BAB 7 - Kesalahpahaman Berujung Nikmat

391 128 4
                                    


Jawaban dari masalah barang-barang selundupan ternyata langsung muncul saat mereka mengunjungi kediaman Pak Razor. Begitu memasuki dimensi buatan ciptaan pak Razor, Faenish dan Clarine refleks bertukar pandang. Mereka akhirnya menemukan tempat yang bisa dikatakan cukup aman untuk menyembunyikan sesuatu.

Pak Razor dan Pak Krav juga tidak terkejut saat diberitahu soal barang-barang terlarang yang ditemukan Clarine. Mereka sudah lebih dahulu tahu dari almarhum Pak Raizer selaku penasehat Kelompok Pelindung. Keduanya bahkan pernah terlibat dalam mengamankan barang-barang terlarang tersebut. Jadi, niat Clarine dan Faenish tentu saja langsung diterima. Pak Razor juga menawarkan diri untuk menyiapkan beberapa ramuan perlindungan tambahan.

Proses pemindahan buku dengan segera dilakukan. Kemampuan teleportasi Faenish dan Clarine membuat perkerjaan tersebut menjadi lebih cepat. Hal yang menguras waktu hanyalah pemasangan beberapa segel perlindungan pada setiap benda dan proses penataan di tempat yang baru.

Hari belum gelap saat Faenish akhirnya pulang dari tempat pak Razor. Jadi, meski dari kejahuan, ia masih bisa melihat pemandangan tidak biasa di teras samping. Bukannya duduk bersama kucing hitam peliharaannya, kali ini Ezer tampak sedang melakukan percakapan dengan Ryn.

Faenish tidak mendekat untuk mencuri dengar. Ia hanya melangkah ke kamar dan segera membersihkan diri. Menata buku di tengah hutan jelas membuat badan Faenish agak gatal-gatal.

Tak lama setelah Faenish selesai mandi, sosok Ryn menerobos masuk ke kamar dengan wajah frustasi, "Pacarmu menyebalkan, tetapi kau tenang saja. Aku belum menyerah."

Faenish tidak memberikan komentar. Ia hanya mengubah posisi duduk untuk menghadap Ryn dan menunggu gadis itu melanjutkan ceritanya.

"Aku akan memastikan kerinduanmu menemui kenyataan." Ryn bersikap sok misterius.

"Kerinduan?" tanya Faenish tidak paham.

"Aku sudah bisa menangkap maksud terselubung saat kau mengusulkan tarian Touwangker. Dengan senang hati aku akan memastikan kau mendapatkan bagianmu. Kau akan mendapatkan momen kebersamaan itu."

"Aku masih belum paham," ujar Faenish jujur.

"Tarian Touwangker. Tarian pasangan. Kau ingin menari berpasangan dengan Evert, bukan?"

"Tentu saja tidak, aku tidak berpikir sampai ke sana."

Ryn tersenyum dan menaik turunkan alisnya. "Kau tidak perlu malu begitu. Aku jelas akan membantumu sebagai balas budi."

"Kau salah paham, Ryn. Lagi pula, bagaimana mungkin kau berpikir aku ikut menari?"

"Jangan kau berani menghindar, Faenish," tegur Ryn setengah kesal. "Aku sudah nyaris melakukan segala hal hanya untuk membuat pria pujaanmu berkata ya. Aku melibatkan Rexel sampai Tante Ivone. Aku mengancamnya dengan ramuan Drina. Aku membujuknya dengan membawa namamu. Sejauh ini memang belum berhasil, tetapi kau tenang saja, aku masih punya ide. Jadi, bisakah kau memberitahu di mana tubuh Pak Kliv?"

"Apa yang akan kau lakukan dengan Pak Kliv?" Faenish mulai khawatir.

"Aduh aku hampir lupa." Ryn tiba-tiba terlonjak berdiri. "Kita perlu memilih pasangan penari lainnya, cepat bersiap dan ikut denganku. Aku akan membujuk Evert nanti."

Faenish tak kuasa menolak. Saat Ryn sudah terlampau bersemangat dengan sesuatu, ia sulit dihentikan. Alhasil, Faenish ikut terseret mengikuti pertemuan dengan Drina, Clarine, Maery, Valaria, Dazt, dan Zoenoel.

Sepanjang diskusi, Faenish tidak begitu menyimak. Pikirannya disibukkan dengan bagaimana cara menghentikan Ryn agar tidak melibatkan Ezer.

"Apa kita bisa bicara berdua?" tanya Dazt kepada Faenish setelah pertemuan akhirnya bubar.

TRUSTED (draft 1)Where stories live. Discover now