Bagian 8 : Part 2

63 2 0
                                    

Cahaya matahari yang menembus kaca jendela adalah alasan Nando bangun, sengatan panas pada wajah mengganggu tidurnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Cahaya matahari yang menembus kaca jendela adalah alasan Nando bangun, sengatan panas pada wajah mengganggu tidurnya. Matanya masih beradaptasi dengan sinar yang masuk ke dalam retina matanya, dia menyingkir ke tempat yang lebih baik. Lalu ketika dia telah bisa melihat sekitarnya lebih jelas. Pemandangan di depan membuatnya tersentak kaget.

Tergeletak penuh dengan darah, Nuri terlentang dengan pisau yang masih menusuk ke lehernya seperti kondisinya terakhir kali. Menghadap kearahnya dengan kedua matanya yang terbelalak lebar. Terbaring tanpa nyawa di depan Nando. Itu pemandangan yang cukup gila tapi baginya itu hanya sedikit mengejutkannya. Bahkan dia tidak segan untuk menendang wajah Nuri ke arah lain sangking dongkolnya. Menenangkan diri dan menunggu seluruh nyawanya berkumpul, dia duduk di sana, menyender putus asa. Matanya berkeliaran untuk sebentar. Mendapati dirinya telah berada di dalam sebuah kamar. Dia yakin kamar ini tidak jauh dari tempat dia menghadapi tudung hitam itu. Jelas setelah tudung hitam melumpukan dirinya, pembunuh itu meletakan tubuhnya di sini bersama Nuri yang sudah tewas.

Entah untuk alasan apa.

Kepalanya begitu banyak pertanyaan. Pertama, bagaimana bisa tudung hitam tiba-tiba muncul setelah semua ini? Apa rencananya? Kedua, bagaimana bisa dia menjadi semua orang? Apa yang dia gunakan? Dan yang ketiga, apa perkataannya tentang membunuh semua orang menjadi tiket untuk keluar dari tempat ini adalah benar? Seperti yang telah dia lontarkan semalam, mempercayai seorang pembunuh adalah hal bodoh. Sudah jelas si pembunuh gila itu berniat menghabisi semua orang melalui perantara, yaitu dirinya. Nando adalah target selanjutnya setelah Ria yang telah gagal. Tidak menutup kemungkinan tudung hitam akan membunuhnya setelah semua orang telah mati. Tapi menunggu semua ini sampai akhir adalah tindakan pengecut, Nando juga bukan laki-laki sabar. Semua pilihan di dunia ini memiliki resiko.

Tapi dia tidak mau mengambil resiko itu.

Nando berdesis kesal, mengacak-acak rambutnya sendiri. "Sial! Aku ingin sekali membunuh si pembunuh bajingan itu. Dia benar-benar membuatku geram, aku tidak suka di uji begini!"

Kesunyian yang membalasnya. Saat itu, matanya terpaku pada sesuatu benda yang tidak jauh dari tempat dia duduk. Posisinya ada di dekat mayat Nuri berada. Itu adalah pistol yang tudung hitam lempar padanya semalam. Senjata api yang sama yang tudung hitam keluarkan untuk membujuknya, agar membunuh semua orang demi mendapatkan tiket untuk keluar dari mansion. Juga mempercayai perkataan melanturnya. Penasaran menuntunnya untuk meraih benda berbahaya itu. Tidak ada rasa takut, seperti terakhir kali dia sangat antusias. Bahkan mungkin sejak saat ini dia akan mengklaim itu adalah miliknya. Begitu sudah ada di tangannya dan dia merasakan berat yang sama seperti yang terakhir kali. Senyumannya muncul begitu lebar.

Tangannya menggengam pistol begitu kuat. Melihat seluruhnya dengan tingkah yang aneh. Wajah yang dia tunjukan begitu berbinar, jelas dia sangat senang mendapatkan benda itu. Meneliti seluruh bagian komponennya, menyentuhnya begitu lembut terutama pada pengunci juga pada pelatuknya. Siapapun yang melihat sikapnya sekarang pasti akan berakhir dengan pikiran negatif. Nando tidak bicara apapun. Namun, kepalanya di dalam begitu ramai dengan perdebatan batin yang sedang terjadi. Berpikir bahwa tidak ada salahnya untuk mencoba mempercayai ucapan si tudung hitam, karena baginya itu tidak berarti apapun. Teman-temannya tidak begitu dia butuhkan. Selama bertahan di tempat ini, dia bisa menjaga dirinya sendiri. Lagipula jika hanya dia yang tersisa sampai akhir, itu tidak terlalu buruk.

REUNI (TAMAT)Where stories live. Discover now