BAB 25 - Sayembara Kelinci Percobaan

273 95 0
                                    


Kediaman Drina penuh sesak. Kalau saja Faenish tidak bisa berteleportasi, mereka dipastikan tidak akan sanggup membelah kerumunan menuju pintu depan.

"Ini gila," pekik Ryn begitu mereka berteleportasi ke ruang tamu Drina.

"Segeralah pulang kalau kau hanya datang untuk mengacau," sembur Drina tanpa mengalihkan pandangan dari berkas-berkas di depannya.

"Kami sebenarnya datang untuk membantumu. Namun, aku harus memastikan kalau ini bukan kejahatan. Kenapa ada banyak orang di depan rumahmu?"

"Mereka datang untuk menawarkan diri sebagai subyek percobaan ramuan Antialergi."

"SUPER GILA!" pekik Ryn. "Kau pernah mengguruiku soal menjadikan orang-orang sebagai korban ramuan Utopis Liver, sekarang kau membuka sayembara untuk menggiring korban percobaan secara masal?"

"Pertama, aku tidak memanggil siapapun. Mereka datang dengan kemauan sendiri. Kedua, mereka sudah dijelaskan tentang risiko yang mungkin muncul dan bersedia menandatangani surat pernyataan. Ketiga, tujuan dari semua kerepotan di depan sana adalah untuk menyeleksi orang yang bisa menerima Ramuan Antialergi dan tidak. Aku tidak sembarangan seperti dirimu." Drina dengan sengaja memberi penekanan lebih pada kalimat terakhirnya.

"Apa ada yang bisa kami bantu?" Faenish buru-buru bertanya.

Drina menyerahkan beberapa daftar pada Faenish sebelum berkata, "Tolong saring datanya sesuai dengan persyaratan di sini." Setelah memberikan penjelasan kepada Faenish, Drina ganti melirik Ryn. "Kalau kau mau membantu, pergilah ke meja registrasi. Di sana sudah ada Maery dan Nenek Via."

Tanpa menunggu respon Ryn, Drina segera pergi.

"Jadi, kau mau di sini atau kuantar pulang?" Faenish bertanya hati-hati.

"Aku akan ke depan. Kalian tidak akan mampu menghadapi kerumunan menggila itu tanpaku."

Faenish mengangguk setuju. "Itu memang bakatmu yang tidak akan pernah kumiliki. Mohon bantuannya."

Ryn hanya bergumam sebelum melangkah pergi. Namun, Faenish sempat melihat senyuman bangga terlukis di wajah sahabatnya itu sebelum ia berbalik.

***

Kesibukan di rumah Drina berlangsung berhari-hari. Meski beban kerja di sana cukup besar, Ryn tampak menikmati perannya. Gadis itu bahkan sampai lupa pada niat untuk sering menjenguk Jovan. Ryn merasa dirinya sangat diperlukan untuk menghadapi kerumunan orang. Apalagi hampir setiap hari, selalu saja ada tante-tante yang datang karena mengira ramuan Drina adalah ramuan anti penuaan.

Di sisi lain, Faenish juga lebih merasa perlu berada di kediaman Drina. Peringatan Heidy ternyata tidak main-main. Anggota Satuan Manguni sangat gencar melakukan berbagai tindakan yang menurut mereka dapat membujuk Drina kembali bergabung dalam pemerintahan. Sayangnya, tidak ada satu pun yang berhasil.

"Queena menyarankan kau bergabung saja lagi lalu menjadi mata-mata seperti Valaria." Ryn membuka percakapan saat mereka selesai makan malam bersama.

"Aku tidak mau menjadi peracik kacung yang disetir kepentingan perorangan." Drina menegaskan. "Lagi pula, aku akan punya banyak modal setelah Ramuan Antialergi dipasarkan."

"Jual mahal memang diperlukan dalam beberapa situasi." Heidy memberi komentar seraya mendekat dengan membawa buket yang tampak agak tidak biasa. "Ini hanya perwakilan. Sisanya akan menyusul."

"Apa itu?" tuntut Ryn.

"Aku bisa menduga kalau itu bukan hanya sekumpulan ubi, daun pepaya, jantung pisang dan berbagai rempah lainnya yang ditata rapi." Maery menanggapi. "Apa itu tanaman parasit yang seharusnya terlihat indah di mata kalian?"

TRUSTED (draft 1)Where stories live. Discover now