BAB 13 : Cerita bersama semesta

2.2K 186 2
                                    


Jangan lupa tersenyum☺️
Vote dan Komentarnya juga harus ya!

Happy reading❤️

***

13. Cerita bersama semesta

Lisa duduk di atas kap mobil tua milik Eyangnya Rendra. Beberapa menit yang lalu mereka baru saja sampai di pinggir danau yang sangat indah.

Lisa membiarkan rambutnya di gerai agar angin memainkannya dengan leluasa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lisa membiarkan rambutnya di gerai agar angin memainkannya dengan leluasa. Harusnya Lisa tau tempat ini sejak dulu, karena selama ini tempat inilah yang Lisa harapkan untuk menenangkan diri.

Rendra datang membawa satu gagang es potong rasa cokelat untuk dia berikan pada Lisa. Melihat Lisa yang nampak menikmati suasana senja membuat Rendra lega. Setidaknya gadis itu mendapat kenyamanan disampingnya.

"Ini buat kamu," ujar Rendra.

Lisa menatap Rendra, "Cuma satu? Kamu nggak?"

"Tadi aku niatnya mau beli dua, tapi kebetulan datengnya bareng anak kecil terus juga es lilinnya tinggal dua. Aku nggak tega buat beli dua sedangkan wajah anak itu kayak kepingin banget."

"Ah, kamu ngalah?"

"Hm, itu kan emang tugas orang yang lebih dewasa."

"Yang lebih tua kali."

"Lisa, kedewasaan itu tidak diukur dengan umur, tapi dengan pola pikir."

"Hm, iya deh. Intinya kamu nggak bisa makan es lilinnya kan? Kasihan,"

Rendra terkekeh, "Kamu suka tempat ini?"

"Banget, ini kayak tempat yang selalu ada di pikiran aku. Makasih ya udah bawa aku ke sini."

"Sama-sama. Aku cuma mau berbagi tempat favoritku aja."

"Kamu berarti sering kesini?"

"Hm, waktu masih ada Eyang."

"Kamu anak Eyang banget ya?"

Rendra terkekeh, "Nggak ada alasan nggak suka deket sama Eyang. Dia tuh bagi aku seperti buku ensiklopedi, semuanya ada disana. Eyang bisa kasih petuah-petuah tentang banyak hal, dari yang memotivasi hidup sampai tentang percintaan juga ada."

"Jangan-jangan Eyang kamu dulu pernah masuk jurusan Sastra bahasa?"

"Enggak, dulu Eyang nggak pernah minat kesana. Mungkin karena Oma yang sering ngajak Eyang nonton teater sama dengerin syair lama. Makanya jadi puitis dan bijak."

"Pantes aja, orang teman hidupnya romantis gitu."

"Kamu tau, kenapa aku cerita kisah cinta Eyang sama Oma ke kamu?"

"Kenapa?"

"Aku cuma mau kamu belajar kalau waktu itu terus berjalan, lakukan apapun yang kamu mau dan ikuti kata hati. Karena keterlambatan nggak akan pernah memberi kamu peluang untuk kembali ke masa lalu, dan sang waktu juga tidak akan membukakan pintu masa lalunya untuk manusia," ucap Rendra.

"Lebih baik menyesal karena sudah melakukan daripada menyesal karena belum melakukan. Karena rasa penyesalan di opsi yang kedua itu bakalan lebih hebat sakitnya," tukasnya.

Lisa menatap dengan wajah serius pada Rendra yang memandang lurus ke danau seakan dia tidak sedang berbicara pada Lisa namun pada semesta juga.

"Kamu emang sebijak ini atau gimana sih?"

"Kenapa? Kaget aku bisa ngomong ginian ke kamu?"

"Banget, padahal aku kira kamu itu tipe cowok yang gak pernah menye-menye tentang kehidupan, yang punya prinsip 'masih di kasih napas ya Alhamdulillah, nggak pun yaudah terima aja namanya juga takdir' ku kira kamu gitu, loh!"

Rendra tertawa.

"Kok ketawa, aku kan nggak ngelawak."

"Maaf-maaf, aku cuma heran kamu bisa nilai aku kayak gitu."

"Ya kan aku nggak tau, orang bebas menilaikan?"

"Hm, kamu benar."

"Kamu tau nggak, dari kecil aku nggak pernah ngerasain yang namanya pujian atau apresiasi. Bukan karena aku nakal, tapi karena Mama Ayah nggak pernah melakukan itu. Aku juga heran kenapa mereka memperlakukan aku berbeda dari Kak Karin."

"Di dunia ini nggak ada yang bisa mengerti perasaan masing-masing orang, walaupun sudah ada profesi psikolog pun tetap aja kadang mereka nggak valid dalam mengerti pasiennya. Kalo yang profesional saja suka nggak ngerti, apalagi yang awam?"

"Tapi mereka kan orang tua, harusnya mereka ngerti apa yang aku inginkan."

"Lisa kamu pernah denger ada jutaan bahkan milyaran karakter orang di dunia ini. Seperti yang aku bilang sebelumnya, karakter berbeda-beda dari satu ke yang lainnya. Dan perbedaan itu nggak bisa disama ratakan. Mungkin orang tua kamu melakukan hal yang sama, karakter kamu itu kuat dan mandiri, mungkin dimata mereka kamu cukup kuat untuk menghadapinya sendiri. Cuma mereka terlalu fokus dengan cara mendidik kamu ini sampai mereka lupa kalo juga anak biasa. Sampai sini kamu paham?"

"Aku paham, tapi tetap aja rasanya nggak adil."

"Keadilan itu nggak bisa dilihat lewat mata dan logika. Kalo kamu liat keadilan dari dua hal itu, mungkin kamu cuma membuat kekecewaan orang lain atas keadilan yang kamu inginkan."

"Terus kalo gitu keadilan yang benar menurut kamu itu gimana?"

Kali ini Rendra berdiri didepan Lisa dan mencondongkan tubuhnya agar lebih dekat pada wajah gadis yang masih terduduk di kap mobil tua itu.

"Keadilan itu cuma bisa dirasakan di hati. Karena cuma hati yang tau jalan kebenaran, dia terlalu bersih untuk kamu bohongi. Itu kecuali kalo hati kamu lupa di laundry."

Lisa memukul pelan bahu Rendra yang terkekeh melihat wajah ngambek Lisa.

"Heh, hati aku nggak sekotor itu ya sampai harus di laundry segala."

"Ya kan aku nggak tau karena aku nggak pernah belum di bukakan pintu hati kamu, makanya aku cuma bisa menduga aja."

"Ck, kamu tuh paling jago yah nyindir gini. Nyindir yang ujung-ujungnya minta dibalas perasaannya."

"Namanya juga lagi berjuang, apapun bakalan dilakukan. Termasuk nyindir orang yang aku sayang."

"Kamu beneran suka sama aku?"

Rendra menghela napasnya, "Harus mau bilang berapa kali biar kamu percaya?"

"Kita kan baru ketemu, kenapa tiba-tiba kamu bisa suka sama aku?"

"Rasa sayang sama suka itu nggak bisa dipatokkan dengan waktu pertemuan. Kalo hati itu bilang aku cinta kamu, itu udah nggak bisa di ganggu gugat!"

Di senja itu Lisa benar-benar merasakan ketulusan Rendra yang sejak lama ia ragukan dan kini malah keraguan itu berpindah ke dirinya sendiri. Pertanyaan yang membuatnya semakin resah.

Apakah Lisa bisa membalas ketulusan Rendra sedangkan masih ada ambisi yang meronta-ronta ingin menjauhkan dirinya dari Rendra?

****

Tanggapan kalian soal Rendra di part ini?

Spam next yuk!

SenandikaWhere stories live. Discover now