BAB 3 : Dream Catcher

3.2K 262 4
                                    

****

03. Dream Catcher

Lisa memeluk Karin, beberapa jam lalu Karin menceritakan kedatangan pria yang merupakan Ayah dari bayinya yang ternyata kemarin tidak bisa dihubungi karena berada di pulau tanpa sinyal. Ya, pria itu adalah seorang Profesor muda asal Kanada yang sedang mengeksplor Indonesia bagian kalimantan beberapa  bulan lalu atau lebih tepatnya tujuh bulan yang lalu saat pertama kali Karin dan Niel si pria ini bertemu. 

"Lo jaga Ayah baik-baik ya, gue cuma sebentar kok di Kanada."

"Sebentarnya lo mungkin sampe baby shower lo kali." 

Semuanya tertawa mendengar jokes Lisa pada Kakaknya. 

"Ayah nggak anterin lo kesini?" tanya Lisa membuat Karin menunduk sedih.

"Dia anter gue kok, cuma katanya dia mau didalam mobil aja."

"Oh. Niel, gue titip kakak gue ya! Jangan disakitin, lecet dikit gue gampar lo," tutur Lisa pada bule yang sudah melokal itu. 

"Siap."

"Yaudah kita berangkat ya, dek lo jaga Ayah baik-baik. Jangan cuekin Ayah selama gue pergi, oke?" 

"Hm," Lisa mengangguk lalu melambaikan tangannya kepada Kakaknya itu. 

"Tante Lia pulang duluan aja sama Tante Sheila. Lisa balik sama Ayah nanti." 

"Yaudah, Tante pamit ya." 

Lisa mengangguk, ia kemudian pergi ke mobil yang ditumpangi oleh Ayahnya. Ia duduk disamping Ayahnya yang diam dengan tatapan kosong.

"Pak, nanti kita mampir ke restoran dulu yah," ujar Lisa pada sang sopir. 

"Nggak perlu, pembantu di rumah sudah masak," tolak Ayah.

"Yaudah pak langsung ke rumah aja." 

Mobil melaju sesuai perintah Lisa, suasana hening menemani sepanjang perjalanan mereka hingga tiba di rumah. 

*** 

Lisa makan sambil mencuri pandang pada sang Ayah. Ia sedang berusaha membaca mood ayahnya itu untuk mengatakan tentang beasiswanya. 

"Ayah, Lisa mau...," 

Belum sempat Lisa selesai bicara, tiba-tiba Ayahnya kedatangan tamu dari entah siapa itu. 

"Pak, ada tamu diluar."

Ayah Lisa berdiri dan pergi menyambut tamu itu. Lisa berdecak kesal, padahal dia hampir akan memulai membahas beasiswa pada ayahnya. Dengan kesal, Lisa ikut melihat ke ruang tamu karena penasaran dengan siapa tamu yang berhasil menggagalkan rencananya. 

"Silahkan duduk, Pak." 

"Sudah lama sekali tidak bertemu, bagaimana kabarmu?" tanya si tamu yang datang bersama istrinya. 

"Baik, wah saya dengar Pak Hendra baru kembali dari Papua ya?"

"Iya, oh iya ini oleh-oleh untuk Lisa dan Karin." 

Lisa menerima dua kotak hadiah dari pasutri itu.

"Ini Lisa ya? wah sudah besar ya sekarang, sudah jadi anak gadis yang cantik," puji si istri. 

Lisa tersenyum menimpali pujian tersebut. 

"Lisa taruh ini ke kamar ya, sebelumnya makasih atas oleh-olehnya."

SenandikaWhere stories live. Discover now