BAB 33 - Bangsal Darurat

269 94 2
                                    

Tidak ada Pengkor maupun tanda-tanda kerusuhan di alun-alun. Sejauh pengamatan Faenish, tidak ada yang tampak aneh. Segala sesuatu terlihat normal. Yang aneh justru posisi Faenish dan Ezer yang agak mengudang kontroversi.

Berbagai tatapan penuh tanya tampak ditujukan dari orang-orang yang lalu lalang. Namun, itu tidak berlangsung lama. Bunyi kelontang beruntun dari kaleng-kaleng yang dibuang sembarangan segera mengalikah perhatian. Apalagi dari kaleng-kaleng tersebut mengepul asap putih yang membuat orang-orang pingsan.

Faenish sudah menggambar segel perlindungan sebelum berteleportasi sehingga ia tidak begitu terpengaruh. Kendati demikan, Faenish tetap tak bisa bergerak bebas karena Ezer tiba-tiba memaksanya berguling di aspal sebelum bunyi ledakan terdengar.

"Amati tanpa banyak bergerak! Berpura-puralah pingsan saat ada yang datang." Ezer bergumam dengan tenang. Sementara Faenish sudah nyaris kehilangan kesadaran karena jantungnya berdetak terlalu cepat.

Posisi mereka sekarang lebih provokatif dari sebelumnya. Ezer kini berbaring di bawah tindihan badan Faenish. Namun, pemuda itu tetap menahan pergerakan Faenish dengan kancingan tangannya.

Beberapa suara ledakan lain menyusul bersama udara berdebu yang sedikit menyingkapkan kabut asap. Tak jauh dari mereka, terlihat pemandangan para sosok bertopeng Pengkor yang sedang mengumpulkan para Kaum Nonberbakat yang masih tak sadarkan diri. Beberapa anggota Pengkor berlaku kasar saat proses pengumpulan, tetapi sebagian besar justru lebih berhati-hati dan jelas tidak bermaksud buruk.

Saat mengikuti arah yang dituju para anggota Pengkor, Faenish mendapati beberapa portal kaca yang terlihat seperti layar tv dengan satu siaran yang sama: ruang sidang.

Itu pasti salah satu portal kaca yang disebarkan Valaria. Dari portal tersebut, tampak persidangan sedang dipersiapkan. Namun, Faenish tidak sempat memerhatikan lebih jauh. Ia memilih untuk mengamati tingkah para anggota Pengkor yang berkeliaran.

Beberapa anggota Pengkor tidak tampak gentar melakukan perlawanan beramai-ramai pada Kaum Berbakat yang berhasil lolos dari gas bius yang disebarkan sebelumnya. Seruan-seruan seperti orang berburu terdengar dari beberapa tempat. Para Pengkor melemparkan ramuan berpendar biru sebagai senjata dan tampak menikmati aksi berburu mereka.

Seorang pemuda berlari di dekat Faenish. Ia adalah Vex, teman seangkatan Faenish di sekolah. Pemuda itu berteriak pilu saat lengan kirinya yang berpendar biru aneh mulai menyusut. Baru dua langkah berjalan, Vex sudah tersungkur dengan kaki kanan menyusut. Dua detik kemudian, tidak ada lagi suara dari sang pemuda yang sudah tak bisa disebut berbentuk manusia lagi.

"Ini keterlaluan." Faenish memaksa berdiri.

"Berteleportasi sekarang!" bentak Ezer seraya menarik Faenish menghindari tembakan.

Untung saja Faenish sudah terlalu sering berlatih dengan segel teleportasi. Apalagi setelah ia dibuat berteleportasi berulang kali pada hari Jovan diserang. Alhasil, sekarang hanya butuh beberapa detik saja, Faenish sudah berhasil mengaktifkan segel tersebut.

"Apa kalian tidak salah memilih tempat?" suara Dazt terdengar menyapa.

Mereka sekarang berada di area pekuburan. Namun, mereka sama sekali tidak sendiri. Jumlah orang yang berkeliaran di tempat itu bahkan melebihi jumlah nisan yang ada.

Masyarakat dari berbagai usia tampak sedang berbaris dan memindahkan Kardus Pindahan. Namun kesibukan mereka sejenak berhenti dan hampir semuanya memandangi Faenish dan Ezer.

Posisi tindih-menindih di atas salah satu makam jelas tidak etis. Terutama saat dipergoki oleh berbagai jenis tatapan. Diiringi siulan menggoda dan tawa, Ezer segera bangkit berdiri dan menjaga jaraknya dari Faenish. Untung saja ada Dazt yang langsung menghamipiri mereka sehingga Faenish agak terselamatkan dari situasi canggung.

TRUSTED (draft 1)Where stories live. Discover now