BAB 23 : Berdua dengan langit malam

1.9K 147 5
                                    

Nggak kelamaan update kan?
Vote+komennya bunda😍

Happy reading ❤️

****

23. Berdua dengan langit malam

Lisa keluar dari ruang HRD setelah selesai interview selama satu jam. Akhirnya Lisa resmi menjadi perawat dirumah sakit besar yang sudah dia idam-idamkan sejak jaman Kuliah dulu.

Saking senangnya, dia sampai lupa memberi tahu kabar baik ini kepada sang cenayang kesayangannya alias Rendra. Namun dia mengurungkan niatnya dan berpikir ingin memberikan sesuatu untuk ungkapkan rasa bahagianya kepada Rendra.

Lisa membelikan kopi Starbucks sesuai selera Rendra dan juga membeli beberapa rotinya. Lalu dia meluncur ke tempat Rendra bekerja tanpa mengabari pria itu lebih dulu, untung saja tidak sulit masuk kesana karena dulu Lisa pernah kesana dan kebetulan yang berjaga di depan adalah Ridho si adek letting sekaligus teman SMA Lisa.

"Mau sekalian gue panggilin Kapten Rendra?"

"Nggak, biar gue WhatsApp dia aja nanti didalam."

"Yaudah."

"Nih, buat Lo sama yang lainnya," ujar Lisa memberikan beberapa gelas kopi Starbucks yang memang ia beli juga untuk orang yang berjaga di depan markas, sekalian berbagi kebahagiaan ke yang lain niatnya.

"Widih, makasih!"

"Sama-sama, gue masuk ya!"

Ridho mengangguk lalu ia mengambil minuman Starbucks itu dan membagikan ke yang lainnya. Lisa masuk kedalam markas, dia berhenti tepat tak jauh dari kantornya.

Lisa memberikan uang ongkos ke driver ojol dan tak lupa ia memberi satu gelas kopi pada ojol itu.

Setelah itu dia mengirim pesan pada Rendra agar menemuinya dia luar kantor. Tak lama pria itu keluar dengan seragam tentaranya.

"Lisa kamu tumben kesini nggak kasih kabar ke aku?" ujarnya.

Tanpa basa-basi Lisa melompat ke pelukan Rendra, dan kini dia seperti anak balita yang digendong oleh ayahnya.

"Hei, ada apa? Kok kayaknya seneng gini."

"Aku udah keterima kerja di rumah sakit besar!"

"Serius?"

"Dua rius!"

"Wah selamat, tuh kan apa kata aku. Kamu pasti bisa kalo kamunya sabar!"

Lisa terkekeh.

"Terus kesini naik apa?"

"Ojol."

"Terus itu buat siapa?" tanya Rendra sambil melirik dua paper bag Starbucks yang ditaruh diatas aspal.

"Oh itu Starbucks buat kamu!"

"Terus ini mau gini terus sampe kapan? Kamu berat loh, dek."

"Aku nggak seberat itu kok, Masnya aja yang lebay!"

"Tapi tetap aja kalo kelamaan bisa-bisa aku encok."

"Aku turun tapi mas harus ajak aku jalan-jalan!"

"Lisa kayaknya-,"

"Mas enggak mau? Yaudah deh aku pergi sama-,"

"Oke-oke, kita pergi."

"Yeay!"

***

Lisa dan Rendra duduk diatas kap mobil sambil menatap danau yang nampak tenang ditemani segelas kopi Starbucks yang pahit dan roti-roti yang menjadi temannya.

SenandikaWhere stories live. Discover now