SEMBILAN PULUH ENAM

24 5 0
                                    

ARKA POV

Aku memandangi mobil yang dikemudikan Rendi, yang sedang melaju membawa separuh hidupku. Senyumku terurai saat mobil itu menghilang. Katakan saja aku berlebihan, tapi rasanya aku seperti anak yang sedang puber dan mengalami cinta pertama.

Dia bukan wanita pertama untukku, tapi rasanya baru pertama kali ini hatiku jungkir balik hanya karena seorang gadis yang menginjak masa akhir remajanya. Gila, rasanya luar biasa! Luar biasa menakutkan. Ada rindu, kesal, sedih, bingung dan bahagia bercampur aduk jadi satu.

Aku menaiki lift menuju ruanganku. Disini aku memegang kekuasaan sejak usiaku remaja, meski baru beberapa tahun terakhir aku baru dilepas oleh Ayah untuk menjalankan perusahaan ini sendiri. Ayah hanya memantau saja dan akan membantu memegang kendali perusahaan jika aku sedang sangat sibuk. Seperti saat ini.

Kakiku sudah berada tak jauh dari ruanganku. Ku buka ruanganku dan benar saja Ayah sudah ada disana.

"Ayah sudah dari tadi?" Sapaku sesaat setelah aku masuk.

"Kamu sudah datang, nak? Kenapa tidak pulang ke rumah? Ayah juga tidak menemukanmu di rumahmu. Ke mana saja kamu nak?" Cerca Ayah saat aku sudah berdiri di depannya.

"Arka butuh waktu Yah."

"Kamu kemana?"

"Tidak jauh dari rumah Arka Yah."

"Kamu tidak kembali pada kebiasaan lamamu kan, nak?"

Aku mengerutkan dahiku, sedikit kaget Ayahku menanyakannya. Sejak kapan dia mengetahuinya?

"Ayah tahu?" Aku menunduk, tak berani menatap mukanya.

Ku rasakan Ayah berjalan mendekatiku. Ia menepuk pelan bahuku.

"Aku ayahmu, aku tahu semua yang kamu lakukan. Kamu mempunyai klub malam, kamu suka berada di sana, mabuk dan tidur bersama wanita yang berbeda-beda setiap malam. Ada lagi yang perlu Ayah tahu?" Ayah tersenyum memandangku saat tubuhku kaku mendengar semua penjabarannya.

Astaga! Ku pikir aku sudah menyembunyikan semuanya dengan baik. Ternyata aku sungguh tak bisa menyembunyikan apapun dari William Greynanta Syahputra, Ayahku.

"Maafkan Ayah, selama ini hanya diam. Ayah tahu apapun yang kamu lakukan. Ayah diam karena Ayah merasa bersalah. Bagaimana pun juga, semua itu karena tekanan yang Ayah berikan untukmu. Kamu kehilangan masa remajamu dan melampiaskan pada semua itu. Benar seperti itu nak?" Dengan mata berkaca-kaca Ayah menatapku sendu.

Sungguh ini bukanlah sesuatu yang baik untuk memulai hari. Hatiku terasa diiris melihat lelaki kebanggaanku seperti ini. Dia yang biasanya terlihat angkuh dan tegas, kini mendadak rapuh tepat di hadapanku.

"Yah, lupakan semua. Jika Ayah tidak melakukan itu, entah Arka akan jadi apa saat ini. Arka harus sedikit dipaksa Yah agar Arka tahu mana yang menjadi tanggungjawabku." Aku memeluk tubuh renta itu.

"Maafkan Ayah nak."

"Arka juga minta maaf Yah, untuk semua tingkah Arka. Tapi gimana dengan Ibu yah?" Bisikku kemudian dalam pelukan Ayah.

"Apa yang kamu takutkan? Jika tentang kebiasaanmu, biarkan saja itu menjadi rahasia antar lelaki." Aku mendengar tawa Ayah yang teredam pundakku. Ya, lelaki renta itu sekarang kalah tinggi denganku.

"Terima kasih Yah. Bisakah kita memulai sesuatu yang baru saja mulai sekarang? Ku rasa itu lebih baik." Tawaku ikut mengalun bersama tawa Ayah.

Ayah menjauhi tubuhku dengan tiba-tiba, wajahnya mengernyit, sontak saja itu membuatku kaget. Ada apa ini?

"Memulai sesuatu yang baru? Maksudmu dengan gadis SMA yang beberapa saat lalu kamu tolong dan kini dia menjadi mahasiswa di tempatmu?" Ujar Ayah dengan menyunggingkan senyum yang ku rasa terkesan sangat jahil.

BERITAHU MEREKA!!! Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin