BAB 14 : Kisah yang sebenarnya

2.1K 160 21
                                    

Mari kita lanjut kisahnya Om Gula yang kisah cintanya juga semanis Gula:)

Jangan lupa Vote dan komentarnya ☺️

Happy reading❤️

****

14. Kisah yang sebenarnya

Lisa memasuki rumah yang nampak sepi malam ini. Ayahnya akan lembur malam ini itu menurut penuturan pembantu rumah, karena jujur saja Lisa terbiasa menanyakan kabar orang rumah lewat para pembantu daripada menanyakannya langsung ke orang yang dituju.

Baru mendaratkan bokongnya di pinggir ranjang empuknya, tiba-tiba saja ponselnya bergetar, menampilkan panggilan suara dari Rendra yang dia beri nama Naren di kontaknya.

"Halo?" ujar Lisa yang mengangkat panggilan pria itu.

"Sudah mau tidur ya?"

"Baru banget nih pantatku nyium kasur, kamu udah nelepon aku kayak gini."

"Maaf, namanya juga efek kangen."

"Mulai blak-blakan ya ngomong kangennya, nggak malu aku tolak terus?"

"Ngapain malu, namanya berjuang, nggak ada tuh pahlawan yang malu pas dipukul mundur sama Belanda."

"Kamu tuh nyamain perjuangan kamu sama perjuangan kemerdekaan Indonesia ya mana seimbang!"

"Seimbang kok, sama-sama merasakan lelahnya beradu dengan kerasnya batu. Bedanya batu yang aku adu ini lebih keras dari kepala para penjajah dulu."

"Enak aja, aku nggak sekeras kepala itu ya!"

"Kalo enggak kenapa belum balas perasaanku?"

"Nggak semudah itu, Narendra!"

"Ditambah 'mas' sebelum namaku lebih enak didengar."

Lisa tersenyum grogi, bisa-bisanya Rendra membuatnya malu padahal saat ini dia sedang sendiri.

"Pasti lagi senyum-senyum kan?"

"Dih, apaan sih! Jangan pede deh!"

"Kok ngegas, kan aku cuma nebak aja tadi."

"Udah kamu tidur, aku juga mau tidur."

"Sayang ya, padahal lebih enak berbagi cerita sebelum tidur."

"Kamu minta aku dongeng gitu?"

"Kalo boleh, udah lama nggak di dongengin sebelum tidur."

"Kayaknya kamu makin malem makin absurd deh, udah aku matiin ya?"

"Hm, gak apa walaupun masih kangen kan bisa ditahan sampai besok."

"Heh kata siapa kita bakalan ketemu besok?"

"Kamu barusan tuh ngomong."

"Nar-,"

"Selamat malam, calon masa depannya Mas Naren. Mimpi indah dan semoga besok masih diberi kesempatan untuk bertemu!"

Rendra menutup panggilan dengan kata-kata manisnya, membuat Lisa makin semangat mengeluarkan senyumannya.

Rasanya semakin dipikirkan Lisa merasa tak pantas menerima ketulusan Rendra yang semakin dalam ini padanya, jika bisa Lisa ingin dia yang menyukai Rendra duluan. Tapi rupanya Tuhan ingin memberikan cinta itu lebih dulu ke Lisa agar membalas masa lalu Lisa yang hidup tanpa perhatian dan cinta dari orang tuanya, mungkin begitu yang Tuhan pikirkan saat menulis buku takdir Lisa.

SenandikaWhere stories live. Discover now