Bab 27 : Selamat Jalan! [Final]

4.2K 204 17
                                    

****

“Kata orang, takdir adalah takdir. Bila Tuhan sudah berkata, maka manusia hanya bisa mendengar. Jangan salahkan pertemuan, sebab pertemuan bukan berarti selamanya bersama.”

Bekasi, 15 Juli.

****

27. Selamat Jalan!

Entah apa yang merasuki Lisa hingga dia sangat ingin pergi ke Danau tempat biasa dia bertemu dengan Rendra dulu. Bahkan ini terlalu malam untuk menyambangi tempat jauh itu, namun Lisa menempuhnya dengan menaiki mobil Ayahnya.

Disini, Lisa berdiri didepan Danau yang tetap indah walaupun
tidak lagi diterangi matahari. Ditangannya terdapat surat Rendra yang sudah ia baca tadi, bahkan sudah berkali-kali Lisa membaca surat yang pria itu tulis sebelum pergi untuk selama-lamanya.

Lisa meneteskan air matanya lagi dan lagi, seakan tak ada habisnya air itu keluar dari matanya.

"Mas Naren, aku kangen."

Hanya kata itu yang terus Lisa ucapkan di depan Danau yang nampak tenang.

"Gimana bisa mau ikhlas, kalau kenangannya masih melekat diingatan."

Lisa terjatuh, duduk bersimpuh didepan Danau yang seakan menjadi saksi betapa nelangsanya seorang wanita ditinggal sang kekasih.

Disaat luruh lantahnya perasaan Lisa saat ini, tiba-tiba angin berhembus menyapanya. Membawa helaian rambut pendeknya.

Entah ini hanya khayalan Lisa atau benar nyata, saat ini sosok pria yang dia inginkan sudah ada di depannya. Tersenyum manis memegang kedua tangannya yang menggenggam erat surat milik Rendra.

"Mas.." lirih Lisa.

"Hm, aku disini."

Lisa menggenggam erat tangan itu. Membiarkan rasa dingin yang dia rasakan sejak kepergian Rendra akan hangat kembali oleh sentuhan pria itu.

"Jangan pergi lagi," isaknya memohon agar sang pujaan tak lagi pergi.

Namun bukan kata 'ya' yang dia katakan, hanya ukiran senyum yang menghangatkan hati Lisa. Senyuman yang sejak itu menjadi favoritnya.

"Mas, Lisa nggak kuat tanpa Mas."

"Lisa bisa tanpa Mas."

"Nggak."

"Kamu wanita kuat, Lisa. Karena itu Allah memberi ujian ini untuk kamu, sebab kamu mampu melewati ini."

"Nggak, Allah salah. Lisa nggak sekuat itu."

"Hei, cobalah belajar merelakan."

"Gak bisa, nggak akan pernah bisa!"

"Waktu nggak akan nunggu persetujuan kamu, bisa atau tidaknya itu tidak akan menjadi pengaruh untuk berjalannya hidup. Kamu harus bisa menerimanya, karena hanya itu saja pilihan yang kamu punya."

"Aku janji bakalan ikhlas, tapi kamu jangan pergi."

Rendra tersenyum, "Aku harus pergi, karena ini sudah jalanku."

"Terus aku gimana?"

"Allah punya rencana lain untukmu, dan rencana Allah untukku adalah ini."

"Jangan pergi."

Lisa mengeratkan genggamannya, dia tidak bisa membiarkan Rendra menghilangkan lagi untuk kali ini. Hingga hanya senyuman pria itu yang terlihat sebelum akhirnya semuanya hilang dan berubah menjadi gelap.

SenandikaWhere stories live. Discover now