Bagian 5 : Part 2

39 6 0
                                    

Setelah kejadian mengerikan itu terjadi di depan mata mereka sendiri, ketujuhnya sesegera mungkin masuk ke dalam mansion

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah kejadian mengerikan itu terjadi di depan mata mereka sendiri, ketujuhnya sesegera mungkin masuk ke dalam mansion. Rasmi dan Nuri berteriak histeris dan menangis ketakutan hampir kehilangan kesadaran mereka, jadi Rizam dan Tajri menuntun mereka sampai ruang tamu untuk mendudukkan mereka di sofa. Sementara Iyan, Vicky dan Juhen menutup pintu mansion rapat-rapat dan menahannya dengan dua laci besar terdekat.

Lalu susana mulai sedikit tenang, walau keduanya masih terisak menangis. Dan mereka kehilangan semua hal di kepala mereka. Menyisakan pertanyaan yang tidak bisa terjawab.

"Sebenarnya ada apa di luar sana itu? Sebuah laser yang bisa membunuh manusia?!" Hardik Iyan. "Pembunuh, virus, labirin, sekarang laser yang asalnya dari atas langit. Ini sudah tidak masuk akal!"

"Benar! Dan semakin lama, banyak korban yang berjatuhan," timpa Juhen.

"Kalau begini terus. Kita semua akan mati di tempat ini. Antara terbunuh oleh pembunuh itu atau terbelah oleh laser di luar sana," tambah Vicky.

Rasmi dan Nuri refleks meringis sedih, keduanya merengek takut. "Aku nggak mau mati di sini, Zam! Aku takut!" lirih Nuri.

Rizam tidak merespon apapun, hanya sebuah helaan napas berat juga bibir yang bungkam. Tajri menyela membalas. "Kita semua juga takut, Ri. Nggak ada yang nggak takut setelah melihat kejadian kaya gitu tadi. Tapi kita harus bertahan,"

Rasmi mengelak. "Kita nggak bisa bertahan selamanya di sini. Ada pembunuh di mansion! Cepat atau lambat kita semua akan jadi korban,"

Nuri lalu memeluk Rasmi dan mereka saling menangis di sana. Yang lain hanya bisa memasang wajah penuh kecewa dan pasrah. Walaupun mereka adalah laki-laki yang harusnya paling kuat di sebuah kondisi sulit tapi di saat ini rasanya sulit sekali. Semua hal yang telah terjadi hanya berlangsung di hari ketiga mereka di mansion rasanya sangat cepat untuk mereka memproses apa yang sebenarnya terjadi. Para korban yang tewas sudah lebih dari sepuluh orang hari ini dan lima belas di hari ketiga mereka, ini terasa seperti pembantaian massal untuk semuanya. Mengoncangkan mental mereka yang sudah sejak lama setipis kertas.

Saat itu Nando muncul dari arah tangga. Turun sembari menguap serta meregangkan otot-otot tubuhnya. Begitu dia sudah berada di ruang tamu dan mendapati anak-anak tengah berada di sana, kakinya mendekat untuk bertanya. "Ada apa? Pagi-pagi sudah sentimental begini?"

Awalnya tidak ada yang membalas karena masih shock dengan apa yang terjadi di tambah dengan sikap Nando yang sama sekali tidak memperlihatkan rasa duka juga rasa simpatik. Tapi karena Nando kembali bertanya dan agak mendesak mereka. Vicky yang masih berdiri di depan pintu bersama Iyan dan Juhen menyahut. "Jangan katakan kamu baru bangun,"

Nando menaikan bahunya. Mengantongi kedua tangannya di saku. Bersikap tenang bagaikan tidak pernah terjadi apapun sebelumnya. "Iya, kenapa?"

Vicky tertawa getir. "Aku tidak mengerti kamu masih bisa tidur senyenyak itu dan bangun siang ketika kita semua perlahan mati di tempat ini,"

REUNI (TAMAT)Where stories live. Discover now