Bagian 5 : Part 3

43 7 0
                                    

Pintu kamar Lia terbuka, orang yang pertama kali masuk adalah Lita, kemudian diikuti oleh Ria, Fisya, Amel dan Fica

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Pintu kamar Lia terbuka, orang yang pertama kali masuk adalah Lita, kemudian diikuti oleh Ria, Fisya, Amel dan Fica. Lia sendiri agak tertinggal karena sibuk mengunci pintu kamar. Karena saat di pertemuan sebelumnya mereka sudah dipesankan untuk mengunci pintu kamar dan melarang membuka pintu untuk siapapun saat malam hari. Tapi di dalam, suasana agak cangung, terlebih ketika Fica yang kini berada di salah satu tepi kasur berseru tidak senang.

"Tujuan kamu sebenarnya apa, Lita?" Yang lain mulai tidak nyaman. Fisya memilih untuk masuk ke kamar mandi. Amel sibuk menonton tv bersama Ria. Dan Lia. Dia terpaku di pintu.

Yang terpanggil masih duduk di ranjang lain, membalas dengan santai. "Apa?"

Fica tertawa getir. "Aku tahu kamu punya banyak makanan. Tapi hanya dua mie instan dan tiga buah roti? Serius?" Katanya. "Sudah banyak anak-anak tewas di luar sana. Kita semua sedang berusaha bertahan hidup dari pembunuh di mansion ini dan laser pembelah manusia di luar sana. Tapi kamu masih punya rasa tamak di saat seperti ini?"

Ini tentang pertemuan mereka beberapa menit yang lalu sebelum mereka semua kembali ke kamar masing-masing. Begitu mengetahui bahwa makanan di dalam kulkas membusuk dan tidak ada makanan untuk bertahan hidup kedepannya. Semuanya kembali berkumpul di ruang makan, berdiskusi tentang apa yang telah terjadi, mengabarkan bahwa di luar sana ada bahaya yang lebih gila, mengatakan jika yang berkumpul saat ini adalah orang-orang yang tersisa. Rapat itu jadi agak sedikit sentimental dan penuh dengan duka.

Bahkan para anak laki-laki yang sebelumnya begitu optimis kini juga jadi agak terguncang. Beberapa dari mereka memilih untuk tidak banyak bicara. Rapat itu berlangsung sekitar setengah jam lamanya, selain kabar, saran dan juga pesan. Sesuai dengan kesepakatan bersama, mereka memutuskan untuk mengumpulkan seluruh makanan yang dimiliki dan meletakkannya dalam satu tempat di dapur. Dan ketika mereka akan makan bersama, tidak ada yang akan kelaparan.

Dan ini juga salah satu cara untuk menghemat bahan makanan yang begitu sedikit untuk orang yang tersisa.

"Tolong semuanya mengerti dan jangan merasa tidak adil karena makanan milik kalian malah menjadi milik semuanya. Kita semua akan berhemat, mungkin kedepannya kita akan makan satu hari sekali," ucap Dini pada semua orang yang tengah berbaris di depan sana.

Di dalam sebuah box besar, semua makanan yang di miliki oeang-orang di kumpulkan menjadi satu. Mereka berbaris meletakannya di sana dan kembali duduk. Dari nasi instan, roti, biskuit, snack, ayam siap masak dan mie instan yang mendominasi. Cukup banyak jika itu di kumpulkan tapi agak ragu itu akan bertahan untuk seminggu kedepan.

"Sampai kapan kita akan di mansion ini?" Tanya Eka ketika giliran dia meletakan makanan miliknya. "Jujur aku takut,"

Dini melirik pada Ica di sebelahnya, lalu membalas dengan optimis. "Kita pasti bisa keluar dari sini secepatnya. Kita berdoa saja setelah ini semoga ada cara agar kita bisa pulang,"

Eka menganguk, memasukan makanan miliknya ke dalam box. Lalu kemudian yang lain gilirannya. Itu adalah Nuri, Rasmi, Hidup lalu seterusnya adalah barisan anak laki-laki. Kebanyakan dari mereka tidak ingin berkomentar apapun lagi. Selain meletakan makanan terakhir, mereka juga mengabsen dengan wajah lesu dan tidak ada semangat.

REUNI (TAMAT)Where stories live. Discover now