SERATUS DUA

32 7 0
                                    

"Malam Bi. Kita nginep disini ya sekarang."

Bang Arka menyapa Bi Siti saat kami sudah menginjakkan kaki di rumah yang selama ini ditinggali kak Farel saat menempuh kuliahnya di kota ini.

"Oh iya Den. Tadi Bapak dan Ibu sudah telpon juga. Silakan den." Ujar Bi Siti saat membukakan pintu depan.

"Non Kay. Bibi minta maaf banget ya. Bukannya Bibi gak mau ngasih tau, tapi pesennya Bapak dan Ibu kayak gitu." Kali ini bi Siti menggenggam tanganku.

Aku mengangguk dan tersenyum, namun mulutku enggan terbuka, meski hanya untuk menyapa. Hatiku masih belum sepenuhnya menerima keputusan orang tuaku.

"Kita ngerti kok Bi. Tenang aja ya Bi. Mikha gak marah kok." Bang Arka yang mewakili aku menjawab kegundahan bi Siti.

"Ya udah deh Den. Masuk dulu," Ujar bi Siti sambil menarik tubuhku, "Bibi siapin makanan ya. Non Kay pingin makan apa? Nanti Bibi siapin." Imbuhnya sambil menatapku penuh harap.

Tubuhku masih mematung, menatap rumah yang saat ini kosong. Aku tidak terlalu sering kerumah ini, hanya sesekali saat mengunjungi kak Farel bersama Mama dan Papa. Namun saat menginjakkan kaki kemari dan tidak mendapati sosok lincah dan usil itu dirumah ini, perasaan kosong langsung menyergap hatiku.

"Yang gampang dibikin aja Bi. Yang gak merepotkan bibi juga." Bang Arka lagi-lagi menjadi juru bicaraku.

"Gak ngerepotin kok Den. Mau minum apa Den?" Tanya bi Siti kemudian.

Tubuhku bergidik, saat tiba-tiba ku rasakan puncak kepalaku diusap dengan sangat lembut. Mungkin tadi aku sedikit melamun jadi tidak menyadari tangan Bang Arka sudah membelaiku dengan lembut. Aku menatap matanya dengan sorot penuh tanya.

"Pingin makan apa, hmm?" Aku hanya menggeleng saat pertanyaan Bang Arka terlontar.

"Makanlah Mikha. Kamu butuh energi untuk menjaga kondisimu." Bang Arka sedikit memaksa dan aku tetap menggeleng.

Bang Arka terdengar mendesah kasar dan mengalihkan pandangannya pada bi Siti.

"Ada mi instan bi?" Tanya Bang Arka.

"Ada den, tapi..." Jawab bi Siti ragu.

"Saya yang akan tanggung jawab jika Mama marah." Sambar Bang Arka saat menyadari sebab keraguan bi Siti. Ku lihat bibirnya tersenyum untuk meyakinkan bi Siti.

Aku tak mempedulikan percakapan mereka lagi. Kakiku melangkah menuju kamar yang sudah sangat ku kenal dengan baik. Kamar kak Farel. Ya, malam ini aku ingin tidur dikamar itu, menghirup aromanya sembari membayangkan kebersamaan kami.

"Mikha, tunggu. Kamu mau kemana?" Bang Arka menarik lenganku. Aku membalik badan menatapnya, enggan untuk menjawab.

Kembali ku langkahkan kakiku.

"Non Kay mau ke kamar den Farel sepertinya, Den." Bi Siti yang menjawab.

"Saya nemenin Mikha dulu Bi. Minta tolong nanti makanannya dibawa ke kamar ya bi. Oiya, jangan lupa mi instannya double ya bi, terus ditambah telor, sayur dan irisan cabe yang banyak. Mikha sangat menyukai itu." Aku sedikit tersenyum mendengar perkataan Bang Arka. Dia benar-benar tahu seleraku.

Tapi semua itu tak menghentikan langkahku. Aku terus melaju menuju kamar kak Farel. Suara langkah kaki terdengar di belakangku. Aku yakin siapa pemiliknya.

"Oiya bi, kalau tidak merepotkan, tolong bikinkan kopi hitam sekalian ya bi, dan juga coklat hangat. Makasi bi." Suara itu terdengar dari balik punggungku. Ah Bang Arka mengikutiku.

Langkahku terhenti di depan pintu kamar kak Farel. Air mataku langsung menetes tanpa bisa ku tahan. Teringat saat kakak yang selalu mengajakku tidur bersama di kamar ini ketika aku mengunjunginya dan semalaman kami akan begadang untuk menceritakan apapun yang telah kami alami. Ya seperti itulah hubungan kami.

BERITAHU MEREKA!!! Où les histoires vivent. Découvrez maintenant