BAB 2 - Penguntit

634 150 3
                                    


"Bisakah kau bawakan buku-buku ini ke kamar Tuan Evert?" pinta Sarasalom saat Faenish berjalan lewat di ruang tamu. "Beliau tadi terburu-buru karena mendengar kabar Nyonya Ivone mengamuk di kebun sawi."

Faenish tidak langsung menghampiri tumpukan buku yang disusun Sarasalom. Perhatiannya teralihkan oleh sosok yang melintas di balik jendela. Entah hanya pengaruh pikirannya atau memang benar, Faenish sepertinya baru saja melihat Rael.

"Apa ada masalah?" tanya Sarasalom.

Faenish menggeleng. "Aku akan segera membawanya."

Sadar kalau Sarasalom sedang mengamati tingkahnya, Faenish segera mengambil buku dan melangkah menuju kamar Ezer. Saat berada di luar jangkauan pandang sang ibu, barulah Faenish mendekati jendela terdekat untuk memastikan. Pandangannya menyapu sekitar untuk mencari tanda-tanda keberadaan seseorang.

Selang beberapa menit, Faenish tidak kunjung menemukan siapa pun. Sepertinya, ia hanya terlalu memikirkan masalah Rael hingga berhalusinasi. Hanya saja, begitu tiba di kamar Ezer, perasaan Faenish kembali jadi tidak enak.

Ada aroma lain dari kamar itu. Faenish pun segera meletakan buku-buku Ezer di meja, lalu mendekati sebuah tas hitam di bawah tempat tidur. Di dalam tas tersebut terdapat beberapa jenis akar berbau tajam, botol-botol kaca dengan isi beragam, serta lima kantong darah yang dilabeli nama Glassina Woranz.

Ezer memang hobi menjelajah alam. Berbagai peralatan berkemah adalah barang yang normal dipajang dalam kamar pemuda itu. Di kamarnya pun selalu tersedia beberapa ransel yang berisi keperluan dasar sehingga Ezer siap melakukan perjalanannya kapan saja. Namun, menyimpan tas berisi ramuan jelas bukan tipikal Ezer.

Berbagai teori mulai bermunculan di kepala Faenish. Ia pun segera membereskan isi tas lalu buru-buru menuju kamarnya sendiri. Faenish perlu mencatat semua bahan ramuan yang ia lihat sebelum ada yang terlupa.

Selesai dengan catatannya, Faenish pun melangkah ke perpustakaan untuk mencari tahu ramuan apa bisa dibuat menggunakan bahan-bahan tersebut. Sayangnya, niat Faenish tidak bisa langsung direalisasikan. Langkahnya harus terhenti saat mendapati kemunculan Drina.

"Aku datang untuk memasang perlindungan tambahan di kamarmu," Drina berujar dengan nada datar. Tampangnya terlihat kacau. Lingkaran hitam di bawah mata gadis itu terlihat lebih jelas dari biasanya. Namun, yang paling membuat Faenish waspada adalah suasana hati Drina yang kurang stabil saat gadis itu kelelahan dan bayak pikiran.

"Bukankah kau bilang masih butuh beberapa hari sampai ramuanmu siap?" Faenish bertanya dengan nada selembut mungkin agar niatnya tidak diinterpretasikan salah.

"Dengan kejadian hilangnya Rael, aku tidak mau ambil risiko," sahut Drina tak ingin dibantah.

Faenish pun tidak berkomentar lagi dan mulai membantu Drina menuangkan berbagai ramuan di sekeliling kamarnya. Setelah beberapa menit, kamar Faenish sudah berbau cukup mengerikan. Namun, ia tentu saja tidak protes, justru Faenish menawarkan untuk mengantar Drina pulang dengan teleportasi. Sahabatnya itu jelas butuh istirahat secepatnya.

Sayangnya, niat Faenish untuk ke perpustakaan tidak serta merta bisa diwujudkan saat ia kembali dari kediaman Drina. Kali ini, sosok Ezer yang mencegat langkah Faenish dan berkata, "Kita perlu bicara di kamarmu."

Sebelum Faenish sempat merespons, Ezer sudah berbalik dan berjalan mendahului. Pemuda itu bahkan membuka kamar Faenish lalu melangkah masuk tanpa izin.

"Astaga," Faenish refleks berujar kaget saat sosok transparan Kliv tiba-tiba muncul tepat di depannya. Perlindungan yang ditambahkan Drina tampaknya membuat sosok Kliv kini bisa terlihat di kamar Faenish. Sosok pria itu muncul tepat di bawah kusen pintu dan terus berjalan mengikuti Ezer. Untung saja, Pak Kliv muncul dengan membelakangi Faenish. Ia mungkin akan langsung pingsan jika tadi berhadapan buka langsung dengan Pak Kliv.

TRUSTED (draft 1)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin