BAB 1 : Awal

4.1K 242 9
                                    

****

01. Awal

Lisa duduk di meja makan bersama Ayah dan Kakaknya, sama seperti hari-hari sebelumnya ia makan dalam kebisuan. Sudah sekitar 3 tahun Lisa bersikap dingin dengan Ayahnya, tepatnya setelah kejadian tamparan itu Lisa memutuskan untuk diam seribu bahasa terhadap Ayahnya. Biasanya Karin yang akan mencairkan suasana dengan mengajak bicara Ayah atau Lisa, namun kali ini terasa beda. Sosok gadis ceria nan anggun nampak suram dan seakan terbebani akan sesuatu hal.

Lisa tidak mau ambil pusing, ia tak mau kepo dengan urusan orang di rumahnya. Ia hanya tidak mau membebani dirinya yang sudah banyak masalah dengan masalah orang lain.

"Kak, Lisa berangkat ya," pamit Lisa.

Karin mengangguk lemah sambil mengulas senyum tipis. Lisa melirik Ayahnya yang terlihat asik dengan makanannya. Ia mengambil tasnya dan jaket miliknya lalu pergi meninggalkan rumah menuju kampus.

Ini adalah semester akhir Lisa di pendidikan kedokteran yang ia ambil setelah empat tahun belajar untuk mendapatkan gelar sarjana. Ia memang satu tahun lebih cepat masuk kuliah karena ia mendapatkan tawaran beasiswa di saat ia kelas 11 SMA karena ia memenangkan olimpiade. Kini Lisa sudah melewati masa sidang skripsinya dan tinggal menunggu wisuda saja. Walaupun sudah lulus sidang, Lisa tidak berhenti aktif di himpunan yang ia ikuti. Ia juga sering mengikuti event dan kerap menjadi asisten dosen.

"Ocaa, lo bego apa gimana sih? ya jelas dosbing lo ngamuk, ini lo belajar bikin kata pengantar pake bahasa lo gue darimana coba?" omel Cia, teman sekampus Lisa alias bestie Lisa. Ia sedang memarahi teman Lisa lainnya yang memang terkenal lola.

"Ci, elah capek gue ini revisi terus."

"Siapa suruh jadi anak ceroboh! udah buruan ambil laptop lo, revisi skripsi lo sekarang."

"Ci, gue baru banget duduk loh ini."

"Mau nggak wisuda gara-gara revisi skripsi gak kelar?"

"ANDWAEEEE!"

"Bahasa korea lo jago, bahasa sendiri boro-boro," cibir Lisa.

"Eh ada Lalisa KW."

"Lis, lo ngapain rajin banget dateng pagi-pagi gini dah?" tanya Cia.

"Dia gabut tuh. Ah coba aja gue jadi Lisa, auto ke Seoul gue buat join konser NCT Dream."

"NCT dream terus lo pikirannya," cibir Lisa.

"Lah iya dong, kan mereka prioritasku."

"Gue yakin tuh oppa-oppa bakalan malu punya fans gagal wisuda gegara nge-fangirl terus."

"Bener tuh! Benar-benar memalukan," timpal Cia.

"AELAH, JANGAN GITU DONGG!"

"Makanya buruan revisi skripsi lo biar nyusul kita."

Oca dengan kemagerannya mulai merevisi skripsinya. Sedangkan dua temannya duduk memantaunya sambil menikmati cemilan yang Oca selalu siapkan di tasnya. Oca memang tipikal anak tukang nyemil, untung saja ia anak orang Kaya jadi tidak masalah belanja tiap hari hanya untuk membeli makanan-makanan kecil ini. Walaupun Oca yang paling banyak makan diantara ketiganya, tapi berat badan Oca paling rendah diantara Cia maupun Lisa.

"Lis, gimana tawaran bu Sulis kemarin? Lo udah ada keputusan buat beasiswa ke London?"

"Gue belum bahas itu ke bokap."

"Masih diem-dieman sama bokap?"

"Hmm,"

"Ck, Lisa Lisa. Lo nggak boleh terus-terusan keras gini, gimanapun kejadian itu juga salah lo. Bonyok lo cuma mau kasih tahu lo kalo yang lo lakuin salah, cuma caranya aja yang nggak tepat."

SenandikaWhere stories live. Discover now