Hubungan persahabatan Faenish kembali renggang. Ryn sekali lagi melancarkan aksi perang dingin. Karena itu, Faenish tidak menyangka akan melihat sosok Ryn memasuki ruang baca sore itu.
"Kami tidak bertengkar. Aku hanya tidak suka berada di sekitar buku. Jadi, aku menunggu di ruangan lain saja, ya?" Ryn coba membuat alasan. Namun, Sarasalom tetap mendorongnya masuk.
"Selesaikanlah sambil menunggu Jovan. Mereka pasti akan segera kembali." Sarasalom mengelus puncak kepala Ryn lalu berlalu pergi.
Ryn tidak bisa mendebat. Pintu sudah telanjur tertutup di depannya. Ia pun memilih untuk mencari tempat sejauh-jauhnya dari Faenish.
Faenish sudah berusaha menyambut dengan wajar, tetapi Ryn masih menganggapnya tidak ada. Suasana pun semakin canggung. Jadi, Faenish memilih untuk kembali melanjutkan kegiatan membacanya.
"Kudengar kau sering mengunjungi kediaman Profesor Juen. Rexel juga membawa Jovan ke sana hari ini. Sebenarnya apa yang kalian lakukan tanpa sepengetahuanku?" Ryn tiba-tiba mengangkat topik pembicaraan.
"Kami sedang merancang alat untuk membantu Jovan," jawab Faenish. "Evert menemukan fakta bahwa pergolakan emosi yang menjadi faktor utama perubahan wujud Jovan. Jadi, dengan membantunya mengatur emosi, kami berharap bisa membuat Jovan bisa berubah sesuai kehendaknya."
"Bercandamu cukup aneh. Aku tidak seidiot itu untuk—"
Sebelum Ryn semakin menjauh. Faenish memutuskan untuk memberitahu secara garis besar tentang pekerjaannya di Kotak Perkakas. Ia juga menunjukan sensor portabel yang mereka buat.
Tanpa diduga, Ryn tiba-tiba saja meraup Faenish dalam pelukan ketat. "Kau memang yang terbaik."
"Kalian sedang apa?" terdengar suara Rexel.
Ryn buru-buru melepaskan pelukannya lalu menyambut kedatangan Rexel dan Jovan dengan pertanyaan. "Apa alat itu sudah jadi? Faenish baru saja menjelaskan tentang alasan kalian pergi ke menemui Profesor Iota."
Bukannya menjawab pertanyaan Ryn, Rexel malah mengamati raut wajah Faenish untuk mencari semacam kode. "Jadi dia sudah tahu?"
Faenish mengangguk. Namun, ia tidak sempat mengatakan apapun karena Ryn telanjur berteriak histeris dan berlari menghampiri Jovan.
"Super Imut." Ryn menunjuk kalung anjing yang dikenakan Jovan. "Apa ini alatnya? Aku menyukainya. Bisakah aku mendapatkan sesuatu seperti itu?"
"Tentu saja. Emosimu jelas perlu distabilkan," celetuk Rexel. "Aku yakin kau akan membutuhkan rantai tebal sebagai alat bantu."
Ryn berniat protes, tetapi perkataan Jovan mendahuluinya. "Kau tenang saja Ryn. Kak Faenish sedang menyiapkan sesuatu yang sangat spesial untukmu."
"Seperti apa kalungnya? Aku mau lihat!"
"Bukan kalung. Ini sesuatu yang lebih luar biasa. Kak Faenish membuatkanmu sebuah kebun binatang ajaib—"
"Aku tidak suka melihat binatang dikerangkeng apalagi dieksploitasi untuk jadi hiburan. Pengecualian untuk binatang buas seperti macan, buaya, buaya darat dan sejenisnya yang jelas-jelas harus diamankan. Aku tidak suka kebun binatang."
"Rancangan Kak Faenish—"
"Tidak. Aku tidak mau dengar." Ryn buru-buru menyela penjelasan Jovan. "Kebun Binatang itu identik dengan pertunjukan hewan absurd. Aku benci melihat anjing yang dipaksa mengerjakan soal matematika. Maksudku, apa gunanya kau mengajarkan hewan berhitung? Apa kau kekurangan anak manusia untuk melakukan itu? hewan tidak dilahirkan untuk mengerjakan aljabar."
KAMU SEDANG MEMBACA
TRUSTED (draft 1)
FantasyBuku keempat dalam seri T.A.C.T. (Fantasy - Romance) Apa yang akan kamu lakukan saat seseorang yang kau sukai memintamu untuk tidak memercayainya dan ia mulai bertingkah mencurigakan? Atau ketika seseorang yang kau ketahui menyukaimu, ternyata bisa...