Bagian 1 : Part 3

168 12 1
                                    

Liana mendapat urutan terakhir untuk meletakan barang bawaannya di bagasi mobil

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Liana mendapat urutan terakhir untuk meletakan barang bawaannya di bagasi mobil. Semua sudah di dalam bus eksekutif pribadi milik Moza Tech. Ada dua buah bus terparkir siap berangkat tidak lama lagi. Busnya berwarna merah dan biru dengan tulisan yang cukup besar menandai jika dua bus itu sepenuhnya properti milik perusahaan Moza Tech. Ukurannya lumayan besar, panjangnya mungkin kurang lebih 12 meter. Dan ketika Liana melihat lebih detail, ini adalah bus tingkat.

"Apa hanya ini?" Tanya sang supir. Atau mungkin juga Co-Driver dari bus yang akan dia naiki. Umurnya mungkin sekitar 30 tahun. Wajahnya campuran Jawa dan Sunda. Dia memakai seragam khusus dari perusahaan besar itu. Warnanya persis seperti busnya. Dengan logo di belakang tentunya.

Liana menganguk singkat. "Ya, hanya ini. Apa masih cukup?"

"Tentu saja!" Katanya. Pria itu begitu mudah meletakan koper miliknya di sana. Kemudian menutup pintu bagasi bus itu lumayan kuat. "Kalau mau, saya bisa mengambil sisa tempatnya untuk mengurung dua orang di sana,"

"Ow, aha! Hahaha, ya, saya bisa melihatnya. Bus ini lumayan, oh bukan. Bus ini besar sekali," balasnya untuk candaan yang cukup renyah itu. "Saya baru melihat bus sebesar ini seumur hidup,"

"Ya, tentu saja. Nona sangat beruntung. Bus ini mungkin saja adalah salah satu bus terbesar di kota ini. Ya, Pak Bima memang cukup unik. Perusahaannya merupakan perusahan yang bergerak dalam bidang teknologi, tapi mungkin dia ingin menjelajahi semuanya. Dua bus ini adalah hasil karya isengnya." Ungkapnya. Pria itu lalu mengecilkan suaranya, berbisik padanya. "Saya dengar Pak Bima membuat bus ini membutuhkan biaya sampai satu miliar,"

Liana terkejut juga meringis di dalam, sekaligus mencibir emosi. 'Iseng, huh?'

Co-Driver itu tersenyum ramah. "Tapi tenang saja, itu hanya kabarnya. Tapi cukup menyayangkan jika banyak orang yang tidak tahu mengenai bus mewah ini. Saya yakin ini bisa menjadi salah satu investasi besar. Dan Nona benar-benar orang beruntung yang bisa mencoba merasakan naik bus besar ini," katanya. "Mari, kita akan berangkat sepuluh menit lagi,"

Pria itu melangkah lebih dulu, begitu sudah di pintu dia menyambutnya masuk dengan begitu ramah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pria itu melangkah lebih dulu, begitu sudah di pintu dia menyambutnya masuk dengan begitu ramah. Ketika kaki kanannya melangkah naik dia sudah di sambut oleh karpet merah di pinjakan busnnya. Ada  udara dingin yang juga menyambut dari air conditioner. Sang supir yang sudah duduk di kursinya juga tersenyum. Bus ini harum sekali, harum bunga lavender yang sengaja di tanam di belakang kursi supir. Juga beberapa tanaman hias lainnya. Begitu dia sudah di dalam, sebuah lorong panjang langsung jadi pemandangannya. Tampak sangat mewah dan elegan.

REUNI (TAMAT)Where stories live. Discover now