26.Harapan bercita-cita ada?

94 12 6
                                    

26.Harapan bercita-cita ada?

Memasuki kelas telunjuk seluruh anak menghunus ke arahnya. Membanjiri pikiran Nesya dengan diikut sertakan makian.

"Apa lagi?" Nesya bertanya dingin.

"Liat noh temen lo!" seruan Tini berdecih jijik.

Melangkah ke Alice, karna hanya dialah yang layak Nesya anggap teman.

"Tidak apa kok, apa kok, sungguhan," ucap Alice meminta tatapan seluruh anak untuk biasa saja.

Berbeda dari Achung yang mengibarkan bendera perang lewat raut wajah. "Lo yang ngasih lem di bangku Alice, Sya? pas dia bangun roknya sobek."

Bola mata Nesya membulat. Melirik Alice yang berusaha mengibaskan tangan, pinggannya juga di ikat jaket guna menutupi bagian bokong. "Gue? Chung bahkan gue juga lagi nyari tas gue yang ilang dari perpus, gak tau apa-sama samsek."

"Jangan ngeles!" sambar Tina melotot. "Tas yang pertama ada di kelas itu tas lo, jelas pelaku bangku Alice juga ya elo!"

"Oh lo semua yang ngambil tas gue di perpus terus nyimpen ke kelas buat bahan tuduhan?" kilatan sorot Nesya mengedar ke arah mereka.

Tina mendorong bahu Nesya. "PINTER LO YA PLAYING VICTIM! MAU ADU DOMBA SATU KELAS?"

Dengan kasar tangan Tina ia tepis. "LO SEMUA YANG GILA! RENDAHAN TAU GAK CARA BEGINI!"

"Rendah?" Tina terkekeh mengejek. "Nyokap lancur lo bukannya jauh lebih rendah?"

Alice tangkas menarik Nesya sebelum aksi jambak-jambakan terjadi. "Sudah, ladeni adalah lelah."

"Liat tuh Chung, gebetan lo terus aja dibego-begoin Nesya!" hasut Tina memanasi.

"Alice udah aku bilang jaga jarak dulu sama Nesya," pinta Achung dapat di dengar Nesya.

"Emang gue seharam apa harus dijauhin? sehina apa gue?" ucap Nesya bertensi dingin.

"Gak usah salah paham, sya. Gue cuma gak mau Alice kena bahaya lagi," tambah Achung coba santai.

"Achung tidak baik berkata seperti itu!" tegur Alice langsung ke si mata sipit.

"Alice sadar lah! Nesya jahatin lo!" provokasi anak lain menyambar ganas.

"Pertemanan lo bisa toxic kalo terus dipertahanin!"

"Suruh minta maaf!"

"Dia cewek licik!"

Nesya kemarin sudah berjanji pada diri sendiri untuk mengalah, baiklah keputusan saat ini, mengambil tas dan beranjak pergi. Alice menahan, mata lugunya berkaca-kaca merasa bersalah.

BRAK!

"NESYA!" sentak Achung sebab gadis yang ia cinta di dorong kuat.

"GUE, IYA GUE YANG NARO LEM DIBANGKU LO! GUE BUKAN ORANG BAIK ALICE, BUKAN! DAN ASAL LO TAU GUE TERPAKSA TEMENAN SAMA CEWEK PURA-PURA POLOS KAYA LO!" dada Nesya naik turun lantaran nafas tidak stabil.

Air mata Alice yang ditahan-tahan tumpah begitu saja, dan demi Tuhan Nesya langsung mengutuk dirinya iblis karena mengambil keputusan terburuk. Tapi hanya itu lah satu-satunya cara menyelamatkan Alice. "JAUHIN GUE!" lanjut Nesya sebelum akhirnya benar-benar meninggalkan lengang yang diisi iskan Alice, menutup wajah.

Alice tahu itu hanya omong kosong Nesya, tahu Nesya berdusta, tahu Nesya ditempatkan di posisi tidak bisa apa-apa. Lebih dari tahu.

Dari pada buang tenaga, jam kabur Nesya kali ini ia pakai melanjutkan hukuman kemarin karna pergi dari lapangan. Memunguti sampah belakang sekolah.

Testudines:AmongragaWhere stories live. Discover now