yang telah menghilang. Juhen yang berada di ruangannya tersendiri juga tidak jauh berbeda. Dia bahkan mungkin sudah dehidrasi.

REUNI (TAMAT)Where stories live. Discover now