ENAM PULUH EMPAT

33 3 0
                                    

"Dan saya juga ingin meminta izin untuk mengenalkan diri lagi Pak, Bu," suara Bang Arka masih berlanjut, jantungku semakin bertalu.

Aku memejamkan mata, berusaha menulikan pendengaranku walau itu tak mungkin. Oh Tuhan, dari semua waktu yang sudah aku lalui, jika bisa aku memilih hari ini untuk kabur dan menyembunyikan diriku dari apapun itu. Aku tak sanggup mendengar ucapan Bang Arka, karena aku yakin seyakin-yakinnya, ini adalah saat Bang Arka mengungkap hubungan terlarang kami.

"Saya..." Ucapan Bang enggan ku dengar. Tuhan, aku sangat takut! Aku merapalkan segala doa yang ku tahu. Entah sudah berapa lama mulutku bergetar mengucapkan segala macam doa yang ku bisa.

"Baiklah, besok sewaktu makan siang, kemarilah nak Arka. Kita bicarakan di sini saja sambil makan bersama." Tiba-tiba yang ku dengar adalah suara Papa. Oh benarkah ini? Apa tadi Bang Arka tidak jadi berbicara? Atau ada yang aku lewatkan?

Banyak pertanyaan timbul dalam benakku. Entah bagaimana caranya, atau mungkin aku terlalu gugup, hingga aku benar-benar tidak mendengar apapun yang dikatakan Bang Arka. Dan sekarang suara Papa terdengar seperti memberi tanggapan dari apapun yang telah terucap dari mulut Bang Arka. Tapi apa? Ucapan apa yang sedang ditanggapi oleh Papa? Aku terus larut dalam kebingunganku.

Eh tapi, besok? Jam makan siang? Apa yang akan dilakukan Bang Arka dan Papa ya?

"Memangnya mau ke mana?" Aku mengucapkan kebingunganku secara tiba-tiba.

Tiga pasang mata menatapku dengan pandangan berbeda. Mama jelas menatapku dengan wajah cemasnya. Bang Arka menatapku tajam seolah memberiku peringatan. Sedangkan Papa juga memandangku dengan penuh kebingungan. Sepertinya orang tuaku benar-benar menatapku seakan aku baru saja kembali dari pusaran waktu yang berbeda dengan mereka.

"Hmm maaf sebelumnya nak Arka," Mama membuka suaranya dengan ragu sambil melirikku sekilas, "apa tadi di Rumah Sakit sudah diperiksa semuanya? Bisakah nak Arka menjelaskan di mana saja luka Kay selain bahu dan kakinya, apa mungkin terbentur juga di bagian kepalanya?" Imbuh Mama dengan suara was-was.

Apa maksud Mama sih? Aku terbentur? Jelas saja! Aku menggelinding dari atas ke bawah setidaknya 5 meter atau mungkin 7 meter, ah entahlah, yang jelas sangat tinggi, jadi jelas saja aku terbentur. Lalu apa maksud ucapannya?

Ku lihat Papa tersenyum, bahkan hampir terbahak. Dan lelaki pujaanku tersenyum tipis, sudut bibirnya berkedut. Aish menyebalkan! Pasti jika hanya berdua dia akan menertawakanku dengan sangat keras!

"Badan Mikha yang lainnya sangat sehat Bu. Tadi saya sudah meminta dokter untuk memeriksa semuanya. Kepalanya juga tidak ada masalah." Bang Arka menerangkan dengan tersenyum.

Astaga! Kenapa aku baru menyadarinya, jadi maksud Mama adalah...

"Emangnya Mama ngira kepalaku kebentur sampai ada gangguan di otakku gitu? Ih Mama kenapa jadi gini sih? Nyebelin deh." Gerutuku.

"Kay, kamu tuh yang bikin Mama khawatir. Kita ngomong apa, eh kamu tanggapannya apa. Dikira Mama gak takut apa? Mana kamu habis jatuh lagi, otomatis dong Mama tanya kayak gitu, kan takutnya ada apa-apa sama itu..." Mama menghentikan ucapannya tapi jarinya menunjuk kepalaku. Astaga Mama, bisa-bisanya mikir begitu sama Kay! Dan memangnya apa sih yang mereka omongkan dari tadi?

"Mama kamu benar Mikha. Siapa pun pasti cemas melihat responmu seperti itu. Karena itu, kamu istirahat di rumah dulu selama 7 hari. Kita pantau kondisimu dari rumah, sambil kamu mengistirahatkan diri. Besok aku serahkan surat izinmu ke sini. Jika sudah sembuh, bawa surat itu ke bagian administrasi jurusan. Aku yang akan mengurus semuanya." Bang Arka memberi pengertian padaku yang jelas akan aku tolak.

7 hari? Yang benar saja, aku bahkan baru masuk sehari dan sudah izin selama 7 hari. Wah, lebih banyak izinku daripada waktu masuk kuliahku!

"Kok 7 hari sih Bang. Enak aja. Aku baru masuk sehari udah disuruh gak masuk lagi 7 hari. Rugi banget dong. Ogah ah! Besok aku tetap masuk aja Bang. Kan bisa pakai alat bantu jalan Abang!" Rengekku.

BERITAHU MEREKA!!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang