Bagian 4 : Part 2

60 8 0
                                    

Pintu kamar terbuka, Liana dan Ria yang berada di ambang pintu agak terkejut saat melihat kondisi di dalam kamarnya sendiri yang kini cukup ramai

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Pintu kamar terbuka, Liana dan Ria yang berada di ambang pintu agak terkejut saat melihat kondisi di dalam kamarnya sendiri yang kini cukup ramai. Di sana, Fica, Fisya, Amel dan Lita tengah sibuk berbenah merapihkan tempat. Dia akan anggap itu wajar jika mereka hanya menyingkirkan kapet saat mereka akan makan bersama nanti, tapi mengapa dia melihat seluruh koper mereka di sini?

"Apa yang sedang kalian lakukan?" Tanya Liana bingung.

Mereka di sana diam saling pandang, sampai Lita menunjuk Fisya sebagai pelakunya. "Ini ide Fisya!"

Fisya berdecak kesal pada Lita dan membalasnya dengan tatapan tajamnya. "Aku tidak terpikirkan kalian semua akan tidur di sini," ucap Liana.

Mereka masuk ke dalam, membawa mie instan yang sudah mereka buat. Lalu meletakannya di tengah tempat yang sudah di siapkan. Dan bersiap untuk makan bersama di sana. Mereka duduk melingkar dan menyiapkan makanan yang mereka bawa dan mereka miliki. "Iya, aku pikir ini bukan ide buruk!" Balas Fisya. "Bukankah sesudah sejak lama kita ingin tidur bersama seperti ini?"

Mereka hanya tertawa geli. Hal itu tidak salah, sejak era sekolah dulu. Mereka memang sudah ingin sekali tidur bersama, seperti teman akrab lainnya. Tapi karena jarak rumah mereka yang sama-sama terlalu jauh dan tidak ada waktu yang pas. Keinginan itu tidak pernah terwujud. Sebenarnya pernah beberapa kali, tapi itu hanya tiga di antara mereka atau bahkan empat. Tidak pernah selengkap ini sebelumnya.

"Apa terjadi sesuatu saat kalian pergi?" Lontar Lita. "Kenapa wajah kalian agak tegang begitu?"

Liana dan Ria saling pandang sebentar sampai menganguk dan membeberkan apa yang telah mereka dapatkan. "Ya, sedikit drama yang hampir membuat Rizam dan Denis bertengkar,"

Keempat gadis itu terkejut bukan main. Mereka kemudian mulai ribut menanyakan apa yang terjadi. Begitulah, menggosip adalah kesukaan para wanita dimanapun tempatnya. "Iya, iya, aduhh sabar dong. Tenang. Ya, mereka bertengkar tentang Denis yang ingin menerobos labirin,"

"Apa? Itu tidak mungkin! Labirin besar itu terlihat tidak ada ujungnya dari sini. Sepertinya butuh berhari-hari untuk menerobosnya. Lagipula dengan alat apa dia melakukan hal itu?" Kata Fisya heran. "Kamu tahu, terkadang Denis yang nekat seperti itu memang bagus untuk beberapa kondisi. Contohnya ketika masa sekolah dulu saat guru terus saja mengajar padahal waktu belajar sudah berakhir dia yang bersuara lebih dulu. Tapi jika menyangkut nyawa seperti ini aku sangat tidak merekomendasikan dia,"

Lita menganguk. "Benar, aku ingat saat dia mempermainkan guru seni budaya saat dia tengah mengajar. Dia membuat guru marah dan kita satu kelas mendapatkan Imbas dari kelakuannya,"

"Ya, dia tidak berubah." Balas Liana. "Tapi mereka juga bertengkar tentang Rizam yang bersikap seperti pemimpin. Dan dia yang tidak bisa mengontrol ucapannya,"

Fica tertawa getir. "Jika soal itu aku setuju,"

Lita mengerutkan dahinya. "Kenapa?"

"Aku akui dia pintar, bahkan di antara delapan laki-laki. Rizam yang terpintar itu kenyataannya. Tapi aku tidak pernah senang dengan apa yang dia lontarkan. Dia tidak pernah menyaring apa yang akan dia keluarkan dari mulutnya. Pernah suatu ketika aku memintanya untuk mengajariku satu soal matematika, aku agak tidak paham dengan apa yang dia ajarkan. Karena mungkin dia kesal, dia bilang aku bodoh," tuturnya. "Dia tampan tapi tidak dengan mulutnya,"

REUNI (TAMAT)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt