15.Pemenang kehidupan

127 15 1
                                    

15.Pemenang kehidupan

Mood Nesya jika malam terkadang tidak sebaik pagi menjelang siang. Kesempatan melamun begitu terasa lebih banyak, ia benci ketika melamun otaknya bekerja sendiri memikirkan kemungkinan buruk di masa depan yang bahkan itu hanya terbayang-bayang di kepalanya saja.

Raga:
Siang, nona.

Ah, untuk apresiasi datang di waktu tepat berilah dia panggilan pahlawan.

Otot jantung:
Malem, babu.

Raga:
Semua tamu sudah datang, nona diharapkan turun untuk acara ramah tamah.

Otot jantung:
Bubarin saya gak ramah.

Raga:
Siap laksanakan, nona malam ini ingin makan apa?

Otot jantung:
Mungkin jantung kmu?

Raga:
Boleh, bonus hati. Segera datang.

Otot jantung:
Cancel aja

Raga:
HAHAHA, U SO CUTE.

Di bungkus selimut gadis itu senyum sendiri, untuk pertama kalinya ia dibuat mesem-mesem begini.

Raga:
Sya, ar u okey?

Nesya mendengkus menyadari Raga itu peramal ulung.

Otot jantung:
Sendiri itu tenang, selebihnya sepi.

Otot jantung:
Dafugh, i hate this.

Otot jantung:
Ga, semua orang berhak bahagia ya?

Otot jantung:
I feel insecure and insecurity about them.

Dihapus, mengetik ulang, dihapus lagi----begitu saja sampai sepuluh menit Nesya menghembuskan nafas kasar.

Bertanya seperti itu rasanya ia gadis paling menyedihkan, dan Raga bisa jadi membencinya.

"Apaaa sih insecure ke orang yang tiap hari nyemangatin lo? tolol! itu namanya nggak ngehargain perjuangan dia!" cetus Nesya menunjuk-nunjuk diri sendiri pada bayangan kaca.

Bel rumah memaksa Nesya malas-malasan menuruni tangga, siapa pula yang datang. Ah iya, Bi Fitri hanya bekerja sampai jam lima sore. Jadi setiap malam Nesya berdua dengan major, dan seandaikan major bekerja ke luar negeri, ia mau tidak mau sendiri. Mengenai hal berbau mistik Nesya tidak pernah mencemaskan hal itu.

Major dalam kutipannya selalu mengulang kata: mahluk paling licik dan keji cuma manusia. Mungkin yeaah, karna para hantu takut padanya.

"Pergi."

"Baru dateng gue, sya?" cengiran Raga sirna rengekan bocah. "Urgent nih, grasak-grusuk gue dari rumah."

"Mau cemburu sama siapa lagi?" satu alis Nesya terangkat, curiga.

Raga tertawa, ingat kejadian hujan deras kemarin. "Nggak bisa cemburu, bisanya jadiin lo calon mantu, mantu bunda."

Testudines:AmongragaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant