Bagian 2 : Part 1

170 10 0
                                    

Tur mereka masih berlanjut, dua bus tingkat itu melaju dengan kecepatan rendah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tur mereka masih berlanjut, dua bus tingkat itu melaju dengan kecepatan rendah.

Di bus pertama, agaknya di sana tampak lumayan ramai. Setengah dari anak laki-laki yang memang agak bar-bar berada di bus pertama. Mengambil alih bus dengan karaoke di bagian belakang. Tidak ada yang melarang, toh bus malah menyediakan semua fasilitas itu di sana. Speaker dengan dua mic, lampu diskotik yang tergantung di atas juga beberapa makanan ringan gratis untuk semua penumpang. Bus mewah memang tidak ada duanya. Semuanya tampak gembira sekali, bernyanyi dengan suara keras mereka, mengisi bait bait lagu yang terputar. Bahkan Julita dan Hidup masih sempat menjadi seorang biduan dan menerima beberapa uang saweran dari teman-teman mereka. Mendorong semuanya untuk semakin bersemangat.

Berbanding terbalik, bus kedua hening dan sepi. Kebanyakan anak-anak memilih untuk masuk ke dalam kursi mereka masing-masing dan menyalakan televisi, mendengar lagu, membaca buku atau juga berbincang lewat ponsel. Di bus ini, semuanya memang orang-orang yang lebih suka dengan ketenangan. Entah mengapa jadi begitu kebetulan, tapi orang-orang yang selama ini membuat ramai memang berada di bus pertama. Orang-orang di dalam bus ini hanyalah para pendiam, tidak pedulian, malas, si kutu buku, gamers sejati dan juga antisosial.

Tapi jelas, ada beberapa orang yang memilih untuk berbincang di belakang sana.

"Mau keripik kentang?" Tawar Fica pada Liana. Snack kentang dia angkat ke atas. Jaraknya memang sedikit tinggi, tapi Liana masih bisa menggapai kemasan kripik itu. Walau Fica harus sedikit kesulitan untuk menahan keseimbangan keripik itu.

"Ow! Terima kasih!" Liana mengambil sedikit keripik itu, menapungnya di satu tangannya yang lain. "Aku pikir kamu terlalu banyak membawa makanan ke perjalanan ini, Fica,"

"Oh ya? Tidak! Hanya keripik kentang dan biskuit coklat." Elaknya. Lalu dengan segera menunjuk pada Lita di sebelah sana. "Kalau kamu bicara soal siapa yang paling banyak membawa makanan di perjalanan ini, Lita orangnya. Auuhh! Lihat saja tas totebag penuh makanan ringan itu. Kamu tahu sebelum aku dan dia datang ke aula tadi pagi, dia masih sempat pergi ke minimarket untuk membeli semua itu. Tentu saja bersama dengan koper berat miliknya,"

Lita melotot tersindir. Liana tertawa geli. "Ya, setidaknya dia tidak akan menghabiskan semua itu seorang diri di dalam sana,"

"Tentu saja tidak!" sahut Lita tidak mau kalah. Dia merogoh tas totebag berwarna kuning itu, mengeluarkan satu pack kuaci dari sana. "Lihat! Aku membawa apa,"

"Oowww! Kuaci!" Seru Fisya kegirangan. Dia yang posisinya berada di bawah Lita, sejak tadi hanya diam memperhatikan pertengkaran mereka. Tangannya tanpa ragu merampok kuaci itu. Lalu memboikotnya untuk sendiri. "Kita akan pesta di sini"

"Hei!" seru Lita kesal.

Amel dan Ria keluar dari kursinya. Mungkin kuaci itu punya sedikit panggilan untuk mereka agar menyerbu. Jadi, mereka datang agak heboh dan ikut memakan kuaci itu. Terutama Fisya. Mengerubungi kuaci yang telah terbuka dan di tumpahkan di atas plastik. Persis seperti burung dara. "Fisya, kau curang!"

REUNI (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang