BAB 15 - Efek Samping

334 108 1
                                    

Ramuan Utopis Liver bekerja dengan sempurna pada Maery. Tidak terlihat efek samping apapun selama beberapa hari. Faenish justru mendapati efek samping dari ramuan tersebut pada Ryn. Sahabatnya itu semakin telihat dekat dengan Queena. Ryn bahkan dengan terang-terangan menunjukan sikap kagum berlebihan.

"Apa benar Clarine tidak lagi mau meminum ramuan buatanmu?" tuntut Ryn seraya menghampiri Faenish yang baru saja kembali dari lari pagi.

"Clarine merasa bersalah karena tidak sempat mencegah Maery meminum ramuan," Faenish berusaha menjelaskan sebelum Ryn memperdalam kebenciannya pada Clarine. "Tadi malam, dia datang untuk meminta maaf sekaligus menceritakan perihal traumanya. Ia butuh waktu untuk bisa meminum ramuan lagi."

"Kalau Clarine sudah tidak mau dibuatkan ramuan, itu berarti kau memiliki waktu luang untuk membuat ramuan lain. Apakah kau bisa membuatkan ramuan Utopis Liver?"

"Apa Maery masih membutuhkan tambahan ramuan?" Faenish balas bertanya dengan khawatir.

"Bukan untuk Maery. Ada banyak orang di luar sana yang juga membutuhkan ramuan sehebat itu. Para pasien Tarra contohnya."

"Apa kau lupa kalau ramuan Utopis Liver tergolong ramuan terlarang? Apalagi bahan bakunya agak mengerikan. Kurasa bukan tindakan yang tepat untuk menggunakannya secara masal."

"Kau tenang saja, Tarra punya jaringan untuk mendapatkan donor hati dalam waktu singkat. Kita tidak perlu membunuh siapapun. Ayolah Faenish, situasi sedang gawat. Beberapa orang yang kami rawat tidak kunjung sembuh dan ada juga yang justru semakin parah. Jadi, mulai terdengar fitnah yang mengatakan kalau kami sengaja untuk memperparah gejala keracunan para korban. Menyebalkan sekali."

"Justru keadaan itu akan lebih parah jika muncul efek samping dari Ramuan Utopis Liver. Kita belum mengenal baik bagaimana ramuan itu berkerja—"

"Queena sudah setuju dengan ideku ini," Ryn berkeras. "Kami hanya perlu orang yang tahu resep dan bisa membuatnya. Kaukan kemarin membantu Drina, pasti kau sudah punya gambaran apa saja yang perlu dilakukan."

"Aku tahu maksud kalian baik, tetapi apa tidak sebaiknya kita menghindari penggunaan ramuan yang cukup kontroversial?"

Ryn tidak sempat menjawab karena sosok Sarasalom tiba-tiba menghampiri mereka. "Bisakah mama minta tolong, Nish? Mama harus menemani Nyonya Ivone, tetapi ini sudah waktunya Tuan Evert untuk sarapan. Bisakah kau menyuapi beliau?"

"Menyuapi?" Ryn berseru spontan.

"Evert mengalami kelumpuhan beberapa anggota gerak," Faenish menjelaskan setelah mengiyakan permintaan ibunya.

"Kalau begitu, aku tidak mau menjadi pengganggu. Aku pamit pulang dahulu. Sampai jumpa di sekolah."

Ryn segera pergi dan Faenish hanya bisa mengembuskan nafas panjang sebelum pergi mengurus sarapan. Ia memang terselamatkan dari permintaan Ryn, tetapi bukan berarti perasaan Faenish bebas dari tekanan.

Sejak Ezer sadar, ini adalah kali pertama Faenish mendapat tugas menjaga pemuda itu. Tidak bisa dipungkiri kalau ia merasa grogi. Apalagi Ezer katanya jadi jauh lebih pendiam pasca masuk rumah sakit.

Saat Faenish melangkah masuk ke kamar Ezer, pemuda itu tidak menunjukan ekspresi apapun. Selama makan pun, Ezer lebih tampak seperti mayat hidup. Faenish sudah mencoba membuka percakapan, tetapi tetap tidak ditanggapi. Hingga saat Faenish nyaris melangkah pergi, pemuda itu akhirnya bersuara.

"Cari Buku Hitam tingkat Lanjut dan sobeklah lembaran yang menjelaskan tentang ramuan mata perekam. Gunakan amplop di laci mejaku lalu berikan pada Clarine."

Faenish tertegun sejenak. "Bisakah lembaran buku itu kuberikan tanpa amplop? Ryn cukup sensitif dengan segala hal menyangkut dirimu dan Clarine. Ryn akan—"

TRUSTED (draft 1)Where stories live. Discover now